Hidup Naureen dan Gus Azmi di pesantren Nurul Huda berjalan dengan tenang. Mereka saling mendukung dan menyayangi. Naureen sudah terbiasa dengan kehidupan di pesantren dan menjalankan perannya sebagai istri Gus Azmi dengan baik.
Suatu sore, Gus Azmi bertemu dengan Naureen di teras rumah. Mereka sedang menikmati secangkir teh hangat sambil berbincang tentang rencana mereka untuk mengunjungi orang tua Naureen di Jakarta.
"Naureen, aku ingin mengunjungi orang tua mu di Jakarta," ucap Gus Azmi dengan suara lembut.
"Insyaallah, Mas. Naureen juga ingin mengunjungi Bunda dan Abang," jawab Naureen dengan senyum manis.
"Kapan kita berangkat?" tanya Gus Azmi.
"Insyaallah, minggu depan," jawab Naureen. "Naureen sudah menghubungi Bunda dan Abang. Mereka sangat senang mendengar kabar ini."
"Alhamdulillah," jawab Gus Azmi. "Semoga perjalanan kita berjalan lancar."
"Amin," jawab Naureen. "Mas, Naureen ingin bertanya sesuatu."
"Apa itu, Naureen?" tanya Gus Azmi.
"Mas, mengapa Mas tampak sedih sejak kemarin?" tanya Naureen dengan suara lembut. Ia memperhatikan wajah Gus Azmi yang tampak murung.
Gus Azmi terdiam sejenak. Ia menunduk dan mencoba menahan air matanya. "Naureen, aku takut menyakiti hatimu," ucap Gus Azmi dengan suara yang gemetar.
"Mengapa Mas berkata begitu?" tanya Naureen dengan suara yang gemetar. Ia merasa sedikit takut mendengar kata-kata Gus Azmi.
"Naureen, aku ingin jujur padamu," ucap Gus Azmi dengan suara yang gemetar. "Aku memang menyukai seseorang sebelum aku menikah denganmu."
Naureen terdiam sejenak. Ia menatap Gus Azmi dengan tatapan yang tak terbaca. "Siapa dia, Mas?" tanya Naureen dengan suara yang gemetar.
"Namanya Ustadzah Annisa," jawab Gus Azmi dengan suara yang gemetar. "Dia adalah ustadzah di pesantren dekat rumah ku."
Naureen terdiam sejenak. Ia merasa sedikit sakit mendengar pengakuan Gus Azmi. Ia mencoba menahan air matanya agar tak menetes.
"Mas, aku takut," ucap Naureen dengan suara yang gemetar.
"Naureen, jangan takut," jawab Gus Azmi. "Aku mencintai mu. Aku ingin membangun rumah tangga yang bahagia bersama mu. Aku ingin menjagamu dan menyayangimu sepanjang hidup ku."
"Mas, aku takut," ucap Naureen dengan suara yang gemetar.
"Naureen, jangan takut," jawab Gus Azmi. "Aku mencintai mu. Aku ingin membangun rumah tangga yang bahagia bersama mu. Aku ingin menjagamu dan menyayangimu sepanjang hidup ku."
"Tapi, Mas," ucap Naureen dengan suara yang bergetar, "Bagaimana dengan Ustadzah Annisa? Apa Mas akan melupakan perasaannya?"
Gus Azmi terdiam sejenak. Ia menatap Naureen dengan tatapan yang penuh kesedihan. "Naureen, aku takut melakukan sesuatu yang salah. Aku takut menyakiti hati Ustadzah Annisa. Tapi, aku ingin jujur padamu, aku ingin membangun rumah tangga yang bahagia bersama mu. Aku ingin menjagamu dan menyayangimu sepanjang hidupku."
Naureen menatap Gus Azmi dengan tatapan yang tak terbaca. Ia mencoba untuk mengerti perasaan Gus Azmi. "Mas, aku takut," ucap Naureen dengan suara yang gemetar.
"Naureen, jangan takut," jawab Gus Azmi. "Aku mencintai mu. Aku ingin membangun rumah tangga yang bahagia bersama mu. Aku ingin menjagamu dan menyayangimu sepanjang hidup ku."
Tiba-tiba, suara ketukan pintu menghentikan percakapan mereka. Gus Azmi berdiri dan menuju pintu. Ia membuka pintu dan terkejut melihat Ustadzah Annisa berdiri di depan pintu.
"Assalamualaikum," sapa Ustadzah Annisa dengan senyum yang lembut.
"Waalaikumsalam," jawab Gus Azmi dengan suara yang gemetar.
"Gus, bolehkah aku masuk?" tanya Ustadzah Annisa.
"Silakan, Ustadzah," jawab Gus Azmi dengan suara yang gemetar.
Ustadzah Annisa masuk ke dalam rumah. Ia menatap Naureen dengan tatapan yang tak terbaca. "Assalamualaikum, Naureen," sapa Ustadzah Annisa dengan senyum yang lembut.
"Waalaikumsalam, Ustadzah," jawab Naureen dengan suara yang gemetar.
"Gus, aku ingin berbicara denganmu," ucap Ustadzah Annisa dengan suara yang lembut.
"Baiklah, Ustadzah," jawab Gus Azmi.
Gus Azmi mengajak Ustadzah Annisa untuk duduk di teras rumah. Naureen terlihat sedikit takut dan bingung dengan situasi ini.
"Naureen, aku ingin membicarakan sesuatu dengan Gus Azmi. Bisakah kamu menunggu di dalam sebentar?" tanya Ustadzah Annisa dengan suara yang lembut.
Naureen mengangguk lemah. Ia berdiri dan kemudian masuk ke dalam rumah. Ia merasa sedikit takut dan bingung dengan situasi ini. Ia takut jika Ustadzah Annisa akan membicarakan perasaan mereka yang terpendam.
Gus Azmi dan Ustadzah Annisa duduk berhadapan di teras rumah. Mereka terlihat saling menatap dengan tatapan yang tak terbaca.
"Gus," ucap Ustadzah Annisa dengan suara yang gemetar. "Aku ingin menanyakan sesuatu padamu."
"Ya, Ustadzah," jawab Gus Azmi dengan suara yang gemetar. Ia merasa takut mendengar pertanyaan Ustadzah Annisa.
"Apakah kamu masih menyayangi aku?" tanya Ustadzah Annisa dengan suara yang gemetar. Ia menatap Gus Azmi dengan tatapan yang penuh harapan.
Gus Azmi terdiam sejenak. Ia menatap Ustadzah Annisa dengan tatapan yang penuh kesedihan. "Ustadzah, aku takut menyakiti hatimu. Aku ingin jujur, aku memang masih menyayangi mu. Tapi, aku juga mencintai Naureen. Aku takut melakukan sesuatu yang salah."
Ustadzah Annisa menatap Gus Azmi dengan tatapan yang penuh kekecewaan. "Gus, aku mengerti," ucap Ustadzah Annisa dengan suara yang gemetar. "Aku ingin kamu bahagia. Jika kamu mencintai Naureen, aku ikhlas melepaskanmu."
Gus Azmi terdiam sejenak. Ia merasa sangat terharu dengan keikhlasan Ustadzah Annisa. "Terima kasih, Ustadzah," ucap Gus Azmi dengan suara yang gemetar. "Aku tak akan pernah lupa pada mu."
Ustadzah Annisa mengangguk lemah. Ia menahan air matanya agar tak menetes. "Gus, aku doakan kamu bahagia bersama Naureen," ucap Ustadzah Annisa dengan suara yang gemetar.
"Terima kasih, Ustadzah," jawab Gus Azmi dengan suara yang gemetar.
Ustadzah Annisa berdiri dan kemudian berjalan menuju pintu. "Assalamualaikum," ucap Ustadzah Annisa dengan suara yang gemetar.
"Waalaikumsalam," jawab Gus Azmi.
Ustadzah Annisa keluar dari rumah. Gus Azmi menatap Ustadzah Annisa yang sedang berjalan menjauh. Ia merasa sangat sedih dan bersalah karena telah menyakiti hati Ustadzah Annisa.
Gus Azmi kemudian masuk ke dalam rumah. Ia menemukan Naureen sedang duduk di sofa, wajahnya tampak sedikit takut dan bingung.
"Naureen," ucap Gus Azmi dengan suara yang lembut. "Aku ingin menjelaskan semuanya padamu."
"Mas, aku takut," jawab Naureen dengan suara yang gemetar.
"Naureen, jangan takut," jawab Gus Azmi. "Ustadzah Annisa sudah mengerti situasinya. Ia ikhlas melepaskan aku."
Naureen terdiam sejenak. Ia mencoba untuk mencerna semua yang terjadi. "Mas," ucap Naureen dengan suara yang gemetar. "Apakah Mas benar-benar mencintai aku?"
Gus Azmi menatap Naureen dengan tatapan yang penuh kasih. "Naureen, aku mencintai mu. Aku ingin membangun rumah tangga yang bahagia bersama mu. Aku ingin menjagamu dan menyayangimu sepanjang hidup ku."
Naureen menatap Gus Azmi dengan tatapan yang tak terbaca. Ia merasa sedikit lega mendengar perkataan Gus Azmi. Namun, ia masih merasa sedikit takut dan bingung.
"Mas," ucap Naureen dengan suara yang gemetar, "Aku masih takut. Aku takut jika Mas masih menyayangi Ustadzah Annisa."
Gus Azmi menatap Naureen dengan tatapan yang penuh kasih. "Naureen, aku mengerti ketakutanmu," jawab Gus Azmi. "Tapi, aku berjanji padamu, aku akan selalu menyayangimu dan menjagamu sepanjang hidupku. Aku tak akan pernah melupakan perasaanku padamu. Aku ingin membangun rumah tangga yang bahagia bersama mu."
Gus Azmi mendekati Naureen dan memeluknya erat. "Aku mencintai mu, Naureen," ucap Gus Azmi dengan suara yang lembut.
Naureen terdiam sejenak. Ia mencoba untuk menenangkan diri dan mencoba untuk percaya pada kata-kata Gus Azmi. Ia ingin merasa bahagia dan aman bersama Gus Azmi.
"Mas," ucap Naureen dengan suara yang gemetar. "Aku ingin mempercayai Mas. Aku ingin merasa bahagia bersama Mas."
Gus Azmi menatap Naureen dengan tatapan yang penuh kasih. "Naureen, aku akan selalu ada untukmu," jawab Gus Azmi. "Aku akan membuatmu bahagia."
Naureen menangis terharu di pelukan Gus Azmi. Ia merasa lega dan bahagia karena Gus Azmi mencintainya. Ia berharap pernikahan mereka akan berjalan dengan bahagia dan diberkahi oleh Allah SWT.
"Terima kasih, Mas," ucap Naureen dengan suara yang gemetar.
"Sama-sama, Naureen," jawab Gus Azmi. "Aku sangat mencintai mu."
Naureen dan Gus Azmi saling berpelukan erat. Mereka berharap hubungan mereka akan terus berjalan dengan harmonis dan bahagia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments