Bab 04.Murid Baru

Di koridor terdengar sebuah derap langkah kaki seorang Gadis manis berpenampilan sesuai ciri khas nya tersendiri, yakni dengan sweater abu-abu di lengkapi dengan pakaian seragam yang terbalut di dalamnya. Hanya ada rok pendek selutut berwarna abu-abu yang dapat di lihat dari sisi luar.

   Nara membututi seorang Guru Wanita yang akan membawanya memasuki kelas, suasana hati Nara saat ini bisa di bilang baik-baik saja karena pagi tadi tak dapat melihat wajah cowok menyebalkan itu.

   Reza dan Tante Hanum bilang, dia berangkat duluan karena ada piket kelas.

   'Seluas-luasnya penjuru sekolah ini, aku yakin seratus persen, Gema gak bakalan satu gedung yang sama denganku. Gak akan ada kebetulan-kebetulan seperti di dunia novel, kalo ada sih Tuhan jahat banget! eh enggak, aku berani bertaruh dengan husbu ku, Gema gak akan di gedung ini.'

   Nara mengangguk singkat atas konflik batinnya, pandangannya mengedar, menyapu lingkungan sekolah.

   'Tuhkan, lingkungan seadem ini gak mungkin di tinggali sama makhluk astral. Iya! itu sudah pasti.' Batinnya lagi sebelum masuk ke dalam kelas.

   Sekolah SMA Antrophodia terbagi menjadi empat gedung, masing-masing di isi sesuai jurusan, gedung dari arah utara dan timur kelompok anak-anak IPA, dan dari arah selatan dan barat adalah gerombolan anak-anak IPS.

   Di mana yang menjadi gedung yang di tempati oleh Nara di bagian gedung sebelah selatan.

   Mustahil bukan jika Nara akan secara kebetulan di pertemukan di gedung yang sama dengan Gema. Setidaknya itu yang di yakini oleh Nara.

   "Selamat pagi anak-anak."

   "Pagi Buk!" Warga kelas menyapa serempak.

   Baru saja Nara memasuki kelas, seketika ia di jadikan pusat perhatian seisi kelas, banyak siswa-siswi mulai berbisik-bisik di hadapan Nara langsung.

   "Jadi, seperti yang kalian lihat, hari ini kelas kita ke datangan murid pindahan baru."

   "Murid baru woy murid baru"

   "Murid baru."

   "Berarti dia yang tadi sempat jadi tren topik, katanya bakal ada siswi baru yang pindah di sekolah ini, tapi aku kira hanya sekedar rumor doang."

"Masih kalah jauh dari aku, iya gak?"

"Elahh sok cantik kamu!"

   Ada kelompok yang hanya tahu mengomentari penampilan, ada juga yang sekedar oh, murid baru? dan separuh nya ada yang menyanjung-nyanjungnya, terutama pelajar laki-laki.

   Tapi fokus Nara bukan lah untuk itu semua, Nara terlalu malas menanggapi kicauan manusia yang tak berperan penting dalam hidupnya.

   Wajah yang awalnya sudah flat kini jadi semakin datar saja, auranya pun berubah jadi suram, ada yang tahu apa penyebabnya? yah, itu karena melihat sosok lelaki dengan gaya penampilan urak-urak kan, di posisi paling sudut bagian sisi kiri tengah menopang dagu sambil memandang keluar jendela.

   Sepertinya, Gema belum menyadari keberadaannya. Wajar saja Gema bukan lah tipe orang yang peduli pada keadaan sekitar.

   'Tuhan, tak bisakah kau membuat aku bahagia meski hanya sebentar saja?'

   Nara menghela napas lesu, ia benar-benar lelah. 'Bagaimana semesta bisa selawak ini? bukan hanya di gedung yang sama bahkan satu kelas?!!'

   "Silahkan, kamu perkenalkan diri."

   Nara berdehem pelan agar bisa menguasai diri. Walau saldo energi telah terkuras drastis gara-gara cowok sialan yang patut di basmi dari muka bumi ini, memperkenalkan diri menjadi kewajiban anak baru seperti dirinya.

   Ia membuka tudung hoodie yang membungkus kepala, saat itu juga satu kelas jadi terpesona berjamaah dengan parasnya yang cantik.

   "Perkenalkan namaku Kanara Shea Athaya."

   Hening. Senyap meliputi ruangan usai suara Nara untuk memperkenalkan diri telah berakhir.

   "Itu saja?"

   Guru yang bernama Warni menatap Nara menuntut. Dengan tanpa beban Nara hanya mengernyit kan alis bingung, "Terus?"

   "Oh yaudah, perkenalannya cukup singkat ya? jadi, ada yang di tanyakan pada murid baru?" Tanya Warni terhadap warga kelas.

   'Merepotkan.' Bahu Nara turun, banyak basa-basi adalah suatu hal yang paling Nara hindari dari dulu.

   "Nara! bisakah aku memanggilmu sayang?"

   "Nomor wa mu sabi kali ya?"

   "Cantik doang kalo gak mau jadi milikku ya percuma!"

   "Nara, masa depanmu tak akan cerah jika tidak bersama ku, cuaksss!"

   Kelas gaduh dengan berbagai gombal-gombal receh yang di lontarkan oleh mayoritas siswa laki-laki.

   'Aduh, kakiku mulai kram.'

   Kaki Nara tidak bisa diam, ujung matanya melirik pada Gema yang tidak tahu entah kebetulan atau tidak telah Nara temukan sedang menatapnya, saat seringai devil bisa Nara tangkap di bibir Gema, detik itu juga perasaan Nara sudah mulai tak enak.

   "Buk, aku mau bertanya dengan murid baru, boleh?"

   Gema mengacungkan tangan membuat semua siswa yang mulutnya tidak bisa diam mendadak terkatup.

   Langsung saja Gema di sambut aura horor oleh Nara. 'Sial! Sengaja tuh pasti!'

   "Silahkan bertanya jika ada yang ingin di pertanyakan, Gema." Ujar Warni untuk Gema.

   "Tinggal di mana? udah gede sudah pasti gak akan jadi beban untuk orang lain kan? pasti punya rumah sendiri kan?"

   Yang lain pada heran atas pertanyaan beruntun yang di ajukan oleh Gema, tumben Gema cerewet. Biasanya jadi orang paling irit bicara, apa lagi kepo dengan urusan pribadi orang.

  "Gema? sehat?" Jarrel yang duduk di hadapannya meletakkan tangan di dahi Gema, segera di tepis kasar oleh sang empu.

   "Tanganmu banyak kuman." Kritiknya pedas. Tenang, Jarrel sudah kebal dengan komentar-komentar tajam Gema, bahkan telah menjadi makanan sehari-hari.

   Lidah Gema itu di juluki merica bubuk. Mengapa? karena sekalinya bertutur, pedasnya sampai ke ubun-ubun bahkan merembes ke sel-sel otak.

   "Buk, bisa kah saya duduk saja? saya lelah berdiri terus." Keluh Nara tak minat merespon pertanyaan Gema.

   "Setidaknya jawab pertanyaan dari saya!" Tekan Gema.

   "Pertanyaan Anda hanya jadi sampah masyarakat untuk saya, tak penting!"

   Keduanya dengan sengit beragumen menggunakan bahasa formal, acuh tidak acuh meski telah menjadi tontonan seisi kelas.

   "Tak penting, atau--anda benar-benar jadi beban--"

   "Sudah! sudah! Nara kamu di silahkan duduk di kursi kosong. Untuk pertanyaan pribadi kalian bisa tanyakan langsung dengan Nara saat jam istirahat." Tegas Warni mengingat waktu, berhasil mengusaikan drama di antara mereka.

   Nara menyebar pandangan mencari-cari letak kursi kosong, mengapa nasib Nara benar-benar sial? tempat yang tidak berpenghuni hanya di sisi Gema!

   "Nara? tunggu apa lagi, silahkan duduk lalu kita akan memulai mata pelajaran."

   "Buk, maksud mu aku harus duduk satu bangku bersama dia?" Telunjuk Nara mengarah pada Gema.

   "Jadi menurutmu di mana lagi? hanya di samping dia yang kosong atau kau mau duduk di luar saja?" Tanya Warni sudah mulai jengah.

   "Belagu banget tuh cewek, padahal bisa duduk bersama cowok seperfect Gema kan adalah suatu keuntungan."

   "Dari dulu aku udah target tempat duduk di sisi Gema, tapi sampe sekarang belum juga ke sampaean."

   "Gema itu cowok ganteng tapi misterius, galak tapi mukanya bikin adem, paling juga gak lama Gema bakal ngusir dia dari bangkunya. Gema kan paling gak mau di deketin sama cewek."

   Bermacam-macam rumor samar-samar masuk berkeliaran di indera pendengaran Nara.

   Tanpa protes lagi Nara melangkah menuju posisi di mana letak bangku Gema, diam-diam Gema dapat tersenyum puas. 'Mampus kau satu bangku denganku! masa belajarmu akan kubuat tak akan bisa tenang!'

   "Baiklah kita mulai pelajaran Anak-anak. Kalian buka buku sejarah di halaman--"

Kriettt

   Perkataan Warni terpaksa menggantung karena mendengar bunyi deritan kursi yang di tarik, warga kelas sontak terpancing atensinya kearah Nara yang sedang menyeret kursi.

   "Nara, mau kemana kau dengan membawa kursi itu?" Semuanya menatap Nara terheran-heran.

   "Keluar Buk. Aku memilih lebih baik duduk di luar dari pada satu bangku dengan cowok gak waras!"

...TBC....

Terpopuler

Comments

Penelop3

Penelop3

iklan mendarat thor

2023-05-17

0

Icaa

Icaa

Terus ya masa sesingkat itu, setidaknya bilang pindahan dari mana kek🙂😐

2023-05-15

0

Icaa

Icaa

Langsung heboh seketika🤣😭

2023-05-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!