▪︎▪︎▪︎▪︎
Terhitung hari ini genap sudah dua minggu Auryn bekerja disebuah hotel ditempat yang sama dimana Kate bekerja. Meski hanya sebagai room service, Auryn sangat mensyukuri pekerjaannya karena dirinya yang masih nol pengalaman. Semua itu tidak terlepas dari campur tangan Kate yang diposisi Housekeeping Supervisor disana, bisa dikatakan Kate senior yang sudah dipercaya di hotel itu.
"Bu, Ryn berangkat kerja dulu ya. Ibu baik-baik di rumah, obatnya juga jangan lupa di minum." Meski tak bertegur sapa semenjak Auryn memutuskan bekerja. Gadis itu tetaplah harus berbakti pada Ibunya.
"….." Melodi masih mogok bicara pada putrinya.
"Auryn sayang Ibu." Sebelum pergi ia selalu meraih tangan Ibunya untuk ia kecup.
Sepeninggal Auryn, Melodi menatap punggung putrinya yang mulai menjauh dari balik tirai jendela rumah mereka.
"Hati-hatilah nak, semoga tidak ada orang yang akan berbuat jahat pada mu." Tanpa sepengetahuan Auryn, ia selalu mendoakan setiap langkah anaknya itu.
"Andai Ibu selalu berbuat baik dimasa lalu, pasti kau akan menuai hidup yang tenang dan bahagia sekarang. Maafkan Ibu nak." Air mata masih saja setia menemani setiap penyesalannya.
^^^^
"Pagi Kak Kate." Sapa Ryn saat mereka berpapasan di depan rumah Kate. Setiap mereka punya shift yang sama, Kate selalu menawarkan tumpangan karena wanita itu selalu pulang pergi menggunakan mobil pribadinya yang tentu saja didapat dari hasilnya bekerja.
"Pagi Ryn. Ayo kita berangkat sekarang agar bisa sarapan dahulu di jalanan nanti." Ajak Kate, karena dia sudah menganggap Ryn sebagai adiknya maka ia selalu berlaku baik pada gadis itu, toh ia juga pantas mendapatkannya.
"Oh ya Ryn, hari ini Bos akan menginap di Hotel. Sebaiknya kau yang rapikan kamarnya, hitung-hitung kau mengenal si Bos. Mana tau kau bisa menikah dengannya." Tukas Kate sekenanya.
"Kakak ada-ada saja."
"Eii…Bos itu masih muda, seumuran dengan mu. Atau tidak, sekurang-kurangnya kalian bisa berteman. Dia juga orangnya sangat baik." Celetuk Kate seraya membanggakan Bosnya itu.
"…." Auryn hanya bisa terkekeh kecil mendengarnya.
Sesampainya di Hotel, sesuai instruksi Kate tadi Auryn melakukan pekerjaannya. Seperti biasa ia selalu memasang wajah cerianya ketika di luar kamar, ya jika sedang berada dikamarnya Auryn akan menangis mengenang betapa sulit hidup yang ia jalani bersama sang Ibu tercinta.
Langkah kaki terus membawanya ke pintu bernomor 197, dengan hati-hati ia membuka pintu tersebut menggunakan key tag karena kamar khusus itu hanya akan dimasuki jika si pemiliknya datang.
Tit
"Wauu….bahkan kamarnya berkali lipat lebih besar dari rumah ku. Apa satu lantai ini hanya untuk satu buah kamar saja? Kenapa besar sekali?" Seperti orang bodoh, Auryn yang tidak pernah merasakan kemewahan barang sedikit pun. Jikalau pun ia punya uang lebih toh untuk apa juga ia harus menginap di hotel jika ia mempunyai rumah sendiri.
"Oke Ryn, ayo mulai bekerja sekarang.." ucapnya pada diri sendiri seraya mengepalkan tangannya ke udara.
Dikamar super wah itu, Auryn mendapati ada tiga pintu disana. Satu persatu tidak luput dari perhatiannya. Usai membereskan ranjang dengan mengganti alas kasurnya, gadis itu beralih ke pintu yang berada tak jauh dari ranjang dan pastinya itu kamar mandi. Kembali gadis manis itu berdecak kagum akan isi didalamnya.
Pintu kedua tidak terlalu menarik saat ia memasukinya karena itu hanya sebuah ruang kerja. Mungkin kamar ini juga merangkap ruang kantor si pemilik pikir Auryn.
Beristirahat sejenak, perhatian Auryn kembali tersita pada pintu terakhir. Sisi kanan dan kiri pintu itu terhapit dua gorden besar, rasa penasaran mendorongnya untuk membuka pintu tersebut untuk mengetahui apa dibaliknya.
"Astaga! Ini indah sekali. Pantas saja Bos itu memilih kantor juga kamarnya di lantai ini." Bagaimana tidak, melihat ke sisi kanan kita akan melihat gedung-gedung berdampingan lalu di ujungnya terlihat laut lepas. Sebaliknya di sisi kiri, terdapat hamparan entah itu sawah atau padang rumput yang jelas di ujungnya juga ada pegunungan. Sungguh tempat yang sangat-sangat strategis pikirnya lagi.
Auryn menengadahkan kepalanya ke langit, paru-parunya juga menghirup udara sebanyak mungkin. Ia menikmati setiap terpaan angin yang mengipasi wajah putih pucatnya itu.
"Eherm…" terlalu menikmati pesona alam, Auryn tidak menyadari sedari beberapa waktu lalu seseorang telah memperhatikannya secara intens.
^^^^
Siang ini Zach tidak ke kantor, pria yang sudah berumur itu mengerjakan pekerjaannya dari rumah saja karena tidak ada meeting penting hari ini. Seperti biasanya jika ada waktu senggang ia akan menghabiskan waktu berdua dengan wanita yang teramat sangat dicintainya itu di rumah.
"Dadd ini tehnya." Celo menghampiri suaminya yang kini tengah mengerjakan sesuatu di taman belakang rumah mereka.
"Terima kasih sayang." Semenjak Celo merasuki keseluruhan hidupnya, kata terima kasih sudah menjadi hal yang wajib bagi Zach.
"Kenapa?" Zach yang menyadari Celo terus memperhatikannya, tau pasti Ibu dari anak-anaknya itu akan menyampaikan suatu hal penting.
"Mas, bagaimana jika Archie kita jodohkan dengan Cerry?" Dalam pembahasan serius Celo akan kembali ke panggilan semulanya untuk Zach.
"Kenapa terpikirkan hal semacam itu?" Heran Zach.
"Mereka kan sudah dekat dari kecil, bahkan hingga dewasa sekarang pun mereka masih sering bersama. Celo pikir pasti baik-baik saja jika kita jodohkan mereka." Ia mengutarakan pemikirannya.
"Sayang, bukannya Mas tidak menyukai ide mu ini. Tapi kita sudah terlalu banyak menuntut pada Ar, jangan sampai nanti dia merasa jengah karena terlalu banyak mengaturnya. Jika memang mereka berjodoh biarlah mengalir seperti kemauan mereka sendiri." Terang Zach.
"Tapi ini juga demi kebaikan putra kita." Celo masih saja membujuk suaminya.
"Sayang, sesuatu yang baik menurut kita belum tentu baik untuk orang lain. Dengar, Ar sudah terlalu banyak mengalah pada kakaknya bahkan ia yang pertama minta izin untuk ke Holland, tapi karena Al juga mau kesana terpaksa Ar mengalah. Jika kita juga mengatur jodohnya, bisa saja dia akan marah dan menjauhi kita, apa kau mau hal itu terjadi?" Zach memberi pemahaman pada Ibu dari anak-anaknya itu.
"Kebahagiaan anak ialah ketika mereka tidak dikekang juga diatur. Mereka akan merasa seperti boneka, yang bergerak hanya jika digerakkan. Jangan sampai salah satu dari mereka merasa kita pilih kasih."
"Maaf Mas, hampir saja Celo mengacaukan keluarga kita." Sesalnya.
"Tidak sayang, itu wajar karena kau hanya ingin yang terbaik untuk anak-anak kita." Perlahan Zach mengusap penuh kasih wajah istrinya.
^^^^
"Aa-ppa yang Ttuan lak-kukan disini?" Melihat pria yang hari itu mencuri paksa first kiss nya, Auryn mendadak berubah ketakutan.
"Kau tau apa janjiku jika kita bertemu lagi?" Langkah demi langkah, pria itu mendekati Auryn.
"…." Karena terlalu ketakutan gadis itu lambat merespon apa yang dikatakan pria itu.
"Jika dipertemuan kedua aku hanya mendapatkan bibir manismu. Maka di pertemuan ketiga ini, aku akan mendapatkan semuanya." Ucapnya yang menurut Auryn sangat menakutkan.
"Aa-apa??"
Sesuatu yang menurut kita baik, belum tentu baik juga bagi orang lain. jadi jangan pernah memaksakan kehendak kita pada siapapun karena hanya akan menimbulkan perselisihan. __areumkang__
Kebahagiaan anak ialah ketika mereka tidak dikekang juga diatur. Mereka akan merasa seperti boneka, yang bergerak hanya jika digerakkan. Sebagai Ibu, kita harus pandai-pandai berlaku adil pada setiap anak. __areumkang__
▪︎▪︎▪︎▪︎
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Riwid
Areum kang semangat , bijak sekali
2020-10-24
0
@ Teh iim🍒🍒😘
semangat Thor 💪💪💪
2020-10-19
0
Nhae
archi kayanya ya...yg ada di deket auryn...di episode ini aku tuh br ngerasa simpatik ama melodi..dr sebelumnya aku paling benci ama melodi secara dia kejam bgt...😍😍😁🤗
2020-07-14
1