Kumandang adzan maghrib samar terdengar petang ini. Hari mulai beranjak gelap, dengan sedikit awan hitam yang menggelayut di antara hamparan langit di atas kota Jogja.
Seorang laki-laki tengah bersiap-siap menggunakan sarung lengkap dengan songkok dan baju kokonya untuk bergegas melaksanakan sholat maghrib.
"Mas mau ke masjid?", tanya Lintang yang baru saja keluar dari kamar mandi mengambil air wudhu
"Kita jamaah di rumah saja ya dek", jawabnya sambil membetulkan posisi songkoknya.
"Kenapa gak ke masjid mas, bukankah kalau laki-laki lebih utama ke masjid ya?," tanya Lintang pula. Sedangkan yang ditanya hanya tersenyum tipis
"Mas lagi pengen sering-sering berjamaah sama istri mas yang cantik ini", jawabnya sambil menyubit hidung Lintang
Pipi Lintang memerah, hatinya terasa terbang melayang ke awan mendengar ucapan gombal dari suaminya. Tidak pernah terpikirkan di benak Lintang, laki-laki yang menjadi suaminya ini ternyata pintar mengeluarkan kalimat-kalimat gombal. Ya, sambil berharap semoga kegombalan suaminya itu hanya tertuju kepadanya.
"Yuk sayang" ajak Agum untuk bersegera menunaikan sholat maghrib.
Mereka tengah khusuk dalam doa masing-masing. Entah doa apa yang mereka pinta. Bagi sepasang suami istri memang tidak ada hal yang jauh lebih romantis dari bersama-sama bersimpuh, mengangkat kedua tangan mereka, tenggelam dalam untaian doa-doa yang dipanjatkan. Doa-doa yang pastinya akan mengantarkan mereka menuju keberkahan dunia akhirat.
**************
Lintang tengah sibuk di dapur memasak masakan untuk makan malam. Malam ini ia berencana membuat nasi goreng. Ini pengalaman pertamanya memasak masakan untuk orang lain, karena biasanya ia hanya memasak untuk porsi dirinya sendiri.
Ia tidak terlalu banyak tahu tentang masakan. Bisa dikatakan ia memang tidak pandai memasak, namun sekarang setelah statusnya telah sah menjadi seorang istri, ia bertekad untuk belajar memasak, agar suaminya tidak sering jajan di luar.
Bukankah melalui masakan, kita bisa jatuh cinta terhadap seseorang? Dengan cita rasa yang memanjakan lidah yang pastinya akan meninggalkan kesan tersendiri dalam indera pengecap orang yang menikmatinya. Lintang berpikir barangkali dengan pandai memasak, rasa cinta suaminya akan semakin bertambah setiap hari. 😁
"Masak apa mbak?", tanya ibu Ranti tiba-tiba di kursi makan. Yang ditanya pun terkejut, karena sejak tadi ia sibuk berkutat dengan pikirannya sambil membolak-balik nasi di atas penggorengan.
"Eh, ibu... kok manggilnya mbak, panggil Lintang saja bu, kan Lintang sudah jadi anak ibu juga", jawab Lintang tidak pada poin pertanyaan ibu mertuanya tetapi malah pada poin panggilan mbak
"Ini Lintang masak nasi goreng sama telur mata sapi bu. Lintang minta maaf ya bu, karena baru ini yang bisa Lintang buat, Lintang tidak pandai memasak bu", sambungnya sambil meringis, menahan malu di hadapan ibu mertuanya.
"Kamu bisa belajar masak bareng ibu dek. Sebelum sakit, ibu pernah buka kantin di kampus tempat om Abdul kerja, jadi segala macam masakan apapun ibu pasti bisa", kata Agum tiba-tiba yang muncul di dapur.
"Oh iya kah bu?, kalau begitu mulai besok Lintang akan belajar masak bareng ibu, siapa tau Lintang jadi jago masak setelah diajari ibu", jawabnya. Ibu Ranti pun hanya tersenyum menyetujui perkataan Lintang
Setelah beberapa saat, akhirnya nasi goreng ala Lintang pun telah siap. Ada empat piring di atas meja makan. Tentunya untuk Agum, Ibu Ranti, Mimin, juga ia sendiri. Semua terlihat menikmati hasil nasi goreng buatan Lintang. Dari mimik wajah orang-orang yang berada di maja makan itu menggambarkan hasil masakannya lumayan lah untuk pemula.
Tak lama mereka pun selesai menyantap makan malam. Ibu Ranti kembali ke kamar, begitu juga Agum sedangkan Lintang membereskan piring-piring kotor yang ada di atas meja.
"Biar Mimin saja yang mencucinya mbak Lin", ucap Mimin bermaksud untuk membantu Lintang
"Baik dek, mbak nyusul mas Agum ke kamar dulu ya", jawabnya sambil berlalu pergi dan dibalas anggukan dari Mimin
******************
Udara dingin masih terasa menusuk pori-pori kulit. Membuat manusia- manusia yang merasakannya lebih memilih untuk tetap meringkuk di bawah selimut tebal atau mungkin bagi yang terpaksa keluar rumah, mengharuskan mereka memakai jacket tebal.
Mungkin udara yang begitu terasa dingin sekarang ini dampak dari musim bediding. Yang merupakan musim peralihan dari musim hujan ke musim kemarau. Suhu udara pada masa musim bediding memang tidak sedingin di daerah subtropis, tetapi sudah dapat membuat badan menggigil kedinginan bagi yang tinggal di daerah dataran tinggi.
Lintang berbaring di sisi Agum, dengan posisi lengan Agum berada di bawah kepala Lintang, dan satu tangannya memeluk pinggang Lintang. Mereka terlihat asyik bercengkerama, menceritakan semua hal yang terjadi sebelum pertemuan mereka.
"Sayang, makasih ya, karena kamu sudah bersedia menjadi istri mas", ucap Agum sambil menghujani Lintang dengan ciuman bertubi-tubi di pipinya
"Iya mas, Lintang juga makasih karena mas memilih adek untuk menjadi pendamping hidup mas", jawabnya
"Maaf juga karena mas tidak bisa menghadirkan pesta pernikahan yang mewah. Adek tau sendiri kan, ibuk butuh perawatan yang tidak sedikit, mulai dari obat- obatan juga therapy- nya", sambungnya dengan nada lirih
Lintang mengusap lembut pipi suaminya. Mencoba merasakan apa yang mengganggu pikirannya. Diciumnya pipi suaminya itu dengan lembut
"Adek tidak menuntut apa-apa dari mas. Adek hanya minta, mas bisa menjalankan kewajiban mas sebagai suami dengan baik", balas Lintang. Agum masih menatap wajah Lintang dengan teduh
"Mas, adek boleh minta sesuatu?", sambung Lintang pula
"Apa itu dek?", tanya Agum
"Jangan pernah menduakan adek mas. Adek sadar, bahwa adek ini jauh dari kata sempurna. Mungkin di luar sana banyak wanita-wanita yang jauh lebih segalanya. Tapi adek minta, jangan pernah sekalipun mas membagi perasaan mas dengan wanita lain di luar sana", jawab Lintang panjang lebar
Agum tersenyum simpul. Mungkin sebagai tanda bahwa permintaan istrinya itu sangat mudah untuk ia penuhi.
"Mas janji akan selalu mencintaimu sayang, dan tidak akan pernah menghadirkan wanita lain di tengah-tengah kita kecuali__________", ucap Agum menggantung kata-katanya
Lintang mengernyitkan dahinya. Mencoba menebak kata apa yang akan dilanjutkan suaminya itu dengan perasaan yang bercampur aduk
"Kecuali apa mas?", tanya Lintang tidak sabar mendengar ucapan suaminya yang menggantung
Agum memeluk tubuh Lintang. Menempelkan bibirnya ke leher istrinya, seraya berkata
"Kecuali jika kita diberikan anak perempuan, jadi secara otomatis cinta mas terbagi untukmu dan untuk anak perempuan kita"
Merasakan hembusan nafas yang berada di antara leher juga telinga membuat Lintang seperti terkena sengatan listrik yang mengaliri tubuhnya. Membuatnya merinding tak terkira.
"Sayang, kita bikin dedek bayi yuk", ucap Agum dengan seringai menggoda, sambil mengedipkan mata.
Muka Lintang memerah, dadanya terasa bergemuruh. Reflek ia menganggukkan kepalanya sambil tersipu malu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
DhenaRatna
haihhh,, ngajak bikin adek
2020-11-16
0
chaeruddin adam
lanjut
2020-07-28
0
chaeruddin adam
lanjut
2020-07-28
3