Namanya Louis Meinhardt. Nama "Meinhardt" adalah nama marga dari sebelah ayahnya.
Dia tumbuh di sebuah keluarga yang cukup kaya dan berpunya. Ayah dan ibunya adalah pengusaha gandum yang sukses sehingga mereka tak jarang keluar demi kepentingan pekerjaan mereka. Walau demikian, mereka tetap tidak pernah melupakan Louis dan selalu menyisihkan waktu untuk bermain dengan Louis kecil bila situasi memungkinkan.
Karena kedua orang tua Louis kecil yang cukup sibuk, mereka memutuskan untuk memanggil seorang pengasuh. Pada saat itu umur Louis masih 7 tahun sehingga dirinya perlu pengawasan orang dewasa. Pengasuh tersebut bernama 'Jenn'.
Bibi Jenn selalu mengajarinya tentang hal baru di dunia. Rambutnya yang pirang selalu melindunginya dari dinginnya cuaca luar. Mata berwarna abu-abunya memandangi Louis dengan tulus. Perlakuannya terhadap Louis kecil seperti perlakuan ibunya sendiri. Louis merasa senang atas kehadiran Bibi Jenn di sisinya. Wanita itu telah membuatnya bahagia di kala kedua orang tuanya sedang sibuk mencari uang di luar sana. Senyumannya yang indah membuat hari-hari Louis kecil menjadi berwarna.
"Louis, Ayah dan Ibu ingin bicara denganmu!" seru ayah memanggil Louis dari dalam rumah lalu menghampiri dirinya dan Bibi Jenn yang sedang bermain kartu Uno di teras halaman.
"Jenn, maaf telah mengganggu waktu kalian," kata ayah sambil membawa Louis bersama dirinya.
"Iya, Pak! Gak apa-apa," ucap Bibi Jenn sambil tersenyum kepada Ayah.
Louis pun dibawa ke ruang kerja ayah dan di sana ada ibu yang sedang terduduk di sofa kerja ayah. Raut wajah ibu terlihat sedih. Ibu langsung angkat bicara yang diawali dengan membersihkan tenggorokannya yang kering dengan meneguk segelas air mineral.
"Sayang," Kalimat pertama yang keluar dari mulutnya. Posisinya langsung membungkuk menghadap Louis sambil mengelus rambutnya yang berwarna biru tua, persis seperti warna rambut ayah.
"Ayah dan Ibu ada urusan penting tentang pekerjaan kami, maka dari itu kami akan keluar kota besok pagi selama dua minggu lamanya."
Louis seketika terkejut mendengar berita tidak terduga yang disampaikan oleh ibu. Betapa mengejutkannya karena ini adalah waktu paling lama ibu dan ayah keluar kota. Paling lama bahkan hanya 3 atau 4 hari saja!
"Yah, Ibu! Kenapa lama sekali?" tanya Louis kecil dengan memasang raut wajah sedih. Ayah yang awalnya berdiri, kini ikut jongkok mendekati Louis. Kedua tangannya menyentuh pundak Louis.
"Maafkan kami, Nak! Kami tidak bisa membatalkan ini," ucap ayah dan langsung memeluk Louis. "Ayah janji setelah Ibu dan Ayah pulang, Ayah dan Ibu akan ajak kau ke taman bermain di Cleveland dan naik wahana sepuasnya di sana!"
"MAU, YAH!!!!" seru Louis bersemangat.
"Baiklah, makanya kau harus tetap bersabar menunggu, ya! Kami janji akan kembali," seru ibu langsung mencium kedua pipi Louis yang memerah.
"ASIK!!!" kata Louis. Benar-benar tidak sabar.
Mereka sangat menyayangi Louis. Bahkan ketika mereka membuat janji kepada Louis, tidak pernah satu pun janji mereka ingkar.
--
Tiba keberangkatan Ibu dan Ayah.
"Louis! Jaga diri, ya!" seru ibu sambil membawa tas koper menuju keluar rumah.
"Dadah!" Ayah melambaikan tangan kepada Louis kecil yang sedang menatap kepergian ayah dan ibunya.
Louis pun membalas lambaian tangannya dengan perasaan sedih. Namun, ia paksakan untuk ceria agar mereka tidak khawatir. Ayah dan ibu juga berpesan kepada Bibi Jenn agar selalu menjaga Louis dan mengurusnya selama mereka keluar kota.
Inilah senyuman yang terakhir kali Louis lihat dari ayah dan ibu sebelum mereka keluar kota.
Ayah, ibu, jaga kondisi, ya! Semoga selamat sampai tujuan. Aku sayang kalian!
--
Sudah lebih dari dua hari setelah ayah dan ibu pergi, tidak ada kabar dari mereka. Seharusnya mereka sudah mengabari Louis melalui telepon rumah. Akan tetapi, ini tidak sama sekali!
"Bibi Jenn," panggil Louis kecil kepada Bibi Jenn yang sedang menyuapinya makan siang yang di temani dengan saluran kartun favoritnya.
Sepi sekali rumah ini.
"Apa sayang?" jawab Bibi Jenn sambil menatap Louis.
Louis tetap fokus dengan layar televisi di depannya lalu berkata, "Ayah dan Ibu apakah mereka baik-baik saja?"
Bibi Jenn terdiam. Tidak ada jawaban sejenak. Lalu, menampakkan sebuah senyuman miring. "Iya pasti."
"Tapi kok mereka tidak mengabariku?" tanya Louis untuk memastikan. "Apakah kau menutup teleponnya ketika mereka menelepon?"
Pandangan Louis tetap lurus ke arah televisi di depannya tanpa memperdulikan Bibi Jenn.
"Ayah dan Ibumu tidak menghubungi sejak keberangkatannya. Tapi aku yakin mereka pasti akan menghubungimu segera!" jelasnya. "Aku yakin mereka pasti sedang sibuk sekali."
Louis tidak menjawab perkataannya dan tetap terdiam sambil menonton televisi. Walaupun pandangannya ke arah televisi, tetapi otak dan pikirannya tertuju kepada sosok ayah dan ibu. Ada sedikit perasaan tidak enak, tetapi tetap ia putuskan untuk tetap berpikir positif.
Mereka pasti sedang sibuk.
Kalimat Itu terus yang dia ulangi di pikirannya agar tidak timbul pikiran negatif yang terbesit.
Louis tidak sadar bahwa dirinya telah menghabiskan makanannya. Bibi Jenn mencium kening Louis dan mengelus rambutnya yang biru dan berjalan menuju dapur untuk membersihkan piring bekas Louis makan.
--
Malam tiba,
Louis memutuskan untuk tidur lebih awal karena dia bosan dengan kegiatan rutinitasnya yang itu-itu aja. Seperti biasa, Bibi Jenn selalu memberikannya sebuah kecupan malam, dongeng, serta nyanyian lagu tidur. Louis merasa senang sekali setiap kali Bibi Jenn melakukan itu semua kepadanya. Akhirnya dia tertidur lelap dan ditemani oleh sebuah mainan robot yang diberi oleh ibunya pada saat ulang tahunnya yang ke-6.
Sreeekk ... Sreeekk
Sreeek … Sreekk
Bunyi itu semakin jelas di telinganya sehingga berhasil membangunkannya di kala mimpinya yang sedang asik. Louis mencari wujud Bibi Jenn disampingnya. Namun, dia tidak menemukan wujud Bibi Jenn. Biasanya Bibi Jenn selalu tidur disampingnya.
Pintu kamar terbuka, dia mendengar suara gemersik itu dan mengikuti arah sumber suara itu. Dia merasakan perasaan tidak enak.
Sangat tidak enak.
Louis kecil sangat takut, tetapi rasa penasaran itu mengalahkan segala ketakutannya dan menyuruhnya untuk menelusuri sumber suara itu lebih jauh. Selangkah semakin dekat, suara gemersik itu semakin jelas.Tiba-tiba Louis menemukan sebuah pintu terbuka menuju ruang bawah tanah. Awalnya dia tahu bahwa pintu ini dikunci dulunya dan kali ini terbuka tanpa sebab. Hal tersebut membuat diri Louis penasaran seperti apa dalamnya.
"Bibi Jenn, dimana kau?" Louis memanggil Bibi Jenn. Tetapi tidak ada respon sama sekali.
Terdapat sebuah tangga di dalam pintu arah bawah tanah itu. Namun, kurang sekali penerangan di sini! Tetapi untungnya ada satu lampu yang menjadi penerang dari kegelapan itu. Louis berjalan dengan pelan. Suara kayu terus berbunyi sebagaimana langkah–demi–langkah.
Suara gemersik misterius itu tiba-tiba berhenti.
Tiba-tiba suatu hal berhasil tampak oleh kedua matanya. Dia tidak percaya dengan apa yang sedang dilihatnya saat ini.
Ayah dan ibu ....
Mereka sedang dimakan dan digantung dijadikan makanan oleh ....
BIBI JENN?!
Louis terdiam seribu kata sambil melihat kejadian tepat di depan kepala matanya sendiri. Bibi Jenn sedang menyantap tubuh ibu dengan kuku-kukunya yang panjang. Darah Ibu membanjiri lantai. Posisi Bibi Jenn kini membelakangi posisi Louis.
Hal tersebut membuat diri Louis benar-benar mati rasa. Keringat dingin di sekujur tubuhnya. Hatinya terasa sesak sekali.
Ternyata selama ini ibu dan ayah belum pergi.
Tiba-tiba, Bibi Jenn menyadari atas kehadiran Louis di belakangnya dan menoleh ke arah Louis dengan memutar kepalanya 360 derajat seperti burung hantu. Mata merah menyala menatap Louis. Dia pun terkejut dan langsung berlari senjauh mungkin Bibi Jenn yang berubah menjadi iblis yang kejam.
Oh tidak, dia mengejarku!
Jantungnya berdegup kencang. Makhluk itu semakin cepat mengejar Louis dengan kuku-kukunya yang panjang siap menerkam Louis.
Selama ini Louis dikhianati oleh kebaikan wanita itu yang palsu. Diri Louis yang rapuh sangat ingin menangis sekencang-kencangnya sekarang juga.
Bibi Jenn adalah sosok iblis yang telah memakan ibu dan ayah.
Louis langsung memasuki ruangan kerja ayah dan mengunci dirinya dari dalam. Bibi Jenn dalam wujud iblisnya tiba lalu menggedor-gedor pintu kamar kerja ayah yang terkunci. Tiba-tiba sebuah benda menyita perhatiannya tepat di atas meja kerja Ayah.
Sebuah pisau belati?
Louis langsung mengambilnya tanpa berpikir panjang. Ini pertama kalinya dia menyentuh benda tajam ini. Kali ini dirinya terpaksa harus menyelamatkan dirinya sendiri. Untung saja dulu ayah selalu melatih dirinya cara bertarung menggunakan pisau yang terbuat dari kayu yang ayah sengaja buatkan untuk Louis. Dia banyak sekali mengajari Louis teknik-teknik bela diri dari orang-orang yang jahat. Bahkan mereka sering bermain serang-serangan bersama di halaman rumah. Namun, sekarang dia harus bermain serang-serangan dengan pisau asli. Ada perasaan takut dan khawatir dari dalam dirinya. Tapi itu semua dia hapus demi tekadnya untuk menyelamatkan diri dari iblis ini.
Tak lama kemudian, tiba-tiba Bibi Jenn berhasil masuk ke ruangan ini dan langsung menyergap Louis. Dirinya dicekik dengan kedua tangan makhluk itu yang penuh dengan kuku-kuku yang panjang dan tajam. Louis langsung menikam salah satu bagian tubuh makhluk itu sampai kekuatan cekikannya melemah dan melepaskan dirinya. Suaranya yang berat dan besar memekakkan kedua telinga Louis.
Louis berlari menjauh dari makhluk menyeramkan itu dan menuju kamarnya di lantai dua dan menguncinya. Dia harus mencari cara untuk bersembunyi dari makhluk itu. Pada akhirnya, dia memutuskan untuk bersembunyi di dalam lemari.
Sunyi,
Dengan kecepatan tinggi, tak lama kemudian makhluk menyeramkan itu tiba di depan kamar Louis dan akhirnya berhasil memasuki kamar dengan hanya sekali tonjokkan. Louis berusaha menutup mulutnya dengan kedua tangannya untuk tidak mengeluarkan suara dan menahan isak tangisnya yang semakin menjadi-jadi.
Jantungnya berdegup kencang.
Makhluk itu sedang mencari wujud Louis.
"Louis, sayang!"
"Dimana kau?" katanya sambil berjalan ke sana-kemari mencari Louis.
Louis melihat makhluk itu berjalan ke sana-kemari dari celah lemari, wajahnya penuh dengan darah. Matanya sungguh mengerikan! Bahkan cara jalannya pun tidak biasa dan aneh.
"Aku benci bermain-main seperti ini, Louis. Hentikan permainan ***** ini!" seru Bibi Jenn dengan suaranya yang besar.
Louis bersiap-siap menodongkan pisau belati ke arah pintu lemari. Jadi, dirinya bisa langsung menikam makhluk itu bila dia berhasil menemukan dirinya di sini.
Tak lama kemudian, dia menemukan Louis di dalam lemari. Kuku-kukunya yang tajam menghancurkan pintu lemari. Dengan sigap, Louis langsung mencolok salah satu mata makhluk itu dan menikam tubuhnya secara acak berkali-kali sampai hancur. Iblis itu akhirnya terbaring lemah tidak berdaya di lantai. Louis tetap mencabik-cabik tubuhnya sampai benar-benar hancur sambil melampiaskan kekesalannya yang telah makhluk itu perbuat kepada keluarganya. Tusuk–demi–tusuk mengeluarkan darah merah dan mengenai wajah dan pakaian Louis. Dirinya berteriak dan menangis sekencang-kencangnya. Namun, tak ada seorang pun yang mendengar tangisan kesedihan ini.
Hanya Louis, seorang diri yang masih hidup di rumah ini.
Louis terdiam lemah dengan pisau belati penuh darah iblis di tangan kanannya. Dirinya langsung berlari ke gudang untuk mengambil bensin dan korek api, meninggalkan jasad iblis laknat itu di kamarnya. Kemudian dia menyirami lantai di setiap sudut rumah dan meletakkan sebatang korek api yang sudah dinyalakan.
Louis membakar rumahnya sendiri.
Dirinya pun berlari keluar rumah dan baru beberapa langkah dia sudah bertemu dengan hutan pinus yang lebat. Cuaca sudah memasuki musim dingin sehingga ketika malam, kemungkinan besar suhu udara jatuh mencapai minus derajat. Walaupun dirinya sudah memakai jaket, tetap saja hawa dingin itu menusuk kulitnya. Louis memutuskan untuk beristirahat di tengah hutan.
Tidak ada apa-apa. Hanya Louis seorang diri.
Seram sekali!
Gelap,
Louis meringkuk sendirian yang ditemani dengan banyak ranting pohon, dedaunan pohon pinus yang indah, bintang-bintang yang gemerlap di langit serta langit malam yang menjadi telah saksi mati.
Kesepian.
Ayah dan ibu, aku kangen kalian! Maafkan aku belum bisa menjadi anak yang baik.
Tiba-tiba hadir seorang wanita asing tepat di hadapannya dengan mengenakan jaket hitam panjang dan topi bulu.
Menatap Louis.
Louis langsung mengarahkan pisau belati ke arah wanita itu sambil berdiri menjauh darinya.
"Siapa kau?!" Tubuh Louis gemetaran sekali.
Wanita itu tidak merespon. Tiba-tiba wanita asing itu tersenyum miring kepadanya dan memberinya sebungkus roti coklat dan sekotak susu. Louis berusaha untuk tidak tergoda oleh bujukan rayuannya.
Dia pasti ingin menjebakku!
"Tidak. Aku tidak mau. Kau mau membunuhku, kan?!"
"Turunkan pisaumu itu, Nak!" perintah wanita itu kepada Louis. Dia pun langsung meletakkan pisaunya di atas tanah dengan sangat pelan.
"Aku tidak berniat jahat, Nak. Aku kasihan melihat keadaanmu di tengah hutan begini," jelasnya. "Apakah kau berasal dari lokasi kebakaran di sana?"
Louis langsung melihat ke belakang. Asap tebal mengepul di udara dan menyatu dengan awan.
Louis pun mengangguk pelan. Lalu, Louis langsung menangis kencang di hadapan wanita itu. Dia pun memeluk Louis dengan tulus dan menyuruh dirinya untuk tinggal bersama. Kemudian Louis di angkat sebagai anaknya dan mengurusnya serta merawatnya sehingga tumbuh menjadi remaja seperti saat ini.
Ya, wanita itu adalah Mama Mathilda.
Dirinya selalu sabar menghadapi Louis yang kekanak-kanakan. Perlakuannya lembut sekali kepada Louis. Dirinya menjadi belajar banyak hal tentang kehidupan dari Mama Mathilda. Awalnya yang hanya seorang diri, kemudian Louis dihadirkan Matthias, Leo, Annie, Theo di dalam kehidupannya.
Sehingga pada waktunya Louis melihat kejadian tepat di kepala matanya sendiri.
Mama berubah menjadi iblis. Ini cukup membuatnya sesak dan hatinya terasa seperti dicabik-cabik. Dirinya tidak menyangka dengan semua ini. Awalnya dia kira peristiwa Bibi Jenn sudah berakhir.
Wanita itu telah berbohong kepadaku.
Apa maksudnya semua ini dan mereka sebenarnya siapa?!!
Kenapa mereka selalu menghancurkan kebahagiaanku?!!
Mereka sudah membunuh keluargaku yang teramat penting!
"Kau," kata Louis kepada Mama Mathilda yang berwujud iblis dan terbaring tidak bernyawa.
"Sudah kuduga dari awal, kau pasti berniat jahat kepadaku, kan?" Louis memandangi kedua mata Mama Mathilda yang memandang ke atas. Hatinya terasa sakit mengingat perlakuan Mama Mathilda kepadanya. Air mata seakan-akan mudah untuk dikeluarkan dan tanpa sadar menetes dari matanya.
"Kau telah menyangkut-pautkan anak-anak yang tidak berdosa!" jelasnya. "Sudah seharusnya aku membunuhmu dari awal."
Tak ada respon sama sekali dari Mama Mathilda. Hanya terdiam.
"T—tapi, sayangnya perasaan tidak tegaku ini mengalahkan sifatku yang sebenarnya," lanjutnya sambil menahan isak tangis. "Kali ini aku capek dengan sifat tidak tegaku ini."
Dengan perasaan dendam dan kesal sampai ke dalam lubuk hatiku terdalam, Louis langsung mengeluarkan pisau belati. "Semoga kau bisa merasakan kebencianku, ya."
Dia berusaha untuk menancapkan pisau ini di bagian dahi wanita tersebut. Akan tetapi, sungguh berat sekali. Dia tidak bisa melakukannya, padahal posisi tangannya sudah bersiap-siap untuk menusuk.
Pisau terjatuh dari genggamannya tanpa sadar.
Aku tidak kuat.
Hatinya sesak sekali.
Tidak ada keadilan di dunia ini.
Kenapa ini semua terjadi?
Tiba-tiba dirinya mendengar suara tembakan berkali-kali dari dalam rumah.
Nica?
Seketika dirinya langsung panik dan segera berlari memasuki rumah sambil mengambil pisaunya yang terjatuh dan meninggalkan jasad Mama Mathilda yang sudah tidak bernyawa. Tiba-tiba dia melihat Nica sedang menginjak-injak tubuh iblis dengan sepatu hitamnya sehingga sepatunya tersebut dipenuhi dengan noda darah yang kental.
"Nica, sudahlah! Hentikan!" seru Louis, menenangkan Nica dengan menarik tangan perempuan itu. Raut wajahnya menampakkan kebencian sekaligus dendam. Sama seperti diri Louis.
Seketika Louis melihat wujud Annie yang telah termakan oleh iblis yang dibunuh Nica.
Hanya mereka berdua yang selamat dalam peristiwa ini.
Sungguh tragis hidup ini.
… Jauh dari kata damai.
Aku tidak ingin Nica menjadi korban selanjutnya.
Bagaimanapun caranya, aku akan selalu tetap melindunginya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Zhanshi04
sakit banget waktu tahu pelindungnya ternyata sama aja kayak yang bunuh ortunya 😤
2020-04-14
1