"Saya memiliki kemampuan untuk melihat kebohongan dari raut wajah seseorang. Jadi jangan pernah berpikir untuk berkata dusta sekecil apapun," ucap Alexander dengan nada yang penuh percaya diri.
Rossy sama sekali tidak terkejut dengan perkataan tersebut, karena ia sudah mengetahuinya dari Novel sebelum dirinya masuk ke dunia fantasi tersebut.
Kini yang ia pikirkan hanya satu hal, yaitu menjelaskan semuanya yang mungkin terdengar sangat konyol untuk Alexander.
"Bagaimana ya, mungkin semua akan terdengar tidak masuk akal tetapi ini kenyataannya," jawab Rossy.
"Anda katakan saja! Kan, sudah aku katakan jika aku tahu kalau kau berkata dusta ataupun jujur."
Mendengar perkataan Alexander, gadis itu pun mengatur napasnya. Pada akhirnya ia menceritakan bagaimana ia bisa msuk kedalam cerita novel yang sebelumnya ia baca. Tak ada yang dirinya tutupi, termasuk dengan suara misterius dan juga misinya untuk memulihkan keadaan mental putra mahkota.
Tentu saja semua perkataannya membuat Alexander mengerutkan keningnya, seolah tengah mencerna seluruh perkataan yang terlontar dari mulut Rossy.
"Jadi bagimu semua ini hanyalah cerita di dalam novel?"
"Begitulah, sejujurnya saya juga masih memahami dengan apa yang sedang terjadi. Tapi tidak ada waktu untuk saya jika terus tenggelam dalam kebingungan, saya ingin segera kembali ke duniaku berasal! saya tidak ingin membuang waktu lama-lama di sini," seru Rossy dengan mimik wajahnya yang terlihat kesal.
Walaupun semua terasa tidak masuk akal. Namun sorot mata dan raut wajah Rossy yang memancarkan kejujuran membuat Alexander tidak memiliki alasan untuk tidak memercayainya.
Alexander mengembuskan napasnya yang terlihat berat, sebelum akhirnya ia menanggapi semua perkataan Rossy.
"Apakah Anda tahu ramalan yang tengah menjadi buah bibir di Kekaisaran Sanvisburg?" tanya Alexander.
"Tidak, Yang Mulia," jawab Rossy sambil menggelengkan kepalanya.
"Kardinal mendapatkan sebuah mimpi, jika ada seseorang bersurai dan memiliki warna mata bagai langit malam, kulit kuning kecoklatan dan memiliki tubuh yang tidak setinggi orang pada umumnya. Sosok tersebut adalah utusan dewa yang akan membuat matahari muda menjadi matahari sejati yang bersinar cerah," ujar Alexander.
"Hah?"
"Artinya, diramalkan akan datang seseorang berambut dan berlensa mata hitam, dengan kulit kecoklatan serta tinggi dibawah rata-rata rakyat yang berada disini. Lalu kedatangannya dipercaya menyembuhkan putra mahkota dan membuatnya menjadi kaisar. Asalkan kau tahu, ciri-ciri tersebut tidak dimiliki siapapun dari masyarakat kekaisaran ini, maupun dari kerajaan-kerajaan sekitar. Bahkan saya pikir jika sosok tersebut hanyalah mitos belaka, yang mengartikan jika putra mahkota selamanya akan tetap seperti itu dan tak bisa kembali seperti sediakala," jelas Alexander.
Sorot matanya terlihat lebih teduh dari sebelumnya. Pria yang memiliki rambut silver dengan warna mata biru dan rahang tegas itu pun menoleh, tepat ke arah Rossy yang masih serius menyimak pembicaraannya.
"Bagi kami, menemukan manusia dengan ciri-ciri seperti itu sama halnya menemukan seekor siren di tengah hamparan samudra. Tapi ... semua itu terpatahkan kala saya menemukan kau semalam."
Deg!
Senyuman tipis yang terukir pada wajah Alexander yang dingin, dan cukup membuat Rossy terpana.
Siapa sangka narasi akan penggambaran sosok Alexander benar-benar sesuai dengan apa yang kini ia lihat.
Bukan hanya parasnya yang memukau, tetapi aura yang terpancar dari pria itu benar-benar membuat Rossy tidak menyesal telah mengidolakan, walaupun Alexander hanyalah sebatas pemeran pria kedua belaka.
'Astaga, ini gak sehat untuk jantung!' jerit Rossy di dalam hatinya.
"Saya sangat bersyukur karena tujuanmu juga ingin menyembuhkan putra mahkota. Saya akan membantu kamu agar bisa masuk ke dalam istana," ucap Alexander.
Bak gayung bersambut, Rossy tersenyum lebar. Alexander telah menjadi penyelamat untuk dirinya agar bisa segera menjalani misi dan kembali ke dunia asalnya berada. Tak terbayangkan jika dirinya tidak bertemu dengan Alexander, entah cara apa yang harus ia lakukan untuk bisa bertemu dengan putra mahkota yang selama ini hanya terkurung di dalam istana sejak Kaisar dan putri mahkota meninggal dunia.
"Kenapa Anda sesenang ini? Bukankah jika putra mahkota seperti itu maka Anda bisa menjadi Kaisar?" tanya Rossy kembali.
Alexander menghela napasnya, lalu menatap langit musim gugur yang terlihat cerah.
"Saya tidak berminat," jawabnya singkat seakan ada alasan tersendiri yang dirinya sembunyikan rapat-rapat.
Drap! Drap!
Suara langkah kaki kembali terdengar semakin mendekati mereka, terlihat sosok pria yang kian terlihat jelas dari balik pepohonan yang daunnya mulai berguguran.
"Maaf Yang Mulia, Kereta kudanya sudah siap! Kita harus segera berangkat sebelum hari semakin siang," ucap Caine yang tiba-tiba saja datang dan mengagetkan Rossy.
"Baiklah, tolong bawakan sarapan untukku dan Lady Rossy. Biar kami bisa menyantapnya terlebih dahulu sebelum kita kembali melanjutkan perjalanan menuju ibu kota," jawab Alexander.
"Baik, Yang Mulia!"
Caine kembali meninggalkan Rossy dan Alexander, membuat keduanya kembali dihadapkan oleh keheningan. Cukup lama mereka berdiam, seolah tengah tenggelam dalam pikiran masing-masing.
Alexander pun akhirnya beranjak dari duduknya lalu mengulurkan tangannya pada Rossy seraya berkata, "Mari kita sarapan bersama, Lady!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments