Bab 5

Wanita itu menangis, hingga akhirnya hanya bisa meratapi nasib buruknya dalam diam. Dia tidak ingin memperlihatkan rasa sakitnya, karena takut mertuanya yang tinggal bersamanya akan curiga. Kini, Widya hanya bisa menahan tangisannya, sementara Johan mencari-cari keberadaannya.

"Wid, susu hangatnya sudah siap. Kamu lagi tidur?" tanya Johan dengan suara pelan saat masuk ke kamar.

Widya merespon dengan pura-pura tidur dan membenamkan wajahnya di bantal. Dia tidak ingin menambah masalah dengan suaminya, terutama karena sedang hamil. Widya bertahan demi bayi yang sedang tumbuh di dalam rahimnya dan memilih untuk tidak mengungkapkan kesedihannya pada Johan.

"Meskipun Johan selingkuh dengan Luna, aku harus mempertahankan rumah tanggaku," pikir Widya. Dia ingin bayi mereka memiliki keluarga yang utuh, tanpa harus mengalami apa yang dialaminya saat orang tuanya bercerai ketika dia masih kecil.

Hari-hari terus berlalu dan kini Widya memasuki usia kandungan 3 bulan. Dia masih bersikap ramah pada suaminya, meski setiap hari dia merasa curiga dan khawatir dengan keberadaan Johan. Namun, hal itu tidak terlalu penting bagi Widya, yang terpenting adalah menjaga keutuhan keluarganya.

Widya berusaha mempertahankan rumah tangganya agar bayinya kelak memiliki keluarga yang lengkap. Dia tidak ingin anaknya merasakan kesulitan yang sama seperti dirinya saat orangtuanya bercerai dan hidup sulit bersama ibunya.

Untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, Mama Shinta, ibu kandung Widya harus menerima pekerjaan apa saja yang diberikan oleh tetangga mereka. Widya merasa bertanggung jawab untuk memastikan keluarganya tidak harus merasakan hidup sulit seperti itu lagi.

Meskipun berusaha keras mempertahankan rumah tangganya, kenyataan pahit tidak bisa ditutupi oleh Widya. Johan terus saja menemui Luna di luar sana, meski Widya sudah berusaha mencegah suaminya keluar malam dengan berbagai alasan.

Widya merasa putus asa dan merasa terperangkap dalam situasi yang sulit. Dia tidak ingin bercerai, namun di sisi lain, tidak bisa terus hidup dalam kebohongan dan rasa sakit yang menghantui dirinya setiap saat.

Setiap hari, Widya harus menghadapi kesedihannya sendiri, tanpa ada yang tahu kecuali dirinya sendiri. Dia tidak bisa curhat pada Mama Shinta, karena takut ibunya khawatir dan tidak mau menambah masalah baru.

Widya memilih untuk menyalurkan kegalauannya pada janin yang ada dalam kandungannya. Dia berbicara pada janin, meminta maaf karena mungkin bayi ini tidak akan memiliki ayah yang sempurna.

Namun, Widya selalu memastikan bahwa bayinya akan merasakan kasih sayang dari dirinya dan Mama Shinta, sebagaimana dia merasakannya pada ibunya meski hidup dalam kesulitan.

Masa kehamilan yang semakin membesar membuat Widya semakin rentan dan lelah. Dia merasa kesepian, terisolasi, dan tertekan. Namun, dia selalu berusaha kuat dan mempertahankan keadaan.

Ketika bayinya sudah mulai bisa dirasakan gerakannya, Widya merasa terhibur. Dia merasakan kebahagiaan dan harapan yang muncul kembali di hatinya.

Widya berjanji akan terus berusaha mempertahankan rumah tangganya, agar bayinya memiliki keluarga yang utuh. Namun, dia juga menyadari bahwa hidup tak selalu sesuai dengan keinginan dan rencana.

Kehidupan terus berjalan dan takdir yang ada di depan mungkin berbeda dari yang diharapkannya. Widya hanya bisa berdoa dan berharap yang terbaik untuk dirinya dan keluarganya, termasuk Johan dan bayi yang ada di dalam kandungannya.

Widya menantikan kehadiran bayi mereka yang kelak bisa mengubah suaminya menjadi sosok yang lebih baik.

Saat Widya memasuki usia kandungan enam bulan, dia merasa cemas dan takut. Bagaimana jika dia tidak dapat melahirkan bayinya dengan selamat? Bagaimana jika terjadi sesuatu pada bayi yang dikandungnya? Widya merasa gelisah, namun ia terus berdoa dan berusaha menjaga kesehatannya serta bayinya dengan sebaik-baiknya.

Sementara itu, Luna yang merasa terancam dengan kehadiran bayi Widya mulai merencanakan sesuatu yang jahat. Dalam pikirannya, Luna tidak bisa membiarkan bayi Widya lahir dan mengubah hidup Johan yang akan menghapus kehadiran dirinya di hidup pria itu. Luna merasa bahwa hanya dia yang layak berada di samping Johan, dan tidak akan membiarkan siapa pun menghalangi tujuannya.

Beberapa Hari kemudian

Kamar Rumah Sakit

Widya masih mengingat tubuhnya terjatuh dari tangga dengan kecepatan yang mengerikan. Rasa sakit yang begitu tajam terasa di seluruh tubuhnya saat ia terbanting ke lantai. Namun, rasa sakit yang paling dalam dan menghancurkan adalah ketika ia menyadari bahwa bayinya yang sedang dikandungnya telah keguguran.

Peristiwa tragis ini menghantui Widya dalam setiap nafas yang ia hirup. Ia terus berusaha mencari tahu apa yang telah salah, menguliti setiap detail dari saat-saat sebelum jatuh. Apakah ia terpeleset? Atau tangga yang ia pijak terlalu licin?

Namun, tidak peduli seberapa banyak ia mencoba memahami apa yang terjadi, kenyataannya tetap sama. Ia kehilangan anak yang belum sempat lahir ke dunia ini. Setiap kali Widya mengingat momen tersebut, ia merasa seakan-akan hatinya dirobek-robek menjadi ribuan potongan kecil.

Walaupun peristiwa ini telah berlalu, Widya tahu bahwa rasa sakit dan kesedihan itu akan terus membayanginya seumur hidup. Ia hanya bisa berdoa dan berharap bahwa bayinya telah menemukan kedamaian di surga dan bahwa ia akan bertemu dengan anaknya suatu saat nanti di tempat yang lebih baik.

Widya merasakan kesepian yang begitu dalam selama ia berada di rumah sakit. Terlebih lagi, ia merasakan kesedihan yang mendalam karena kehilangan bayinya yang belum sempat lahir. Namun, rasa kesedihan itu semakin bertambah saat ia menyadari bahwa Johan dan keluarganya tak pernah sekali pun menjenguknya di rumah sakit.

Widya merenung dalam hati, mencoba mencari tahu apa yang telah terjadi dan mengapa Johan dan keluarganya tidak pernah datang untuk menjenguknya. Mungkin saja mereka terlalu sibuk dengan kehidupan mereka sendiri sehingga tak bisa menyempatkan diri untuk menjenguk Widya. Setidaknya, kalimat itulah yang bisa menjadi penghibur bagi diri Widya yang berusaha membohongi diri sendiri.

Setelah beberapa hari menjalani perawatan di rumah sakit, akhirnya tiba saatnya bagi Widya untuk pulang ke rumah. Ia merasa campur aduk antara senang dan sedih. Senang karena ia bisa kembali ke rumah dan menghirup udara segar, tetapi sedih karena ia harus menghadapi kenyataan pahit bahwa Johan, sang suami bahkan tidak mencoba menyempatkan diri untuk menjemputnya.

Widya berusaha menguatkan hatinya dan menerima kenyataan ini dengan lapang dada. Ia tahu bahwa ia harus melanjutkan hidupnya, meskipun rasa sakit dan kesedihan itu masih membayangi dirinya. Ia berharap bisa pulih dari rasa sakit itu dan kembali ke kehidupan normalnya.

Widya menarik nafas dalam-dalam. Ia merasa telah berusaha dan mencoba yang terbaik demi rumah tangga mereka, namun tidak ada hasil yang memuaskan. Ia pun menghela nafas dan dengan berat hati berkata dalam benaknya, "Mas Johan! Aku sudah berusaha dan mencoba yang terbaik demi rumah tangga kita. Tapi saat ini, sepertinya waktu untuk menyerah sudah tiba!"

^^^Bersambung...^^^

Terpopuler

Comments

Ayano

Ayano

Ya allah
Baru dibilang awas keguguran
Berasa nyawa hilang separuh kan

2023-07-15

0

Ayano

Ayano

Awas keguguran nanti kalau stress sama makan hati mulu

2023-07-15

0

Ayano

Ayano

Keknya mending jadi single parent daripada kamu makan hati. Mati pelan pelan itu

2023-07-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!