Gus Azmi kembali ke kamar tamu dengan charger handphone di tangan. Ia terlihat sedikit lega karena berhasil menemukan charger yang sesuai dengan handphone Naureen.
"Naureen, ini chargernya," ucap Gus Azmi sambil menyerahkan charger kepada Naureen.
Naureen menerima charger itu dengan senyum tipis. "Terima kasih, Mas," ucap Naureen sambil mencoba menghubungkan charger ke handphonenya.
"Semoga baterainya cepat penuh," ucap Gus Azmi sambil memperhatikan Naureen yang terlihat lelah.
"Insyaallah," jawab Naureen sambil menekan tombol power handphonenya.
Naureen mencoba menghubungi bundanya. Jari-jarinya gemetar saat menekan tombol panggilan. Ia takut mendengar jawaban bundanya.
"Assalamualaikum," ucap Bunda Naureen di seberang telepon.
"Waalaikumsalam, Bun. Maaf, Bun. Handphone Naureen kehabisan baterai," ucap Naureen dengan suara yang gemetar.
"Kenapa kamu baru menelepon? Bunda khawatir kamu," ucap Bunda Naureen dengan nada khawatir.
"Naureen sedang di pesantren Nurul Huda, Bun," jawab Naureen dengan suara yang makin gemetar.
Bunda Naureen terkejut mendengar jawaban Naureen. "Kenapa kamu ada di pesantren Nurul Huda? Terjadi apa?" tanya Bunda Naureen dengan nada yang cemas.
"Naureen terjatuh di jalan dan pingsan, Bun. Untungnya, Gus Azmi, putra Kiyai Rahman menolong Naureen," jelas Naureen dengan suara gemetar.
Bunda Naureen terdiam sejenak. Ia mencoba untuk mencerna semua yang terjadi. "Bagaimana kondisi mu sekarang, Naureen?" tanya Bunda Naureen dengan nada khawatir.
"Alhamdulillah, Naureen sudah membaik, Bun. Tapi, Gus Azmi dan ayahnya mengatakan bahwa Gus Azmi harus bertanggung jawab atas perbuatannya dengan menikah dengan Naureen, Bun," jelas Naureen dengan suara yang gemetar.
Bunda Naureen terdiam sejenak. Ia mencoba untuk menahan air matanya. Ia tak menyangka bahwa Naureen akan dihadapkan pada situasi yang sulit ini. "Naureen, kamu tidak perlu takut. Bunda akan datang ke pesantren Nurul Huda," ucap Bunda Naureen dengan suara yang tetap kuat.
"Bunda akan membicarakan hal ini dengan Kiyai Rahman dan Ummi Maryam," lanjut Bunda Naureen.
"Terima kasih, Bun," ucap Naureen dengan suara yang gemetar. Ia merasa lega karena Bunda akan membantunya.
"Kamu jangan khawatir, Naureen. Bunda akan menemani kamu," ucap Bunda Naureen dengan suara yang penuh kasih.
Naureen mengangguk lemah. Ia merasa sedikit tenang karena Bunda akan membantunya. Ia kemudian memberi tahu Bunda tentang lokasi kamar tamu yang ia tempati.
"Naureen, kamu jangan khawatir. Bunda akan segera sampai," ucap Bunda Naureen sambil menutup telepon.
Naureen melepaskan handphone dari telinganya. Ia terlihat lelah dan sedikit menangis. Gus Azmi yang sedang duduk di kursi, menatap Naureen dengan tatapan yang penuh simpati.
"Naureen, kamu baik-baik saja?" tanya Gus Azmi dengan suara lembut.
Naureen menggeleng lemah. "Aku sedikit takut, Mas," jawab Naureen dengan suara yang bergetar.
Gus Azmi mendekati Naureen dan duduk di sisi ranjang. "Jangan takut, Naureen. Bunda mu akan segera datang. Dan, aku berjanji akan menjagamu," ucap Gus Azmi sambil menatap Naureen dengan tatapan yang menenangkan.
Naureen terdiam sejenak. Ia menatap Gus Azmi dengan tatapan yang tak terbaca. "Mas, aku bingung," ucap Naureen dengan suara yang gemetar.
"Aku mengerti, Naureen," jawab Gus Azmi. "Aku juga bingung. Tapi, aku ingin menjelaskan semuanya kepadamu. Aku tidak bermaksud untuk menimbulkan masalah atau fitnah. Aku hanya ingin menolongmu."
Gus Azmi mencoba menjelaskan situasinya kepada Naureen. Ia menceritakan bagaimana ia menemukan Naureen di jalan dan melihat kondisi Naureen yang sangat lemah. Ia takut menyerahkan Naureen pada orang lain karena takut terjadi sesuatu yang buruk.
"Aku tidak bermaksud untuk menyentuhmu tanpa ijin," jelas Gus Azmi. "Aku hanya ingin membantu kamu. Dan, ketika Abi mengatakan bahwa aku harus menikah denganmu, aku terkejut. Aku takut kehilanganmu dan aku takut melakukan sesuatu yang salah."
Naureen mendengarkan penjelasan Gus Azmi dengan hati-hati. Ia mencoba untuk mengerti situasi yang ia hadapi. Ia melihat ketulusan di mata Gus Azmi.
"Mas," ucap Naureen dengan suara yang lemah. "Aku takut jika Bundaku tak setuju dengan pernikahan ini."
"Aku mengerti, Naureen," jawab Gus Azmi. "Tapi, aku berharap Bunda mu bisa memahami situasinya. Aku berjanji akan menjagamu dan menyayangimu."
Naureen menatap Gus Azmi dengan tatapan yang tak terbaca. Ia merasa terbebani dengan situasi yang ia hadapi. Ia harus membuat keputusan yang sangat berat.
"Aku ingin berbicara dengan Bundaku terlebih dahulu," ucap Naureen dengan suara yang gemetar.
"Aku mengerti, Naureen," jawab Gus Azmi. "Aku akan menunggu di sini."
Naureen mengangguk lemah. Ia merasa lelah dan ingin segera bertemu dengan Bundanya. Ia harap Bundanya bisa memberikan solusi terbaik untuk situasi sulit yang ia hadapi ini.
Gus Azmi menatap Naureen dengan tatapan yang penuh simpati. Ia berharap semuanya akan berjalan dengan baik. Ia berjanji akan menjaga Naureen, walaupun hatinya masih dipenuhi kebingungan dan ketakutan.
"Naureen, aku akan menunggu di sini. Aku akan menemanimu sampai Bunda mu datang," ucap Gus Azmi sambil menyerahkan selimut kepadanya. "Kamu sepertinya masih kedinginan."
Naureen menerima selimut itu dengan senyum kecil. Ia merasa lega karena Gus Azmi terlihat sangat peduli padanya.
"Terima kasih, Mas," jawab Naureen dengan suara yang lemah.
Gus Azmi mengangguk dan kemudian berdiri. Ia mendekati jendela dan melihat hujan yang masih turun dengan deras. "Semoga Bunda mu segera sampai," gumam Gus Azmi dalam hati.
Gus Azmi berharap segalanya akan berjalan dengan baik. Ia takut kehilangan Naureen, walaupun baru mengenalnya beberapa jam yang lalu. Ia ingin menjaganya, menyayanginya, dan membuatnya bahagia.
Naureen menatap Gus Azmi yang sedang berdiri di dekat jendela. Ia mencoba untuk menenangkan diri dan mencoba untuk berharap semuanya akan berjalan dengan baik.
"Mas, aku takut," ucap Naureen dengan suara yang gemetar.
"Aku mengerti, Naureen," jawab Gus Azmi sambil berbalik menghadap Naureen. Ia mendekati Naureen dan duduk di sisi ranjang lagi.
"Aku takut jika Bundaku tak setuju dengan pernikahan ini," jelas Naureen dengan suara yang bergetar.
"Aku mengerti ketakutanmu, Naureen," jawab Gus Azmi dengan suara yang lembut. "Tapi, aku berharap Bunda mu bisa memahami situasinya. Aku berjanji akan menjagamu dan menyayangimu."
Gus Azmi menatap Naureen dengan tatapan yang penuh ketulusan. Ia berharap Naureen bisa percaya padanya.
Naureen terdiam sejenak. Ia mencoba untuk mencerna semua yang terjadi. "Mas, aku harus berbicara dengan Bundaku terlebih dahulu," ucap Naureen dengan suara yang lemah.
"Aku mengerti, Naureen," jawab Gus Azmi. "Aku akan menunggu di sini."
Naureen mengangguk lemah. Ia merasa lelah dan ingin segera bertemu dengan Bundanya. Ia harap Bundanya bisa memberikan solusi terbaik untuk situasi sulit yang ia hadapi ini.
Gus Azmi menatap Naureen dengan tatapan yang penuh simpati. Ia berharap semuanya akan berjalan dengan baik. Ia berjanji akan menjaga Naureen dan membuatnya bahagia. Ia akan berusaha untuk memperoleh restu Bunda Naureen agar hubungan mereka bisa berjalan dengan lancar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments