menikah?

"Bukankah ayah bilang aku masih anak anak? Kenapa ayah menyetujui lamaran itu?Apakah ayah memang ingin mengusirku dari rumah ini? " Tanya Sila geram

"Adek jangan bicara seperti itu.. " Niya berusaha menenangkan adiknya

" Jika tidak bukankah ayah bisa menolaknya?" suaranya mulai meninggi

"Itu tadi Presdir dimana ayah dan aku bekerja adek,, mungkin ayah g enak hati buat nolak,,"

"Gak enak hti? tapi ini mengenai masa depanku kak!! kenapa diputuskan karena g enak hati??."

"Ayah juga pasti sudah memikirkan kearah sana juga,, mereka keluarga berada kamu g akan jadi orang susah kedepannya"-

"Lalu bagaimana dengan kebahagiaanku?? sudah dijaminkah klo aku bahagia dengan kekayaan mereka?" tangis Sila yang coba dibendung akhirnya pecah juga

"Mereka keluarga baik adek,, jangan seperti itu.."hibur Niya

"Lalu mengapa bukan kakak saja? kakak lebih tua dariku,," menurunkan suaranya

"Yang tuan muda inginkan itu kamu bukan kakak,," mengelus kepala adiknya

"Bukankah ayah bisa bilang,, menerima lamaran untukku klo kakak sudah menikah.. kenapa harus terburu buru??" menyandarkan kepalanya di pundak sang kakak.

"Aku masih ingin bebas,, aku juga sebenarnya menyukai seseorang..."

"Kamu punya pacar?? " sang kakak penasaran

Sila menggeleng kepala

"Belum,, tapi aku menyukainya,,"

"Apa dia bilang suka juga padamu?"kak Niya memastikan

menggeleng "enggak,,,," dia menjawab lirih

,,Bahkan aku tidak tahu namanya,,, batin Sila berbisik

" Lupakan lah saja dia.."

"Bagaimana bisa??"rengek Sila

"Harus bisa!!" teriak sang ayah yang sudah berdiri didepan pintu

"Awas kau jika mempermalukan ayah!!"

"Kau sudah ayah rawat dari kecil sampai sekarang! sekarang tunjukkan balas budimu pada ku!! jangan membuat aku dan kakakmu malu!!"

"jika sampai kau mempermalukan keluargaku aku tak akan pernah menerimamu lagi sebagai anakku!!"

Sila berdiri

"Bukankah selama ini ayah tak pernah menerimaku sebagai anak ayah? Aku hanya pembawa sial! aku yang menjadi penyebab kematian istrimu!. bukankah aku memang tak pernah kau harapkan ayah??".Suara Sila meninggi saat Rudi mengungkit soal hubungan ayab dan anak

"Beraninya kau!!!"

"""plak"""" tamparan keras mendarat di pipi tembem Sila. Wajah putih mulus itupun berubah merah bekas telapak tangan sang ayah..

Ayahnya berlalu meninggalkan kamar itu.

"Adek,, kenapa harus membuat ayah marah sihh?" Niya berdiri dan mengikuti ayahnya keluar kamar.

"Ayah,, kenapa sampai menamparnya? kasihan adek!"

"Apa kamu tak melihat bagaimana dia berteriak pada ayah? dia melawan ayah!" menatap tangannya penuh sesal

"Adek sedang tertekan ayah,,, dia kan masih sangat muda.. bagaimana bisa dia memikirkan tentang pernikahan. Bahkan kita tak pernah memberinya kebebasan dalam bergaul,," Niya menghela nafas dalam

"Selama ini adek tak pernah protes klo kita melarangnya bergaul dengan banyak teman. Bahkan juga tak pernah mengatakan dia membutuhkan Hp agar bisa berkomunikasi dengan sahabat2nya. Jika ada tugas sekolah yang mengharuskan memakai internet dia juga tak pernah minta untuk kewarnet,hanya menunggu klo komputer Niya tak terpakai."

"Apakah ayah terlalu keras padanya??" sang ayah menitikkan air mata

"Sudahlah ayah,, biarkan adek menenangkan pikirannya dulu..."

Dalam beberapa hari keluarga itu dingin,, tak ada sapaan saat berpapasan, tak ada obrolan saat makan. Dinginn.. seperti orang asing

Suatu pagi saat Niya hendak berangkat ke kantor

"Kakak!!" panggil Sila

"Apa dek. . " jawab kakaknya lembut

"Katakan pada keluarga itu,, aku siap menikah dengan tuan mudanya. Apapun kenyataannya aku sudah siap!!" ucapnya dalam nada putus asa

"Baiklah!,, Kamu jangan sedih lagi ya?" kak Niya tersenyum

"Satu lagi!!" Sila menghentikan langkah kakaknya

"Aku tidak ingin ada perayaan atau pesta apapun,, apapun!!" tambahnya dengan menekan kata

"Baiklah!! akan kakak sampaikan"

...----------------...

Sudah 4 kali hari Sabtu, Tama tak lagi melihat gadis tembem itu di taman. Dimana dia sering mengintai dari mobilnya.

"kemana dia??".

"pak Arip,, gadis itu kemana? kenapa sudah sebulan ini dia tak kemari?"

"Saya tidak tahu tuan muda".

"Ya sudah kita pulang..."

"Baik tuan muda".

Mobil itu melaju meninggalkan taman.

Sementara di belakangnya seorang gadis berjalan lesu menuju bangku dipinggir taman itu. Dia menjatuhkan tubuhnya begitu saja, penuh keputus asaan. Dari sebrang terlihat Yuni melambaikan tangan dan tak mendapat respon apapun.

"Kenapa kamu masih seperti ini sih?" tanya Yuni setelah dekat dengan sahabatnya ini

"Apa aku siap? apa aku bener bener siap? kenapa hatiku masih terasa tidak rela?" oceh Sila

"Sil,, bagaimanapun kamu sudah bersedia menikah. Tidak ada yang harus disesali kan? itu keputusanmu,,!!"

"Tapi aku belum siap Yun,,, aku hanya putus asa"

"Sudah lah.. paling tidak calon keluargamu itu orang berada,, tidak semua orang seberuntung kamu,,"

" Tapi bagaimana kalau keluarga itu tak menyukaiku? Bagaimana klo aku diperlakukan tidak baik? bagaimana klo aku diperlakukan seperti pembantu? aku takut Yun,,, aku takut!!"tangisnya tak lagi terbendung

"Jangan berfikir yang aneh aneh,, bukankah kak Niya bilang keluarga itu baik? mereka bos kakakmu. Pastinya kak Niya tau sedikit banyak tentang mereka."tutur Yuni

"Bukankah banyak orang kaya yang baik di mata masyarakat tapi ternyata kejam pada orang dalam keluarga? apalagi menantu miskin dan jelek seperti aku?"keluh Sila lesu

"Jangan seperti itu,, kamu cantik, baik, cerdas.. kenapa harus seperti ini?" Yuni berusaha keras untuk membangkitkan semangat sahabatnya ini

"Lihatlah tubuhku Yun,,, bodyku yang seperti balon udara ini,, apanya yang menarik??lelaki normal pasti memilih gadis cantik dan seksi.. apa,,, tuan muda itu tidak normal?? " tebak Sila

"Apakah dia mungkin idiot? sehingga dicarikan jodoh jelek jelekan ga apa apa..?

ataukahh,,"

"Hust,,, jangan diteruskan." Yuni membungkam mulut mungil sahabatnya itu agar tidak nyerocos terus

"Apakah kamu belum pernah bertemu calon suamimu? aku dengar dia sangat tampan"

"Belum dan aku tak mau melihatnya"

...----------------...

dilain tempat

"Ayah,, apakah ayah memaksa gadis itu?"tanya Tama curiga

"Apa maksudmu?" sang ayah yang tidak mengetahui maksud putranya ini mengerutkan kening

"Sejak ayah dan ibu pergi kerumahnya,, aku tak lagi menemukan dia di taman, di kafe, dan tempat2 yang biasa dia kunjungi. Aku seperti kehilangan dia ayah?" keluh sang putra

"Ayah kesana hanya menyampaikan apa yang kamu inginkan,, dan gadis itu menyerahkan keputusan pada ayahnya. dan ayahnya menerima lamaran kita. apa yang salah?"

" Jadi dia memang terpaksa..." Tama meninggalkan ayah nya

"Tama!,, mau kemana kmau? apa yang ingin kamu lakukan?hari dan tanggal sudah ditentukan. jangan bikin ulah.."

Aditama melaju mobilnya menuju ke kafe asri. Kafe kecil dipinggir kampung gadis itu tinggal. Dia duduk dikursi pojok dimana dia sering mengawasi gadis itu bercanda dengan 2 teman nya dan pemuda itu.

"ya pemuda itu,, apakah dia pacarnya?. dia terlihat begitu bahagia saat bersama pemuda itu.. apa ?? apakah dia mencintai pemuda itu?. mengapa aku tak berfikir kesana?. bagaimana klo benar? apakah aku menghancurkan kebahagiaannya?. aku ingin menikahinya untuk membahagiakannya.. tapi apakah aku malah merebut kebahagiaannya?..

apa yang harus aku lakukan sekarang?

waktu sudah ditentukan!,,

jika aku membatalkannya bukan cuma keluargaku yang malu,, tapi juga menghancurkan kepercayaan keluarga dia..

bagaimana aku harus menghadapinya nanti?..

bagaimana aku bisa membahagiakannya?? sementara aku yang sudah merampasnya...

kenapa aku bodoh??.."

Tama menghela nafas panjang banyak hal berkecamuk dalam otaknya. Dia mengendurkan dasi dan membuka dua kancing baju serta menyingsingkan lengan kemejanya.

menyeruput kopi sedikit sedikit demi menghilangkan gemuruh penyesalan dalam dadanya.

Ya dia menyesal!!!

Dia merasa telah menghancurkan kebahagiaan orang yang ingin di bahagiakannya.

sejenak memejamkan mata..

Tama hendak bangkit dan meninggalkan kafe itu namun,,, matanya menangkap dua sosok gadis yang dikenalnya.

"ya itu dia,, dia kemari,, akhirnya aku melihatnya,, Tapi,,, apa itu? mengapa dia seperti itu? raut wajahnya pucat, matanya sembab? apa dia menangis?. ya dia sedih!."

Langkah Sila gontai,, dan Yuni tepat berada disampingnya menggandeng lengan sahabatnya.

Tak berapa lama datang seorang pemuda tampan menghampiri mereka

"Halo sayang..." sapa pemuda itu pada keduanya

"sayang? siapa yang dipanggilnya sayang? apakah gadis itu atau sahabatnya?." Tama termangu mendengarkan pembicaraan mereka

"Loh apa ini? menangis? kenapa? lama tak melihatmu kenapa jadi jelek begini sekarang?" goda Ryan sambil memegang dagu Sila dan memutarnya kekanan dan ke kiri.

"Dia akan menikah.." sahut Yuni

"Hah menikah? yang benar? selamat ya... tapi,, masih kecil ini kenapa buru buru?"

"Dia terpaksa.."

Deg!!. Degup jantung Tama seolah berhenti

"ya dia terpaksa!"

"Kok bisa?"selidik Ryan

"Ayah sudah menentukan"jawab nya lirih

"Oh jadi perjodohan?? sudahlah jangan bersedih seperti itu. jalani saja. Mungkin ini memang yang terbaik buat kamu.. Percayalah Tuhan itu adil apa yang kamu risaukan?.."

"Nanti klo sudah menikah gak bisa ketemu lagi sama kamu" goda Yuni

"hahahahha!!! kenapa gak bisa? kita masih bisa ketemuan sayang,,,"

"Heh bagaimana mungkin suaminya mengijinkan istrinya bertemu cowok brandal kek kamu!!"

" Eh sembarangan klo ngomong? biarpun brandal aku kan romantis,,,"

ada sedikit guratan senyum dibibir Sila

"Senyum dong,,, biar tembemnya tambah cantikk?"

senyum itu kian melebar..

Ada sekelebat bahagia di hati Tama

Terpopuler

Comments

Yulis Yusni

Yulis Yusni

buat langsing thor

2021-05-25

1

Dinda Natalisa

Dinda Natalisa

Hai author aku mampir nih kasih like jangan lupa mampir di novel ku "menyimpan perasaan" mari saling mendukung.

2021-03-12

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!