Matahari mulai menyembunyikan wajahnya di sela gumpalan awan putih. Membuat sinarnya tidak terlalu terasa menyengat di atas kulit manusia. Beberapa orang masih terlihat sibuk di rumah Lintang. Membersihkan serta merapikan segala sesuatu yang tampak sedikit berantakan setelah acara pagi tadi.
Lintang memasuki kamarnya. Ia berdiri di depan cermin, melihat bayangan yang terpantul dalam cermin itu. Masih dengan kebaya putih gadingnya, serta kerudung yang dibentuk dengan begitu anggunnya, ia mulai melepas satu per satu pakaian serta aksesori yang tadi ia digunakan untuk melaksanakan prosesi ijab-qobul sekaligus resepsi. Ia ganti dengan daster rumahan yang membuat tubuhnya lebih leluasa bergerak. Tak lupa make-up tebal yang dipoleskan tukang rias tadi pagi ia bersihkan menggunakan micellar water yang ada di atas meja riasnya.
"Aku bahagia dek, meski kita baru sebentar saling mengenal, tapi akhirnya kita bisa berakhir dalam ikatan suci ini", bisik Agum yang tiba-tiba memeluk tubuh Lintang dari belakang, sambil mencium ceruk lehernya.
Tubuh Lintang menegang. Ia merasakan ada desiran aneh yang membuat bulu kuduknya merinding. Ini kali pertama ia merasakan begitu dekat jaraknya dengan seorang laki-laki yang seolah membuat jantungnya memompa darah lebih cepat.
"Aku juga bahagia mas. Aku tidak menyangka bahwa aku akan mendapatkan seorang suami sepertimu. Laki-laki dewasa yang aku yakini bisa menjadi imam yang baik untukku" jawab Lintang sambil membalikkan tubuhnya hingga mereka berada dalam posisi saling berhadapan.
Agum tersenyum sambil mengangkat dagu Lintang. Ia menatap dengan lembut wajah yang saat ini ada di hadapannya. Wajah yang menurutnya memiliki kadar kecantikan yang pas, tidak terlalu cantik tapi begitu enak dipandang. Lintang yang tadinya masih malu untuk menatap balik wajah suaminya, akhirnya memberanikan diri untuk membalas tatapan suaminya dengan tatapan yang tak kalah teduh pula.
"Bolehkah aku menciummu, dek?", tanya Agum meminta izin sebelum ia melakukan keinginannya
Ya Tuhan, apa yang dipikirkan laki-laki ini. Sekarang aku telah sah menjadi istrinya, dengan begitu secara otomatis tubuhku sudah menjadi miliknya. Mengapa dia harus meminta izin terlebih dahulu.. ucap Lintang dalam hati
Hanya dijawab dengan sebuah anggukan kepala, Agum pun segera mendaratkan kecupan lembut di bibir istrinya. Kecupan yang awalnya pelan dan lembut kini berubah menjadi sebuah ciuman panas yang membuat keduanya terlena dalam permainan bibir mereka.
Permainan bibir itu membuat tubuh Lintang semakin menegang, ia mendorong tengkuk Agum berupaya merasakan ciuman yang lebih dalam lagi. Tanpa sadar tangannya mulai menyusuri kemeja putih milik Agum dan mencoba membuka kancingnya satu per satu. Tiga kancing kemeja milik Agum berhasil terbuka, kemudian...
"Aku tidak akan memintanya sekarang dek, mungkin nanti malam", ucapnya yang seketika membuat tangan Lintang menghentikan aktifitas nya membuka kancing kemeja Agum.
Muka Lintang memerah menahan malu. Ternyata Agam tidak menginginkannya sekarang. Ia kembali menundukkan wajahnya. Entah apa yang akan menjadi respon Agum. Agum pun tertawa renyah dengan menyunggingkan bibirnya.
"Hei, kenapa jadi malu seperti itu sih dek?, Adek lihat ndak, di luar kamar ini masih banyak orang berlalu lalang, lalu bagaimana kita akan melakukannya dalam kondisi banyak orang seperti ini?", tanya Agum dengan sedikit gelak tawa
"Aahh... mas, aku kira mas....." jawab Lintang terpotong karena tangan Agam kembali menyentuh bibirnya
"Adek mau kita jadi tontonan gratis?", timpalnya dengan nada bercanda. Lintang pun reflek menggelengkan kepalanya.
"Kita lanjutkan nanti malam sayang, ayo sekarang kita keluar dulu, gak enak keluarga kita sudah menunggu di ruang keluarga", imbuhnya sambil mengusap kepala Lintang dengan lembut.
Mereka berdua keluar kamar beriringan. Agum menggandeng tangan Lintang dengan erat. Sesekali mereka berpapasan dengan sanak saudara Lintang yang masih berkumpul di ruang tengah. Mereka pun menju ruang keluarga untuk menemui keluarga besar yang sudah berkumpul di sana.
Terlihat ibu Ratih, ibu Ranti, om Toni, tante Anti, om Heru, om Abdul, Mimin juga Friska telah berkumpul di sana. Ibu Ranti yang masih duduk di kursi rodanya terlihat begitu bahagia melihat kedatangan kedua anaknya. Ibu Ranti memang tidak banyak bicara, semenjak penyakit stroke menghampirinya, membuat beliau lebih sering berdiam diri.
"Kalian sudah selesai beristirahat?", tanya om Toni
"Belum om, kami tadi di kamar baru..., aawwww...." jawab Agum sambil mengaduh kecil diiringi dengan cubitan Lintang yang mendarat di pinggangnya. Yang ada di ruangan itupun hanya terkekeh pelan
"Apa rencana kamu setelah ini Gum?", lanjut om Toni
Agum menatap kembali wajah istrinya, seraya berkata
"Setelah ini izinkan kami mencari rumah kontrakan ya om. Bukan maksud apa-apa, saya juga dek Lintang hanya ingin hidup mandiri. Ibu mengizinkan juga kan?"
Ibu Ratih mencoba menimang-nimang keputusan yang akan di buatnya. Baginya akan sangat sulit berada jauh dari anak sulungnya itu. Lintang baru satu tahun belakangan tinggal bersamanya, karena selama SMP sampai SMA Lintang tinggal bersama om Toni di kota.
Seakan mengerti dengan kegelisahan ibu mertuanya, Agum pun kembali melanjutkan kalimatnya
"Ibu tidak perlu khawatir, saya sudah menemukan rumah kontrakkan di dekat sini, jadi dek Lintang tidak akan jauh-jauh dari ibu maupun Friska"
Friska merupakan adik dari Lintang. Mereka memiliki jarak sebelas tahun, dan saat ini duduk di bangku kelas 4 SD. Semenjak pak Haris meninggal, ibu Ratih hanya tinggal berdua dengan Friska, dan sekarang ketika baru sebentar ia dikumpulkan dengan Lintang, harus berjauhan lagi.
Namun tidak banyak yang bisa dilakukan ibu Ratih, karena bagaimanapun juga, saat ini anak sulungnya itu harus menurut apa yang menjadi keputusan suaminya.
"Baiklah nak Agum, saya titip Lintang ya, tolong jaga Lintang lahir maupun batin. Dan untuk kamu ndhuk, berbaktilah pada suamimu, jangan lupa untuk sering-sering datang ke rumah, untuk menjenguk ibu juga adikmu ini", ucapnya kepada Agum juga Lintang
"Insha Allah bu..., kami akan terus mengingat pesan ibu. Doakan kami ya bu..." jawab Lintang sambil memeluk tubuh ibunya
Mereka pun kembali berbincang-bincang membahas hal-hal ringan sambil mencicipi makanan ringan yang ada di hadapan mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Fitri Anwar ALfhyank
awal.yg mnarik
2021-11-24
0
Lia Eka Pratama
mampir
2021-03-15
0
@✿€𝙈ᴀᴋ hiat dulu⦅🏚€ᵐᵃᵏ⦆🎯™
mampi balik thor
like❤
2020-11-25
0