Di hari ke tiga kematian Ibunya, terjadi sedikit keributan antara sanak saudara di picu dari kaitan mengurus Nara, mereka saling melemparkan hak asuh, tidak ada yang ingin mengambil alih akan dirinya. Nara merasa jadi seorang anak sebatang kara setelah jadi yatim piatu.
Tragis sekali bukan?
Terus terang, Nara lebih nyaman hidup sendiri tapi ia bukanlah anak mandiri. Nara keberatan harus bekerja keras untuk membiayai sekolah mau pun kehidupannya sehari-hari.
Syukur ada Hanum adik dari Ayahnya yang mau mengajukan diri untuk memelihara dirinya. Nara lega mengetahui jika masih ada yang menginginkannya. Oleh karena itu, siang ini Nara di haruskan pindah ikut ke daerah Tantenya dan melanjutkan pendidikan di sana.
"Assalamualaikum, Mama pulang.." Salam Hanum setelah pintu rumah di buka, Nara menyusul dari belakang dengan tangan mengenggam sebuah koper. Pandangannya mengedar ke sekeliling ruangan yang terlihat mewah dan tertata rapi.
"Waalaikumsallam Ma." Lelaki berpakaian kasual hadir dari undakan tangga, Nara dengar Hanum memiliki satu anak laki-laki.
'Dia pasti anak Tante.'
"Kenalin, ini anak Tante, Namanya Reza kamu boleh panggil dia Eza. Eza, kenalin ini Nara, yang Mama ceritain bakal Mama bawa pulang itu loh."
Nara hanya menatapnya, lelaki itu menyapanya sambil tersenyum ramah tetapi Nara bahkan tidak tahu cara membalas senyuman.
"Eza, Mama udah pulang?"
Sepertinya Nara salah informasi. Ia dengar Hanum hanya memiliki satu anak. Tetapi siapa yang menyusul turun dari struktur tangga sambil mengantongi tangan. Berarti Tantenya mempunyai dua anak?
Ganteng-ganteng lagi, aduhh. 'Mirip tokoh fiksi.'
Yang satu ini terlihat berbeda tidak seperti lelaki yang pertama datang, ia terlihat netral dan minim ekspresi setelah melihat keberadaan Nara. 'Kayaknya, anak itu tidak suka kepadaku.'
"Nah kalo yang ini anak kedua Tante. Namanya Gema. Gema, kenalin ini Nara."
Gema mengamati Nara dari atas sampai ujung kaki dengan seksama, style Nara terlihat seperti anak-anak introvert, sweater hitam dengan hoodie menutupi kepala. Nara hanya mengangkat alis melihat tatapan Gema, rautnya benar-benar tidak bisa Nara baca. 'Tuh cowok kenapa liatin aku sampe segitunya?'
"Gembel dari mana?"
Nara menggosok daun telinga, mungkin saja ia salah dengar, cowok ini baru saja menyebutnya gembel.
"Gema, Nara bukan gembel. Mulai sekarang, dia akan jadi Adik kalian, jadi kalian harus bersikap baik ke dia."
'Berarti bukan salah dengar dong.' Sepertinya impian Nara untuk hidup tenang, akan pupus seketika karena harus tinggal satu atap bersama lelaki nyebelin ini.
Tiba-tiba ponsel Hanum berdering, Beliau pamit menjauhkan diri sejenak untuk mengangkat panggilan. Namun sebelum itu Hanum menitahkan kepada mereka, "Yaudah, kalian anterin Nara ke kamarnya. Eza, kamu udah siapin kamar untuk Nara kan?"
"Udah Ma." Sahut Reza. Hanum telah menjauh, sibuk berbincang-bincang dengan orang di seberang telepon.
"Sini aku bawain barangnya, pasti berat." Reza hendak mengambil alih koper Nara.
Sayangnya Nara memundurkan koper melarang Reza menyentuhnya. "Aku bisa bawa sendiri."
"Oh? kirain bisu." Celetuk Gema. Berhasil mencuri lirikan sinis dari Nara. Yang di lirik hanya memasang wajah paling menyebalkan sedunia. Lima rius, Nara ingin menghantam muka sok ganteng itu pakai linggis.
'Cari masalah nih cowok.' Untung Nara masih tahu cara menjaga sopan santun, jika tidak mungkin ia dan Gema sudah akan aduh bacot.
"Gema, jangan gitu. Mama kan udah pesan kita harus perlakukan Nara dengan baik. Dia kan Adik kita." Lerai Reza.
'Nah, cowok yang satu ini baru ramah! bintang lima!'
"Mari Nara, aku anterin kau ke kamarmu, omongan Gema jangan di masukan ke hati."
'Gak akan ku masukin dalam hati tapi ku masukin dalam ginjal!' Nara hanya bisa merutuk dalam hati.
Pura-pura tidak peduli Nara ikut saja ke mana Reza menuntunnya, di pertengahan struktur tangga ia sedikit menoleh ke belakang mengecek situasi, rupanya cowok si muka datar itu membututi nya.
Nara lekas berbalik saat dapat membaca mimik Gema yang seakan bertanya galak, 'Apa liat-liat?!'
Di balik punggung, jari tengah mengacung untuk Gema, netra Gema sedikit membelalak, sebenarnya cukup terkejut tapi ia memiliki cara tersendiri untuk tetap terlihat stay cool.
'Sh*it! ternyata nih cewek berani sama aku.'
...*****...
"Ini kamarmu, Nara. Dan ini kuncinya."
Reza menyerahkan sebuah kunci ke telapak tangan Nara, ia menatap pintu kamar yang berwarna cokelat usai kepergian Reza dari tempat.
'Kamar baru, kehidupan baru'
"Aku tidak peduli asal usul kau dari mana, yang intinya kalo mau hidup tentram di sini, ada beberapa peraturan yang harus kamu patuhi selama tinggal di sini."
Gema berjalan menghampirinya, membuat tangan Nara yang akan membuka daun pintu menggantung, ia merotasikan matanya sewot.
"Yang pertama, jangan banyak tingkah. Yang kedua, sadari posisimu hanya sebatas anak baru, tidak lebih." Gema melangkah mengitari Nara. Yang di telisik pun hanya bodo amat.
'Welcome to neraka jahanam!' Batin Nara telah yakin seratus persen jika dirinya tidak akan bisa hidup damai di sini. Gema bersidekap dada di hadapan Nara.
"Yang ketiga, kau lihat kamar itu--"
Nara mengikuti arah telunjuk Gema mengarah pada kamar tepat berada di sebelah bilik nya. "Itu adalah kamarku."
'Kenapa kamar cowok ini harus bersebelahan dengan kamar ku?!'
"Jangan berani-berani sekalipun kau menginjakkan kakimu walau hanya sejengkal dari depan pintu, jika tidak kau akan tahu konsekuensinya." Gertak Gema.
"Heh, tidak ada yang tertarik untuk masuk ke kamar mu!" Kelit Nara setengah mendelik. Banyak sekali peraturan, sudah persis dengan pasal undang-undang.
Ceklek
"Dan yang terakhir!"
Tangan Gema melintas di kepala Nara agar bisa menarik gagang pintu kembali menutup paksa pintu yang tadinya sempat di buka oleh Nara.
Nara putar badan dengan menaikan sebelah alis menunggu bicara Gema selanjutnya, pandangan lelaki itu merunduk dengan netra hitam legam terkunci tepat di iris mata identik dengannya. Satu tangannya tenggelam di balik saku celana cargo hitamnya
Sengaja Gema belum melanjutkan penuturannya, ia harus sedikit membungkuk agar bisa merendahkan diri dan menyamakan tingginya pada Nara yang hanya sebatas dada hingga jarak mereka terkikis.
Nara di buat speechless mendengar tekanan yang di bisikan oleh Gema tepat di samping daun telinganya.
"Jangan pernah muncul di depan mataku selama lima detik! itu membuatku muak!"
...TBC....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Mey Noona
sekalian kasih tip ya nar
2023-08-04
1
Mey Noona
sini peluk jauh, naraa
2023-08-04
0
Yura
Malang sekali...
2023-05-15
0