Jam menunjukan pukul delapan pagi, Lingga baru saja membuka mata tapi rasa pusing masih terasa. Bahkan tenggorakan nya sangat kering, dengan malas Lingga melangkahkan kaki menuju dapur untuk mengambil air minum dan duduk di meja makan. Di lihat ada berbagai macam hidangan dan Lingga tahu pasti Alin yang sudah memasaknya. "Perempuan ini sudah ku bilang aku tidak akan memakan masakannya masih saja. Dasar keras kepala!" ucap Lingga kesal.
Tapi entah kenapa mata itu selalu menatap hidangan yang ada di atas meja bahkan Lingga menelan saliva nya kasar. Tanpa berpikir panjang Lingga langsung memakan masakan Alin. "Enak ini sangat enak!" ucap Lingga ketika menelan makanan itu. Namun tiba-tiba matanya tertuju pada secarik kertas.
"*Mas aku tau kamu tidak akan memakan makanan ini aku hanya ingin memberitahu mu aku sudah bekerja dan ini hari pertama ku"
"Bekerja?" gumam Lingga "Aah...ternyata aku lupa memberinya uang untuk kebutuhannya, tapi aku tidak peduli biarkan saja dia bekerja bukankah perempuan seperti Alin hanya akan mengejar uang." pikir Lingga.
Matahari sudah terasa panas, teriknya pun cukup untuk membakar kulit. Alin masih sibuk dengan kotak makanan. Ya, Alin saat ini bekerja sebagai pengantar makanan di salah satu restoran, dengan semangat Alin melajukan sepeda motornya namun naas tanpa sengaja sebuah mobil berwana putih menyerempet nya. Untung saja Alin hanya mengalami luka kecil saat itu.
Bruuuuukkkk.....
Dengan cepat si empunya mobil keluar di lihatnya seorang perempuan merintih kesakitan.
"Mbak...maaf ya mba maaf...saya sangat ceroboh." ujar laki-laki itu meminta maaf sambil menangkupkan ke dua tangannya.
"Tidak apa-apa lain kali hati-hati mas." jawab Alin mencoba berdiri.
"Maaf mbak, sekali lagi maaf.. ini kesalahan saya, tidak seharusnya saya menerima telpon saat mengemudi apa mbak perlu ke rumah sakit?"
"Ahhh...gak usah ini cuma luka kecil aja, lagian saya buru-buru mau nganterin pesanan." tolak Alin dengan wajah panik nya.
Dengan buru-buru Alin pergi meninggalkan laki-laki itu, untung saja makanannya tidak rusak kalau rusak bisa jadi Alin akan di pecat di hari pertama ia bekerja.
Di lain tempat, sebuah kantor lebih tepatnya di loby dengan kesal Lingga menunggu seseorang. Ya dia adalah Zian Ananta Nugraha sahabat sekaligus rekan bisnis Lingga.
"Sialan lo dari mana aja baru datang sekarang?" tanya Lingga kesal.
"Sorry bro gue tadi gak sengaja nabrak orang pas terima telpon dari lo." ujar Zian.
"Hah...trus gimana apa orangnya mati masih hidup atau sekarat?" tanya Lingga khawatir.
"Brengs*k lo itu namanya mendoakan...." tanpa meneruskan ucapan nya Zian melihat orang yang ia tabrak tadi "Haah...bukan kah itu dia? Menunjuk Alin yang berjalan sedikit tertatih.
"Siapa?" tanya Lingga penasaran.
"Perempuan yang gue tabrak barusan" jawab Zian.
Lingga langsung melihat ke arah Alin "Bukan kah itu Alin?" ucap Lingga dalam hati.
Tanpa menghiraukan Lingga Zian langsung menghampiri Alin "Mbak...mbak..." panggil Zian.
Alin terkejut karena bertemu kembali dengan orang yang sudah menabraknya.
"Aaah...mas ada apa?" tanya Alin.
"Aduh maaf sekali lagi mba ya gak kenapa-kenapa kan?" tanya Zian yang merasa bersalah.
"Gak mas gak usah khawatir masnya ngikutin saya?" tanya Alin polos.
"Hehe...gak sih ini kantor saya." jawab Zian sambil terkekeh.
"Ooo...kalau gitu saya pergi dulu masih ada kerjaan." Alin pamit begitu saja.
"Iya..." jawab Zian singkat.
Zian kembali menghampiri Lingga yang sedari tadi menatap nya sebenarnya Alin melihat Lingga saat itu namun Alin berpura-pura tidak melihat Lingga.
"Heh..lo kenapa?" tanya Zian membuyarkan lamunan Lingga.
"Gak kenapa-kenapa bingung aja tu korban tabrak lo kok gak minta ganti rugi?" tanya Lingga.
"Gue juga gak tau, udah gue ajak ke rumah sakit pun gak mau. Mungkin bukan mata duitan kali lo pikir aja kalau orang lain pasti akan marah-marah dan minta tanggung jawab tapi perempuan itu malah gak." terang Zian.
Lingga hanya diam mendengarkan pikiran nya kembali meracau entah kemana tanpa menghiraukan Lingga Zian merangkul pundak sahabat nya itu untuk menuju ruangannya.
"Eh...ngomong-ngomong cantik juga." celetuk Zian membuat Lingga mengerutkan dahinya dalam.
"Siapa?" tanya Lingga dengan suara datar nya.
"perempuan yang gue serempet... namanya siapa ya? ah...bego...bego..kok gue gak tanya tadi." Zian mengumpat pada dirinya sendiri.
Lingga yang mendengarkan ucapan sahabat nya itu kembali diam dan melanjutkan langkah nya. Pikirannya menerawang jauh bahkan saat ini tak ada teman mau pun sahabat yang tau tentang pernikahannya dengan Alin, karena pernikahan mereka hanya hadiri orangtua penghulu dan beberapa saksi dan itu pun anak buah papah Lingga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Kenzi Kenzi
cemburu lingga meletup2 ga tuh
2023-02-21
0
Riska Wulandari
lah elu juga knp mau nikahin sih tuan Linggaaaaa??
2022-03-23
0
Sri Widjiastuti
ya diurus lhoh sbg bentuk tanggung jawab.. diliatin aja sama ziann😇😇
2021-12-18
0