CILY×01

...Can I Love you?...

...by VizcaVida...

..._____🌺_____...

Alangkah gembiranya hati Leona saat dia mendengar lamaran pekerjaannya mendapat tanggapan baik dari pihak perusahaan yang ia inginkan sejak duduk di bangku kuliah, beberapa bulan lalu.

Dan sekarang, Leon—sapaan akrab Leona—bekerja di sebuah kantor pusat sebuah perusahaan konstruksi yang cukup besar dan ternama. Kehadirannya disambut baik oleh tim bahkan sebagian pegawai, karena selain kemampuannya yang luar biasa dalam mendesign sebuah bangunan, Leona juga terkenal memiliki paras yang cantik dan memiliki attitude yang luar biasa baik.

Tidak jarang Takan kerjanya mencoba mendekati dia. Lalu pada bulan ketiga, Leon berpacaran pertama kali dengan seorang laki-laki yang berasal dari lingkungan kerja yang sama.

Mereka saling mencintai, hingga hubungan itu berlanjut hingga mencapai kurun waktu yang lama. Leon dan Joan menjalani hubungan itu sudah hampir tiga tahun lamanya, dan sekarang, usia Leon sudah dua puluh empat tahun.

Hubungan yang terjalin diantara mereka, tidak sedikitpun mengganggu kinerja baik Leon ataupun Joan. Mereka terbilang profesional, dan tau posisi. Mereka selalu memisahkan antara urusan pekerjaan dan asmara.

Hingga hari itu, perusahaan tempat Leon bekerja baru saja memenangkan tender dan melakukan pertemuan dengan klien eksekutif yang akan menggunakan jasa perusahannya. Karena deadline yang mepet, Leona rela kerja lembur bersama tim. Tidak terkecuali Joan, sang kekasih.

Ntar pulang bareng aja ya?

Leona yang saat itu sedang merenggangkan punggung lelahnya, melihat ponselnya yang menyala dan bergegas meraihnya dari atas meja. Bibirnya membuat lengkungan senyum saat tau Joan yang mengirim pesan menawarkan pulang bersama dengannya. Semua lelahnya seperti hilang, menguar bersama udara begitu saja. Pria yang sangat ia cintai itu, tidak pernah gagal membuatnya bahagia.

Of course, hon.

Hon, adalah panggilan sayang dari Leon untuk Joan Alexander, sang kekasih yang tidak lain adalah leader tim yang dinaungi Leona.

Tidak lama berselang, pesan kembali datang.

Jam delapan, di lobby biasa

Lobby yang dimaksud adalah sebuah jalan yang menghubungkan antara ruang kerja tim Leon dengan salah satu lift yang ada di lantai lima perusahaan ini.

Oke. Ntar aku kabari lagi kalau aku udah disana

Leona tersenyum. Hatinya berbunga-bunga karena hendak bertemu dengan sang pujaan hati. Apalagi ketika Joan membalasnya dengan emotikon kecup manja dan gambar hati, Leon semakin girang. Andai saja dia sedang tidak di kantor, dia pasti sudah melakukan selebrasi.

Ia pun lanjut berkutat dengan komputer dan mulai bergelut kembali dengan aplikasi yang menjadi andalannya ketika bekerja untuk membuat design gambar gedung seperti yang diminta klien.

***

Pukul setengah delapan, lebih cepat tiga puluh menit dari jam janjinya bersama Joan, Leon sudah sampai di tempat mereka janjian. Leon tidak pernah keberatan menunggu Joan pulang karena sadar akan tanggung jawab yang diemban sang kekasih tidaklah ringan. Pria itu bahkan pernah pulang hampir jam satu dini hari karena harus melakukan cek ulang dan finishing design dari tim, karena waktu deadline yang sialan mepet.

Tapi untuk sekarang, tidak seperti itu. Pengalaman memang menjadi guru yang berharga. Mereka menyusun trik untuk mengatasi hal seperti itu agar tidak terulang dengan cara mencicil lembur dan menjalin ke-solidan yang erat agar pekerjaan tidak membuat badan remuk.

“Mbak Leon, nunggu pak Joan?” tanya salah seorang cleaning servis yang juga sedang menunggu pintu lift terbuka untuk turun.

“Ah, iya Ndre. Kamu lembur juga?” tanya Leon basa-basi agar suasana tidak sepi.

“Iya, mbak. Mumpung ada lemburan. Itung-itung nambah penghasilan buat bayar kosan.”

Leon tersenyum lembut. Senyuman yang mengandung sihir dan daya pikat luar biasa kuat. Laki-laki manapun tidak akan pernah mau melewatkan senyuman manis nan ramah di bibir Leona.

“Iya, Ndre. Nasib kita sama disini. Saya juga perantau. Biaya hidup disini nggak murah, beda sama desa.”

“Iya mbak.”

Bersamaan dengan itu, pintu Lift terbuka. “Saya duluan ya, mbak Le.”

“Oke.” sahut Leon sambil membuat bulatan membentuk huruf O dengan telunjuk dan ibu jarinya.

Seperginya Andre—si cleaning servis, Leona kembali sendirian menunggu Joan yang tak kunjung muncul.

Lalu, tanpa sengaja Leon melihat seseorang keluar dari lift lain dan berjalan menuju salah satu ruangan yang terlihat sudah gelap. Orang si Andre tadi sudah pulang kan? Jadi dapur di sudut sana sudah kosong.

Ia hanya ingin memberitahu orang itu, lalu kembali menunggu Joan di tempat biasa mereka bertemu.

Langkah kaki berbalut pantofel ber-hak lima senti itu bergegas menyusul. Saat Leon berhasil mengintip dari kaca berbentuk persegi kecil yang terpasang di bagian atas pada pintu. Ruangan benar-benar sudah gelap, dan tanpa meminta persetujuan, Leon mendorong pintu ruangan yang sangat ia hafal akan menuju dapur tersebut. Ia berjalan cepat dan berharap bertemu orang yang ia lihat sekelebat tadi. Tapi, tiba-tiba saja tubuhnya terhuyung. Seseorang menariknya dari belakang sembari membekap mulut Leon hingga tak bisa bersuara.

Panik menyerang seluruh inci tubuh Leon kala pria itu menyentak kuat agar posisi Leon berbalik saling berhadapan, lalu mata indahnya mendapati wajah seorang pria dengan kening yang basah oleh keringat diantara temaram. Tubuh tinggi tegap pria tersebut menindih tubuh bagian depan tanpa celah.

Pria itu memberi isyarat dengan menempelkan jari telunjuk pada bibirnya sendiri agar Leona tidak membuat suara apalagi berteriak. Dan setelah Leona mengangguk, pria yang tidak ia kenal itu melepas telapak tangan besarnya dari mulut Leon. Mata mereka bertemu.

Mata pria itu begitu tajam bak elang, wajahnya terlihat datar dan minim ekspresi, penampilannya begitu berkelas dengan kemeja rapi dan dasi yang mengekang leher, serta aroma parfum mahal yang menguar dari tubuh pria itu terhirup oleh indra pencium milik Leona.

“S-siapa anda?” tanya Leona takut. Ia khawatir jika pria tampan didepannya ini akan berbuat macam-macam padanya.

“Tolong jangan berteriak.” pintanya dengan suara serak. “Tolong beritahu saya, dimana toilet nya berada.”

Leona merasa lega karena pria ini hanya tersesat dan ingin pergi ke toilet. Bukankah itu pertanda jika semua tidak akan apa-apa? Tidak akan terjadi apapun padanya, kan?

Lantas, kening Leona sedikit mengkerut saat menyadari siapa pria didepan matanya ini.

“Anda—”

“Cepat antar saya kesana!” seru pria itu tanpa memberi kesempatan bagi Leona untuk bicara. Mendengar permintaan pria asing yang sedang ia terka itu, Leona mengangguk patuh dan berjalan menunjukkan si pria dimana toilet berada.

“Saya antar ke toilet khusus—”

“Tidak! Cari toilet terdekat saja.” kata pria itu dengan raut seperti menahan sakit yang Leona pikir, sedang menahan panggilan alam.

Lagi-lagi Leona mengangguk patuh dan membawa pria itu melangkah menuju kamar mandi pegawai yang letaknya memang ada di bagian paling ujung ruangan ini.

“Kenapa anda tidak ke toilet khusus tamu saja, pak?” celetuk Leona yang mulai sadar dan tau siapa pria di belakangnya saat ini.

“Jangan banyak tanya.”

Leona langsung terdiam. Bukan ranahnya bicara dengan orang penting seperti Antariksa Graham. Leona pun memilih mengunci bibirnya agar tidak lagi bersuara.

Dan sesampainya di depan toilet yang berjejer sebanyak lima kotak itu, Leona mempersilahkan Antariksa menggunakan salah satu toilet yang ada, lantas berniat pamit kemudian pergi dari sana.

Tapi, sesuatu yang mengejutkan berhasil menyentak kesadaran Leona. Ia berada di dalam kamar mandi berukuran sempit dengan seorang pria yang kini bisa ia lihat dengan jelas rupanya. Pria berwajah sempurna dengan garis wajah yang tegas itu, kini mengunci pintu yang jelas saja membuat Leona ketakutan.

“Apa yang anda lakukan, pak?! Saya harus keluar dari sini!”

Leona mencoba menyingkirkan tubuh kekar beraroma maskulin itu dari hadapannya agar dia bisa keluar menyelamatkan diri. Tapi nahas, pria itu menyentak tubuh langsing Leon hingga berbalik membelakangi. Lalu sebuah bekapan kuat kembali menyapa bibirnya hingga tak bisa bersuara. Segala upaya melepaskan diri sudah ia coba, namun gagal karena kalah tenaga.

Leona semakin pasrah saat pria itu berbisik, “Maaf, tolong bantu aku menyelesaikan pengaruh obat sialan ini. Aku janji, akan bertanggung jawab atas hidupmu. Jika memang di butuhkan, kita menikah setelah ini.”

Dan, semuanya terjadi begitu saja. Leona Agustin kehilangan hal paling berharga yang sudah ia dan kedua orang tuanya jaga selama dua puluh empat tahun hidupnya, oleh pria yang baru ia kenal beberapa menit yang lalu.[]

...To be continue...

...🌼🌺🌼...

Tinggalkan Like dan komentar, tambah ke list favorit, juga berikan hadiah jika berkenan ☺️

Terima kasih,

sampai jumpa di next episode yang pastinya tidak kalah seru 😉

Terpopuler

Comments

Putu Suciptawati

Putu Suciptawati

jadi awalnya spt ini ya?

2023-04-30

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!