Kantin Antrophodia padat di isi oleh anak-anak yang mengisi perut di waktu istirahat, Nara rasa ia sudah berusaha semaksimal mungkin bisa cepat sampai di kantin duluan agar ia bisa sarapan dengan tenang sebelum kantin ramai.
Lamban. Nyaris semua meja telah terisi, hanya tersisa meja bagian tengah yang Nara paling benci terlihat kosong, selebihnya telah di huni oleh para warga sekolah. Besok-besok, Nara berniat membawa bekal agar bisa makan seorang diri di kelas.
Di keramaian membuat Nara sesak, ia benci keramaian. Terlebih kali ini Nara harus ikut antrian sepanjang ular, menghabiskan waktu lima menit ia berdesak-desak kan di barisan.
Ingin rasanya Nara mencongkel satu persatu pasang mata yang ibarat reporter, memperhatikan segala gerak-geriknya karena ia masih terlihat asing.
Setelah perjuangan yang penuh lika-liku akhirnya Nara bisa menikmati hidangan yang telah ia pesan, sayangnya tidak berlangsung lama, tiada angin tiada hujan pengusik tiba-tiba bergabung bersama dengannya.
"Hai? kau pasti siswi baru yang jadi tren topik saat ini?" Claira mengambil tempat duduk berseberangan dengan Nara. Ia juga membawa nampan berisi makanan.
Nara hanya membalas pertanyaannya dengan anggukkan, ia masih fokus dengan makanan, lebih tepatnya malas meladeni lebih jauh Gadis yang sok akrab di hadapannya.
"Kenalin, aku Claira. Kau boleh panggil aku Cla."
Dengan sopan Claira mengulurkan tangan kepada Nara. Sebelum memulai sesi makan, ada baiknya Claira rasa berkenalan dengan siswi baru, ia memang memiliki kepribadian yang friendly, antonim dari Nara.
Jika Nara anti sosial, maka Claira bertolak belakang, ia gemar bersosialisasi pada sesama termasuk pada Anak baru yang belum mempunyai teman seperti Nara.
Nara tidak ada minat menyambut juluran tangan Claira, ia hanya menatapnya malas, dari pada tidak di balas lebih baik Claira mengambil tangan Nara secara paksa agar bisa bertaut. "Aku udah tahu namamu, Nara kan? jadi gak perlu susah-susah perkenalkan diri."
Watak Nara mengingatkan Claira pada mendiang sahabatnya waktu SMP, sedari tadi Claira telah mengamati Nara dari lain sisi kantin.
Lagaknya seperti tidak nyaman dan Claira peka yang membuat Nara seperti itu adalah keramaian, sama persis dengan Qiana, sahabat Claira dahulu kala.
Di masa itu Claira jadi perisai kala Qiana di bully oleh beberapa siswi penguasa sekolah, Claira merasa bersalah karena ia tidak bisa melindungi sahabatnya sendiri padahal ia telah berusaha sebisa mungkin.
Bahkan sampai saat ini Claira masih tidak berhenti menyalahkan dirinya sendiri atas kematian sahabatnya yang bunuh diri mengiris urat nadi di bagian pergelangan tangan.
Melihat bagaimana cara Nara bersikap, Claira jadi ingin berteman dengan Nara agar bisa melindungi Nara dan mencegah kejadian dulu terulang kembali.
"Btw, kau pindahan dari mana?" Tanya Claira mencoba membuka obrolan lagi.
"To the poin aja, ada perlu apa mendekatiku?" Nara menjeda kesibukannya. Bukannya menjawab malah ia kembali mengajukan tanya, ia menegakkan kepala menatap Claira yang juga balik memandanginya.
"Maksudnya?" Claira tidak mengerti dengan pertanyaan Nara.
"Kau kira aku tak tahu tujuan jika ada orang yang tiba-tiba datang terus sokab padahal kenal saja kagak? apa lagi bila tak ada motif tersembunyi?"
"Tunggu, seperti kau salah paha--"
PRANGGG!!
Bicara Claira tersangkut di lidah, di cegat oleh pecahan kaca yang terdengar cukup keras sontak menyita atensi warga kantin.
"KAU MAU MEMBUNUHKU HAH?!"
Laki-laki tak mengenakan baju seragam, yang hanya pakaian atasan biasa berwarna putih itu terlihat benar-benar marah. Dia, Eros. Salah satu sohib Gema dan Jarrel. Si paling terburuk tamprementalnya.
Gadis di hadapannya bergetar ketakutan, peluh menghiasi keningnya karena lelah mematuhi segala perintah majikannya, tidak berani bahkan hanya mengangkat wajah, tulang lehernya nyaris patah karena hanya merunduk terus.
"M-maaf, aku gak tahu" Cicitnya, Gantari namanya. Babu Eros. Gantari si pelayan dan Eros majikannya yang galak.
"AKU ALERGI DENGAN IKAN DAN KAU MALAH MEMESANKAN BAKSO IKAN?! MAU MEMBUATKU MATI IYA?! AGAR KAU BISA BEBAS?!"
Claira berdecak sebal, "Tuh anak berulah lagi, gak kasian apa jadiin sebagai Tari yang lemah lembut itu sebagai babu? perasaan selama ini mereka satu sekolah asing-asing saja gak pernah bertegur sapa, tapi gak tahu tiba-tiba beberapa hari yang lalu Eros mengklaim Tari sebagai pelayannya. " Monolognya, bahkan Claira sendiri jenuh melihatnya.
Jika bisa Claira akan turut membantu Gantari agar bisa lepas dari jeratan Eros, sayang sekali Claira tidak sekuat itu bisa melawan si Eros, berandal sesungguhnya dari segala berandal kelas atas di dunia.
"Babu?" tanya Nara mendadak penasaran, ia turut menyaksikan seperti anak-anak lain, hanya bisa menonton sampai sejauh apa Eros menindas Gantari. Untuk menolong, mereka tidak berani.
Claira mengangguk, "Cewek itu namanya Gantari." Tunjuk-nya ke arah Gantari untuk sebentar kemudian bergeser lagi menuju Eros, "Kalo dia, namanya Eros."
"Aku gak tahu penyebab Eros jadiin Tari sebagai babu dan nindas dia secara tiba-tiba, tapi yang jelas, bagaimana pun sikap jahat seseorang pasti ada alasan," Ungkap Claira cukup logis.
Tidak ada yang berani menentang Eros di sekolah ini, bahkan para Guru sekalipun. Tentu bukan tanpa alasan. Ia adalah anak donatur terbesar sekolah SMA Antrophodia, otoritas keluarganya cukup berpengaruh. Hingga para warga sekolah segan terhadapnya.
"DASAR MURAHAN! KAU TAK ADA BEDANYA DENGAN IBUMU!"
Dengan tenaganya, Eros mendorong tubuh kecil Gantari hingga jatuh terjerembab di lantai, Gantari meringis memeriksa tangannya yang sempat menindih sebuah beling kaca yang pecah. "Ssshhh.."
"Kenapa gak ada yang belain dia?"
Tatapan Nara berpindah pada Gema dan Jarrel yang duduk di meja yang sama bersama Eros, mereka terlihat tidak peduli dengan pertengkaran di sekitar mereka.
"Kau pikir ada yang berani untuk memihak Gantari? coba aja kalo mau dapat sanksi yang berat dari Eros." Ujar Claira.
"Kalo mau hidup tenang di sekolah ini, jangan sekali-kali ikut campur dengan segala urusan yang berkaitan dengan Eros." Imbuhnya mengingatkan.
'Napas aja malas aku, apalagi ikut campur masalah rumit gituan. Mending maraton anime!'
Claira berdecih sewot melihat Gema dan Jarrel yang terlihat sibuk dengan dunia mereka, ia yakin kedua cowok itu sedang mabar game, membiarkan kawan mereka berbuat sewenang-wenang.
"Sumpah ya? walau pun aku kesal tingkat dewa ke Eros, tapi aku lebih kesal kepada mereka!"
Nara mengikuti arah pandang sinis Claira. "Udah tahu gimana tingkah sohib mereka yang satu itu, tidak juga ada yang mencegahnya, setidaknya mereka harus bertindak jika laki-laki ngasari perempuan, apa lagi teman mereka sendiri." Omel Claira entah kepada siapa.
"JARREL!! HUBUNGI AMBULANS! BABUKU TERLUKA! BURUAN!!" Teriak Eros begitu panik, tangannya bergetar ketakutan menyentuh telapak tangan Gantari yang terluka akibat goresan serpihan kaca.
Jarrel memutar bola matanya malas, ia mengantongi ponselnya menyudahi sesi mabar antara dirinya dan Gema, "Hanya lecet dikit pake di hubungin ambulans segala, kenapa tak sekalian kau suruh aku bawain rumah sakitnya kesini?" Sahutnya tidak habis pikir.
"Eros, aku gak apa-apa. Hanya tergores sedikit saja." Gantari menatap Eros rumit, sikapnya yang berubah-ubah bagai bunglon sulit untuk ia pahami.
"Diem kau! gak apa-apa gimana? ini jari kamu berdarah!" Dumel nya khawatir. "Aku gak mau ada yang melukai kamu selain aku, termasuk benda tajam sekalipun!" Tutur katanya terdengar tajam, tapi tersirat sebuah kerisauan di dalamnya.
Itu semua tidak luput dari perhatian seluru isi kantin, bukan kali pertama tapi tetap saja masih membuat mereka menaruh rasa heran, tidak terkecuali Claira, apa lagi Nara yang bernotabe sebagai murid baru tak kalah heran.
Claira berdecak gemas. "Dia yang tadi marah-marah sampai dorong Tari, sekarang dia juga yang malah cemas setengah mati." Gumamnya tak habis pikir.
...TBC....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Icaa
Murahan?
2023-05-15
0
Icaa
Apa nih😐
2023-05-15
0
Liu Zhi
uh sialan bnr
2023-05-13
1