Bab 4

Meski sudah meminta untuk perlahan, Johan melupakan jika istrinya baru pertama kali melakukan hubungan suami istri. Semua itu disebabkan olehnya yang sering melakukan hal ini bersama Luna, membuatnya tanpa sadar bersikap kasar. Sikap yang selama ini ia tujukan kepada Luna, sikap yang hanya menjadi sekedar pelampiasan sebab dia mengira istrinya sudah menghianati cinta mereka.

"Sakit, Mas!" keluh Widya, air mata terlihat di kedua sudut matanya. Dia menggigit bibir bawahnya dengan kuat karena menahan rasa sakit di bagiam bawah tubuhnya yang kini lecet dan sedikit berdarah. Ini kedua kalinya ia merasa begitu sakit di sana, namun kali ini, Widya sudah menyiapkan diri untuk menerima rasa sakit itu.

"Maaf, aku tidak bisa mengendalikan tubuhku." bisik Johan di telinga Widya.

"Gak pa pa, Mas! Aku masih bisa menahannya." Widya tersenyum meskipun ia merasa kesakitan. Dia merasa bahagia karena akhirnya Johan melakukan malam pertama yang sudah ia nanti-nantikan sejak hari pernikahan mereka.

"Masih sakit?" tanya Johan sambil membelai lembut wajah Widya.

Widya menggelengkan kepala, meski masih terasa nyeri. Dia tidak ingin malam pertama mereka gagal karena dia mengeluhkan rasa sakitnya.

Johan mulai menggoyangkan tubuhnya, menggoncang tubuh di bawah dengan perlahan. Rasa sakit semakin mengusik Widya, dia masih menggigit bibir bawahnya yang kini sedikit membengkak.

Beberapa kali Johan mengubah posisi Widya, yang tadinya di bawah kini sudah berada di atas. Dia meminta wanita itu untuk menggerakkan pinggulnya. Setelah puas menikmati tubuh mulus istrinya, Johan tertidur lelap di samping Widya yang masih terjaga.

Perlahan, Widya menuju ke kamar mandi, dia membersihkan tubuhnya dengan air hangat. Rasa perih dan nyeri di bawah membuatnya sulit untuk bergerak cepat. "Apakah sesakit ini rasanya setiap kali berhubungan intiim?" tanya Widya dalam hati.

Berselang 20 menit kemudian, Widya keluar dari kamar mandi. Dengan langkah perlahan, dia berjalan dan naik ke atas ranjang. Widya tertidur di samping Johan hingga cahaya matahari pagi datang menyapa dan menerpa kulit wajahnya yang merah merona.

Widya mengerjap, perlahan membuka mata yang masih terasa berat. Dia melirik ke arah jam dinding, tubuhnya langsung melompat begitu menyadari jika waktu sudah menunjukkan pukul 9 pagi. Widya bergegas ke kamar mandi, dia mandi secepatnya dengan istilah yang biasa disebut dengan mandi bebek karena sudah terlambat untuk pergi ke kantor.

Selesai memakai pakaian yang sopan dan rapi, Widya keluar dari kamar lalu menuruni anak tangga hingga ke lantai dasar. Mama Elis saat itu berada di sana, ia menatapnya dengan mata yang membesar. "Kau baru bangun jam segini?" hardik Mama Elis dengan suara yang tinggi.

"Maaf Ma, semalam aku tidur larut malam." jawab Widya dengan perasaan gugup.

"Dasar menantu tak berguna! Sudah 3 bulan pernikahan masih saja tak ada otaknya. Mulai sekarang, kau harus mengerjakan semua pekerjaan rumah! Jangan kau kira di sini ada pembantu ya!"

Mama Elis terus-terusan marah dengan nada yang semakin tinggi, membuat Widya ketakutan. Beruntung Papa Sugi berada di sana, Papa Sugi menghampiri istrinya lalu menasehati wanita itu, "Ma, Widya sudah telat. Mama mau mengomel sampai kapan?"

Melihat pembelaan dari Papa Sugi, Mama Elis semakin emosi, "Itukan salah dia sendiri, siapa suruh dia gak bangun lebih awal! Dasar pemalas!"

"Sudah Ma, cukup omelannya! Widya, kamu berangkat kerja gih!" Papa Sugi akhirnya membantu menantunya untuk meloloskan diri dari singa betina.

Sebulan Kemudian

"Wid, kamu hamil? Beneran kamu hamil?" tanya Johan dengan mata yang berbinar.

"Benar Mas, aku tadi sudah memeriksa dengan alat test pack yang aku beli di apotik. Aku beli 3 malah, dan semua hasilnya positif." jawab Widya dengan senyum bahagia yang terpancar di wajahnya.

Johan langsung memeluk Widya, dia begitu bahagia mendengar kabar baik ini. Beberapa kali dia mengecup pipi gembul istrinya sambil tertawa. Saat itu, Widya berpikir jika kebahagiaan mereka akan bertahan lama. Namun ternyata dia salah. Kebahagiaan yang dia harapkan lenyap begitu saja karena kehadiran Luna.

Keesokan harinya setelah Widya mengetahui jika dirinya hamil, Luna mendapatkan kabar kehamilan Widya dari Johan. Ternyata mereka masih berhubungan diam-diam di belakang Widya. Yang satu adalah suami, dan satunya lagi adalah teman sekantor. Widya tidak pernah mengira jika dirinya akan mendapat penghianatan dari suami dan juga sahabatnya sendiri.

Hari itu adalah hari minggu, Johan dan Widya menghabiskan waktu mereka berdua di rumah.

"Wid, kamu mau susu? Mas buatin yah!" ucap Johan menawarkan Widya.

Widya mengangguk sambil tersenyum, dia merasa hidupnya begitu bahagia karena telah mendapatkan berkah seorang bayi dan suami yang baik.

"Drtttt! Drtttt!"

Ponsel Johan bergetar, dia meninggalkan ponsel itu di atas meja. Karena penasaran, Widya membuka dan membaca pesan yang baru masuk.

"Mas, malam itu... aku sungguh menikmatinya. Aku gak sabar menunggu telepon dari Mas! Kapan kita bertemu lagi?"

Widya membaca nama pengirim di layar ponsel, "L".

Dia mencoba mencerna apa maksud dari kalimat yang di tulis di dalam pesan tersebut, tentunya wanita itu berharap pesan yang di kirimkan oleh seseorang dengan nama L itu hanya sekedar pesan biasa.

Namun hatinya merasa cemas dan gelisah. Widya merasa takut dan bingung dengan apa yang baru saja dia baca. Apakah suaminya Johan berselingkuh? Siapa wanita dengan inisial L itu? Apa yang sebenarnya terjadi malam itu?

Widya mencoba untuk tenang, dia mengambil nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya secara perlahan.

Merasa pernah melihat nomor si pengirim, Widya mencoba mengingat nomor milik siapa itu. Ketika sebuah nama terlintas di benaknya, tangan Widya bergetar dengan sendirinya tanpa bisa ia kendalikan.

Widya merogoh kantong celana yang ia kenakan, sebuah ponsel dikeluarkan lalu dengan cepat ia mencari daftar nomor ponsel milik Luna, sahabat dan rekannya di tempat kerja.

"Luna? Mas Johan diam-diam berhubungan dengan Luna?" ucapnya begitu melihat nomor yang sama tertera di layar ponselnya.

Baru saja dia merasakan kebahagiaan sejenak, namun sekarang harapan untuk memiliki keluarga yang bahagia bersama Johan, suami yang dicintainya, telah hancur. Suami yang ternyata telah mengkhianati cinta mereka dengan berselingkuh di belakangnya.

Sekarang, dia merasa sangat sedih dan kecewa dengan suaminya yang telah melanggar janji suci yang mereka ucapkan di depan altar pernikahan. Widya memutuskan untuk kembali ke kamar, hatinya terasa begitu sesak dan hancur.

"Apa yang harus ku lakukan? Bagaimana aku harus memperlakukan Mas Johan yang sudah berhubungan dengan wanita lain? Wanita itu bahkan sahabatku. Tuhan, kesalahan apa yang sudah ku perbuat, sehingga aku harus menerima semua cobaan ini?" gumam Widya dengan air mata yang mulai mengalir.

^^^Bersambung...^^^

Terpopuler

Comments

🥀⃞Weny🅠🅛

🥀⃞Weny🅠🅛

dah Wid, tinggalin aja suamimu tu..

2023-07-04

0

Ayano

Ayano

Kukasih tau
Telpon mirna... nanti dikasih resep kopi sianida pasti 😏
Abis itu suguhin deh

Wah... akoh jahat 😅

2023-06-22

1

Ayano

Ayano

Nah... dah kubilang mending ceraikan
(wah aku jadi tukang kompor ceritanya) 😅

2023-06-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!