"Bu, gak usah aneh-aneh deh, Bu. Sekarang itu bukan jaman Siti Nurbaya lagi," jawab Ocha.
"Iya, ibu tahu. Tapi kamu sudah waktunya nikah, Cha. Teman-teman kamu saja sudah banyak yang punya momongan, sedangkan kamu? malah jomblo, sekarang."
"Iya ..., kalau mereka memang sudah waktunya nikah. Beda sama Ocha yang realitanya menurut Tuhan belum waktunya. Nyatanya jodoh Ocha belum datang, 'kan." Ocha tersenyum miring.
"Kamu ini kalau dikasih tahu mbanta ...h, terus." Sang ibu merasa sangat kesal dan meninggalkannya seorang diri.
Lain halnya dengan Ocha yang sama sekali tidak memiliki rasa bersalah. Gadis itu justru masuk ke kamarnya dan rebahan seraya mendengarkan lagu-lagu favoritnya.
Tung! Notifikasi aplikasi ungu masuk di ponselnya. Sebuah pesan pribadi dari orang yang tidak dia kenal.
@firmanharis : Assalamualaikum.
"Ini akun siapa, ya?" tanya Ocha di dalam hatinya.
Awalnya Ocha ragu dan enggan untuk membalasnya. Tetapi, setelah dia melihat foto profil orang asing itu menggunakan sebuah sragam polisi, Ocha menjadi sungkan untuk mengabaikan.
@caca225 : Waalaimumussalam.
@firmanharis : Terima kasih ya, sudah follow back akun saya. Salam kenal, Mbak.
@caca225 : Iya, sama-sama. Salam kenal kembali, Pak.
Emoji tersenyum, menjadi andalan Ocha saat mengobrol dengan orang melalui pesan tulisan. Polisi muda itu lantas menanyakan domisili Ocha saat ini, tetapi Ocha tidak lagi meresponnya.
Pesan pemilik akun Firman Haris tersebut sengaja tidak Ocha buka, hingga hari sudah berganti.
***
Keesokan harinya, tepat pukul sembilan pagi, Ocha berpamitan berangkat pergi nongkrong dengan Meli.
"Bu, aku berangkat ya." Dia mencium tangan ibunya.
"Hati-hati, Cha. Jangan ugal-ugalan di jalan dan jangan sampai sore, ingat waktu," ujar sang ibu.
Gadis pecinta warna pink melangkahkan kakinya pergi dari rumah bersama Meli yang sudah menjemput sejak delapan menit yang lalu.
Mereka berdua pergi nongkrong ke Rumah Ice–kafe es krim yang menjadi tempat favorit anak muda masa kini, di kotanya.
***
Sampai di lokasi, mereka berdua berbagi cerita dan candaan, sambil menunggu segelas ice cream coklat pesanan mereka datang. Namun tiba-tiba saja, ada pria yang datang menghampiri mereka dan berkata ...
"Eh, kamu Ocha 'kan? Mantannya Dev?" tanyanya sambil menunjuk Ocha.
"Iya, Mas. Kenapa ya?" tanya Ocha dengan ekspresi kebingungan.
"Wah, akhirnya bisa ketemu langsung dengan sesosok Ocha. Bu Guru cilik sekaligus Desainer dan pengusaha termuda di kota ini." Pria muda itu sedikit meringis.
"Kenalin, gue Fajar temannya Dev." Sambil mengulurkan tangannya kepada Ocha.
"Oh, iya." Wajah Ocha menjadi berubah sebal seketika, saat berjabat tangan dengan Fajar.
Pasalnya, Ocha sudah tidak mau lagi mendengar nama Devan, apalagi membicarakannya.
"Dev sekarang sudah makin sukses, Ca. Berkat kamu juga. Andai kamu gak kenalin dia ke bos gue, dia gak bakal bisa jadi vokalis seperti sekarang," ujar Fajar.
"Dulu yang kariernya masih seujung kuku, sekarang melejit. Tapi sayangnya, kalian sudah pisah ya? Padahal kalian ini serasi lo, Ca," sambungnya.
"Ya ..., syukur deh," jawab Ocha.
"Anyway, Dev banyak cerita ke gue, katanya kamu dijodohkan karena ayahmu gak setuju dan gak merestui kalian ya?" imbuhnya.
Ocha sangat syok mendengarnya. Tentu saja, karena cerita itu berbeda jauh dari kisah yang sebenarnya terjadi.
Meli pun turut terkejut seraya melirik Ocha yang seperti enggan menanggapi cerita Fajar.
"Itu nggak benar, Jar. Oang tua Ocha setuju semua, kok. Temanmu aja yang bersikap aneh mendadak dan ingkar janji. Jadi wajar kalau Ocha putusin dia," jawab Meli.
"Lagian, Dev sendiri udah duakan Ocha, Jar. Nih bukti-buktinya, kamu lihat dengan teliti. Apa yang Ocha lakuin itu udah bener, kok," lanjutnya.
"Janji apa maksudnya? Kok gak pernah cerita itu ke gue, ya." Sesekali Fajar memandang Ocha yang sibuk menyedot es yang dia pesan.
Sahabat Devan itu juga menerima ponsel yang Meli berikan untuk melihat bukti-bukti yang Meli maksud.
Obrolan tentang Dev, benar-benar membuat mood Ocha hancur berantakan dan air matanya kembali memenuhi kedua mata cantiknya–hampir saja menetes, tapi dia masih berusaha menahannya.
"Udah berkali-kali, aku minta kepastian ke Devan. Tapi dia hanya janji-janji aja, untuk tenangkan hatiku. Aku udah gak bisa sabar lagi, Jar. Aku masih punya harga diri yang lebih layak untuk aku perjuangkan daripada memperjuangkan orang yang gak serius sama aku," sahut Ocha–setelah beberapa detik hening.
Pernyataan yang Ocha ucapkan benar-benar jauh berbeda terbalik dengan apa yang Devan katakan. Hal itu membuat Fajar terkejut dan merasa sungkan dengan Ocha karena sudah mengingatkannya kembali dengan lukanya.
"So–sorry ya, Cha. Gue kagak ada niatan buat buka luka lama lo," ujar Fajar.
"Gak papa, kok. Justru aku seneng karena bisa tahu kelakuan dia dibelakangku. Tapi ya udah, lah ..., lupain."
Ocha tersenyum tipis, sebelum akhirnya Meli mengalihkan obrolan pahit mereka ke sebuah obrolan yang cukup lucu dan menarik untuk dibahas.
Ditengah-tengah canda tawa mereka, tiba-tiba ada seorang perempuan muda yang berada di tempat parkir–hendak masuk ke kafe yang wajahnya tidak asing di mata Ocha.
"Cewek itu ... Kok aku kayak gak asing ya, sama mukanya. Tapi siapa?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Amanda
Kurangajar banget devan maen balikan fakta 😠
2023-05-15
1