Namaku Karen Kandermen, hanya seorang perempuan biasa yang tinggal di sebuah rumah nan sederhana di Pulau Kretino, seperti kebanyakan remaja lainnya, akupun di sekolahkan oleh Paman dan Bibiku di sekolah khusus murid praktek angkatan termuda yang akan mengikuti pertandingan konyol setiap 10 tahunnya.
Setiap hari di kelas aku selalu muak dengan kurikulum sekolahku, sudah cukup dengan semua aksi bela diri yang mewajibkan semua murid menguasainya serta tugas tugas yang terlalu memaksa murid untuk berfikiran kreatif dan juga inovatif.
Setiap pelajaran Nyonya Kim, aku selalu sibuk memainkan rambut kritingku yang lebat serta poni yang terus menerus menusuk mataku, dengan begitu, Nyonya Kim akan menyuruhku keluar dan aku akan segera tertidur di depan kelas dan akhirnya aku bisa beristirahat sejenak lalu masuk ke alam bawah sadar ku, waktu pun berjalan, dengan santainya ku sandarkan tubuhku ke dinding yang terletak diluar kelas, angin berhembus menerpa wajahku, ku tatap langit biru yang sangat cerah dan tampak langit Omegalfa sangat indah saat itu.
Tanpa ku sadari, tiba-tiba pikiranku membawaku ke suatu tempat yang sangat tidak asing dipikiranku, kulihat ada kedua sosok orangtuaku yang sedang bertarung melawan orang bertudung hitam, dan kulihat ada logo A di belakang jubahnya, lalu tak lama adegan tersebut berubah menjadi keadaan dimana aku melihat tubuhku yang saat itu masih kecil sedang mengarahkan tanganku ke arah orang orang berjubah Hitam tersebut.
Segera keramaian itu hilang dan hanya meninggalkan suara teriakan yang terdengar kencang di kedua telingaku. Sontak aku langsung terbangun dan melihat beberapa teman sekelasku sedang mengerumuniku dan aku mendengar Nyonya Kim memanggilku ke ruangannya saat kelas usai. Setelah kelas selsai, aku pun langsung bergegas menuju ruang Nyonya Kim bersama dengan temanku Kanira yang hendak menuju ke arah yang sama, setidaknya Kanira adalah satu satunya teman di kelasku yang selalu mendukung segala hal yang kuperbuat, segera aku melambaikan tangan padanya sesaat sebelum memasuki ruangan Nyonya Kim. Tanpa basa basi akupun segera duduk di kursi tamu yang sudah disediakan di tempat tersebut. Nyonya Kim cepat cepat menatap wajahku dengan mimik yang serius dan juga lembut, bisa dibilang sangat berbeda dengan caranya berbicara ketika berada di dalam kelas.
"Sudah cukup aku memberitahumu Karen, aku tahu kau memang tidak menyukai berbagai teori yang ada hubungannya dengan kreativitas, bukan? Tapi setidaknya, jangan melakukannya saat kau berada di kelasku," jelas Nyonya Kim.
"Tapi Nyonya Kim, aku sudah sangat sangat muak dengan semua materi ini...." balasku.
"Kuberitahu satu hal padamu nak, jika kau berhasil lulus sebagai lulusan terbaik di sekolah ini, dan kau berhasil menemukan kekuatan sejatimu, aku yakin kau pasti akan segera menemukan rahasia besar dibalik hilangnya kedua orangtuamu," jelas Nyonya Kim lagi.
"Baiklah, akan kupikirkan lagi soal itu..." balasku dingin.
Lalu aku segera pamit dan pergi dengan cepat secepat kilat dari ruangan itu, dan bergegas pulang ke rumah Paman dan Bibiku.
Bisa dibilang, meskipun nilai teori ku ini pas pas an, namun aku memiliki kekuatan yang dapat mengubah benda apapun menjadi karya seni terhebat yang pernah kulihat.
Terakhir kali kelas seni bela diri pak Kris diadakan, aku bertanding melawan Ken, teman sekelasku yang juga memiliki kekuatan elemen, namun bedanya kemampuan yang ia miliki adalah mengubah lukisannya menjadi nyata, saat itu Ken melukis 3 monster bermata 1 untuk mengalahkanku, dan segera tanpa berpikir panjang, terlintas di benakku lukisan pedang sakti yang pernah kulihat di film Lockie Chan, ku telusuri lapangan olahraga, aku hanya melihat beberapa temanku menyaksikan pertandingan ini, lalu kulihat di pojok lapangan terdapat sapu elektrik, segera ku berfikir cepat untuk mengubah sapu tersebut menjadi pedang sakti tadi.
Aku pun lari dengan sangat cepat membawa tubuhku yang tersengan-sengal, sedang ke 3 monster tersebut mengejarku dengan bola mata yang sangat sigap. Tepat 2 langkah ketika monster tersebut hendak mengepungku, ku ambil pedang sakti yang ada di depanku, dan segera aku arahkan pada perut ke 3 monster itu secara berurutan.
Segera badan mereka terbelah menjadi 2, dan ke-3 monster tersebut berubah menjadi debu dalam sekali tebas. Kulihat Ken serta teman sekelasku terkaget-kaget dengan aksi yang barusan kulakukan. Tak lama dengan tangannya yang gesit, Ken segera melukis hasil ciptaannya yang baru. Langsung aku ubah lagi pedang menjadi sapu elektrik, kubengkokan kedua sisi sapu elektrik yang sangat tipis, hingga membentuk segitiga, cepat cepat aku berfikir untuk mengubahnya menjadi boomerang besi dengan sisi yang tajam seperti yang pernah kulihat di film Berry Potter.
Boomerang besi tersebut pun dengan cepat kuarahkan pada Ken, dengan cepat besi tajam tersebut terbang ke arah Ken sesaat setelah ia selesai menggambar. Dalam hati, ku berharap agar pertandingan ini cepat selesai, karena mengubah barang menjadi seni tidak semudah yang ku pikirkan, sekali kau berhasil mengubah sesuatu, maka energimu akan terkuras seperti selesai berlari keliling lapangan 5 kali, "BESSSZZZTZTZ!" terdengar bunyi boomerang besi tadi menancap pada papan gambar elektrik milik Ken yang mengambang, Ken pun tertegun sebentar, lalu melemparkan pena elektriknya ke lapangan dan segera pergi dari lapangan.
Sontak semua temanku dan juga pak Kris segera mengerumuniku dan mengucapkan selamat padaku. Akibat terlalu banyak desakan yang rebutan menyalamiku akupun langsung mulai kehilangan keseimbangan dan kurasakan tubuhku mulai tumbang di tengah kerumunan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Zulfa
Salken kak, JIKA mampir membawa like nih, mari saling dukung kakak 😍
2021-04-12
1