Asshollatu khoirumminnanauum..
Sayup-sayup terdengar suara adzan subuh bergema di seluruh penjuru kota Jogja, udara pagi yang masih terasa begitu dingin membuat beberapa orang yang tinggal di Jogja zona utara mungkin memilih untuk tetap berada di bawah selimut tebal, meringkuk mencari kehangatan. Ayam jantan mulai berkokok bersahutan, memecah keheningan pagi ini.
Lintang mengerjapkan matanya. Sesekali menguap, menahan kantuk yang masih mendera. Ingin rasanya kembali menarik selimut, namun sebagai seorang muslim, membuatnya selalu bangun pagi, tentunya untuk menjalankan kewajibannya melaksanakan sholat subuh.
Ia memiringkan tubuhnya, memperhatikan sosok laki-laki yang terlelap di sampingnya. Senyum tipis tersungging di bibir Lintang. Melihat suaminya dari jarak yang begitu dekat. Wajah yang lumayan tampan dengan garis-garis keras wajah yang terlihat begitu memikat membuat Lintang tak henti-hentinya bersyukur menjadi istrinya.
Lintang mengecup pelan kening suaminya. Dengan suara lembut, coba ia bangunkan suaminya untuk melaksanakan sholat subuh secara berjamaah.
"Mas... mas Agum, bangun yuk. Udah adzan nih, kita sholat subuh berjamaah yuk!", ucapnya sambil sedikit mengguncang tubuh Agum. Yang dibangunkan hanya menggeliatkan tubuhnya.
"Mas... mas... mas Agum, ayuk bangun, nanti keburu siang", sambung Lintang dengan mengguncangkan tubuh suaminya lebih keras lagi.
Agum mulai membuka matanya sambil mengangkat tangannya mencoba meregangkan otot-otot tubuhnya.
"Jam berapa ini dek?" , tanyanya sambil mencoba duduk di atas kasur
"Jam 4 mas, ayok bangun, kita sholat subuh sama-sama", jawab Lintang sambil beranjak dari tempat tidur.
Sebelum melangkahkan kakinya, dengan gerakan kilat, Agum menarik tangan Lintang, kemudian..
Cup...
"Morning kiss, sayang", ucapnya sambil mengecup bibir Lintang juga keningnya. Yang dicium hanya tersipu malu, dengan pipi yang sudah merona merah.
Lintang berlalu meninggalkan Agum yang masih dengan senyum nakalnya. Kemudian masuk ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Tak lama Agum pun beranjak dan menyusul Lintang.
Dua sajadah telah tergelar di atas lantai kamar Lintang. Nampak sepasang manusia khusuk dalam sujud juga doa-doa mereka. Doa yang selalu dipanjatkan agar yang Maha menggenggam kehidupan senantiasa memberikan sakinah mawadah warahmah untuk bahtera rumah tangga yang mereka jalani saat ini.
***************
Setelah sarapan pagi bersama keluarga, Lintang kembali masuk kamar. Hari ini adalah hari kepindahan Lintang bersama Agum ke kontrakan barunya. Kontrakan itu tidak berjarak jauh dari rumah Lintang saat ini, mungkin hanya kisaran 10 menit sudah sampai.
Rencananya ibu Ranti juga Mimin turut serta, mengingat Agum merupakan satu-satunya anak ibu Ranti, sedangkan suami ibu Ranti telah tiada saat Agum berumur 23 tahun.
"Dek, kamu tinggal bawa baju-bajumu saja. Nanti di kontrakan baru kita sudah ada perabotan-perabotan rumah yang sudah mas beli dan mas simpan sementara di rumah om Heru, mungkin nanti siang mereka sudah sampai untuk mengantarkannya", ucapnya sambil membantu Lintang mengemasi pakaiannya.
"Baik mas", jawabnya
Lintang melanjutkan aktivitasnya melipat baju-baju yang ada di di atas kasur. Ia memperhatikan baju-baju yg ia punya. Sebuah style pakaian yang mungkin tidak kekinian. Setiap harinya Lintang menggunakan kerudung. Dan baju yang ia miliki hanya model-model yang biasa saja. Rok-rok panjang dan atasan panjang pula.
Lintang tidak begitu tahu menahu tentang trend masa kini. Karena sejak dulu, ia hanya berpenampilan ala kadarnya. Mengingat dia hanya berasal dari keluarga yang sederhana. Sehingga untuk sekedar membeli baju baru pun baru bisa ia lakukan setahun sekali, yaitu saat lebaran tiba.
Agum menyipitkan matanya ke arah istrinya.
"Adek kenapa kok kayak gelisah gitu?, tanya Agum
"Emmmm mas, apa mas Agum tidak salah memilih adek menjadi istri mas. Aku ini tidak cantik mas, tidak bisa dandan, dan juga baju-bajuku gak fashionable, apa mas Agum tidak merasa malu?", jawab Lintang dengan nada sedikit ragu
Agum menangkupkan kedua tangannya di pipi Lintang, mendekatkan wajahnya, memandang kedua bola mata Lintang dengan tajam.
"Dek, mas tidak pernah mempermasalahkan hal itu, mas menerima kamu apa adanya, bagaimanapun bentuk fisikmu", jawabnya dengan penuh ketegasan
"T--tapi mas...."
"Sudahlah dek, kecantikan, model baju, model rambut bisa kita rubah, yang paling penting kamu memiliki akhlak yang baik dan tulus hidup bersama mas. Besok kalau mas ada rezeki lebih, mas akan membelikanmu baju juga alat make-up" sambungnya memotong ucapan Lintang
Oohhh betapa bersyukurnya Lintang memiliki suami seperti Agum. Ia tidak menyangka jika Agum memiliki pemikiran yang begitu dewasa. Ya, Lintang memang tidak memiliki paras yang cantik, hanya biasa-biasa saja, tubuhnya pun cenderung sedikit berisi, tidak pandai berdandan, juga baju-bajunya terlihat ketinggalan zaman. Namun Agum kembali meyakinkan bahwa ia tidak melihat Lintang secara fisik. Akhlak dan kebaikannya lah yang ia lihat. Sungguh sudah sangat langka laki-laki yang memiliki pola pikir seperti itu di zaman sekarang ini.
Akhirnya baju Lintang sudah masuk ke dalam koper semua. Ia menarik kopernya menuju halaman rumah. Di sana telah terparkir sebuah mobil berwarna silver. Mobil itu bukan milik Agum tetapi milik teman Agum yang sengaja ia pinjam untuk kepindahan Lintang juga ibunya ke kontrakan barunya.
"Bu, Lintang pamit ya..", ucap Lintang berpamitan kepada ibunya sambil mencium punggung tangan ibunya. Ibu Ratih pun hanya bisa mengangguk sambil menitikan air mata
"Nak Agum, ibu titip Lintang ya nak, tolong jaga Lintang lahir batin, juga bimbing Lintang agar ia bisa menjadi istri yang baik untukmu dan menantu yang baik untuk ibumu" pinta ibu Ratih kepada Agum
"Inshaallah bu, Agum akan menjalankan amanah ini dengan baik. Ibu juga Friska sehat- sehat ya di sini. Agum janji akan selalu mengizinkan dek Lintang untuk berkunjung ke sini", jawab Agum sambil mencium punggung tangan ibu Ratih pula.
Lintang, Agum, ibu Ranti juga Mimin masuk ke dalam mobil. Agum menyalakan mesin mobilnya lalu mobil itu bergerak pelan keluar dari kawasan rumah Lintang.
Masih di area persawahan yang membuat mata sejuk memandang, mobil yang dikendarai Agum masih melaju. Sepuluh menit kemudian, akhirnya mereka sampai di depan sebuah rumah dengan desain minimalis.
Mereka memasuki rumah itu. Sebuah rumah yang memiliki 3 kamar tidur, 2 kamar mandi, ruang tamu, ruang keluarga dan dapur yang bersebelahan dengan ruang makan.
Agum memang sengaja memilih kontrakan yang sudah satu paket dengan furniture nya. Jadi ia tinggal mengisi dengan perabotan rumah seperti, kulkas, mesin cuci, juga televisi.
Ibu Ranti beserta Mimin masuk ke kamar yang ditunjukkan oleh Agum dan Lintang pun juga memasuki kamar yang akan menjadi kamarnya bersama Agum.
Lintang merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur mencoba melepas lelah yang ia rasakan. Meski hari ini ia tidak melakukan aktifitas berat, namun sejak acara hajatan kemarin tubuhnya masih terasa lelah.
"Istirahatlah dek, mas tinggal menunggu om Heru datang, tidurlah jika kamu mau tidur", ucap Agum menghampiri Lintang sembari duduk ranjang
"Mas gak apa-apa kalau adek tinggal tidur, hehe rasanya capek banget mas" , jawabnya sambil tertawa
"Iya sayang, tidurlah. Lagipula adek harus banyak istirahat siang ini karena________" ucapnya menggantung
"Memang kenapa mas?", tanya Lintang penasaran
"Karena nanti malam, adek butuh tenaga ekstra untuk ritual malam pertama kita yang sempat tertunda, hehehe", jawabnya sambil terkekeh.
Mendengar kata malam pertama, seketika membuat wajah Lintang bersemu merah.
"Iiiiihhhh mas itu ngomong apaan sih..", ucapnya malu. Agum memeluk tubuh Lintang, dan mencium pipi istrinya.
"Sudah dek, tidurlah. Tidur yang nyenyak ya", sambung Agum sambil mengecup bibir Lintang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Isma Aji
semangat 🤗
2021-07-03
0
Lina Sari
lintang ibuy nana bukn se
2021-03-20
0
halimah imah
romantisme kehidupan yang baru ssja di jalani,
2021-03-01
0