"Kamu mau lari dari tanggung jawab kan, makanya dari kemaren kamu gak ada di sini" Bentak Hani.
"Maaf Bu, biar saya jelaskan dulu, kenapa sampai semua ini terjadi" Tutur Elin.
"Halaaah...gak perlu, pasti kamu hanya ingin mencari alibi biar kami gak melaporkanmu ke polisi, ya kan?" Ucap Hani lagi, masih dengan nada tinggi.
"Udah sayang...lebih baik kita dengarkan penjelasannya dulu. Biar kita tau juga apa yang menyebabkan anak kita sampai seperti ini" Tukas Barata yang lebih tenang dalam menghadapi situasi seperti ini. Sedangkan Hani hanya bisa memalingkan wajahnya karena enggan menatap wajah Elin lagi.
"Maaf pak, saya akan menceritakan kejadian sebenarnya. Sebenarnya dari kemarin saya sudah berada di Rumah sakit ini pak, saya gak kemana-mana, bahkan semalam saya tidur di Mushollah Rumah Sakit ini pak. Tapi, saya belum berani untuk menghampiri kalian semua. Kemarin pagi, saya sedang mengendarai motor, bermaksud untuk ke rumah teman saya untuk bekerja disana, pada saat saya masih di jalan, teman saya menelpon, jadi saya berhenti di pinggir jalan untuk menerima telpon dari teman saya. Dan pada saat saya sedang menerima telpon itu, 2 orang penjambret yang mengendarai sepeda motor merampas ponsel saya, jadi saya mengejar mereka dengan melajukan motor saya dengan kecepatan tinggi, pada saat Mas Daffa menyeberang, saya sudah membunyikan klakson beberapa kali, dengan maksud agar Mas Daffa bisa menghindar, tapi ternyata Mas Daffa gak mendengar suara klakson dari saya, dan saya juga kehilangan keseimbangan, jadinya saya menyerempet Mas Daffa. Saya dan motor saya juga terjatuh dan menabrak pembatas jalan. Saya melihat Mas Daffa sempat duduk tapi setelah itu pingsan, makanya saya membawa Mas Daffa ke Rumah Sakit ini Pak. Saya juga sudah menceritakan kejadian ini kepada Dokter Tama. Begitu kejadiannya pak, Bu...Mas Daffa" Jelas Elin panjang lebar.
Daffa hanya diam mendengar penjelasan Elin. Sedangkan Hani masih tetap minta Elin di polisikan untuk mempertanggung jawabkan kesalahannya, karena ngebut-ngebutan di jalan walaupun ada alasan tertentu tapi tetap itu bisa mencelakai orang lain.
"Polisikan aja pa...untung anak kita masih hidup, hanya patah tulang. Kalau lebih dari itu, gimana pa? apa dia bisa bertanggung jawab?" Ungkap Hani.
"Ma...aku faham dengan situasi yang dia hadapi saat ini, sudah...lebih baik kita maafkan saja. Gak perlu membawa Masalah ini ke polisi. Mending dia masih mau datang kesini untuk minta maaf, dan mau membawa anak kita ke Rumah Sakit, gak lari gitu aja meninggalkan anak kita yang tergeletak di jalan, sudah ma...lebih baik di maafkan aja" Ucap Barata Bijaksana.
Hani membuang nafas kasar, mau gak mau dia setuju dengan ucapan sang suami.
"Terima kasih pak...terima kasih atas pengertiannya, terima kasih karena gak membawa masalah ini ke jalur hukum pak, sekali lagi terima kasih" Ucap Elin terharu dengan mata yang berkaca-kaca.
"Iya, sama-sama. Terima kasih juga karena kamu membawa anak saya ke Rumah sakit dan gak meninggalkannya di jalan. Itu salah satu pertanggung jawaban mu" Ucap Barata.
"Eits...gak semudah itu memaafkanmu, karena disini aku yang merasa sakit, kakiku yang patah bukan kakimu, aku harus berada di kursi roda dalam beberapa bulan ke depan, aku gak bisa bebas melakukan apapun karena patah tulang kaki. Pekerjaanku juga banyak yang terbengkalai kalau seperti ini. Aku tetap harus minta pertanggung jawaban mu" Ucap Daffa tiba-tiba yang sedari tadi hanya diam.
Elin bangkit setelah beberapa saat bertekuk lutut.
"Apa maksudmu? Aku harus bertanggung jawab dengan cara apa? Tolong jangan bawa ini ke jalur hukum, kasihan orang tuaku saat ini sedang sakit-sakitan, hanya aku yang mencari nafkah untuk menyambung hidup, tolong jangan laporkan aku ke polisi" Ucap Elin berkaca-kaca sembari menangkupkan kedua tangannya di depan dada.
"Tenang...aku gak akan melaporkanmu ke polisi, aku hanya minta selama dalam penyembuhan, aku mau kamu yang merawat ku, apa kamu bisa?" Tanya Daffa dengan wajah datar.
"Ma-maksudnya aku merawatmu selama penyembuhan, tapi aku kan bukan suster, kenapa gak pakai seorang suster dari Rumah sakit ini aja, sepertinya aku gak bisa Mas?" Tolak Elin.
"Kalau begitu, lebih baik aku membawa Masalah ini ke jalur hukum" Tukas Daffa.
"Daffa...sudahlah...lagian paling 3 atau 4 bulan kamu sudah bisa berjalan lagi, kasihan dia" Sanggah Barata yang iba melihat Elin.
"Gak usah di bela pa...kan disini aku yang merasakan sakitnya, itu terserah dia, dia mau merawatku atau nginap di jeruji besi" Ucap Daffa angkuh.
"Ya udah, terserah kamu lah Daf" Ujar Barata yang kehabisan kata-kata.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Hikam Sairi
modus....🤪🤪🤪🤪
2024-08-26
1