"Iya dek, mana janjinya? Kamu dan dia sudah sangat lama berpacaran. Mau sampai kapan? Ayah malu dilihat tetangga. Sudah banyak yang mencibir bahkan memfitnah kita semua, Dek," sambung ayah.
Melihat kemurkaan orangtua nya, Ocha mencoba mengirim pesan hijau ke Dev untuk menagih janjinya yang sempat dia katakan beberapa waktu lalu.
"Maaf ya Yah, Bu. Ocha lupa dengan janji itu. Ocha japri dulu ya," ujar Ocha.
Namun anehnya, saat dia mengirimkan pesan pribadi, tidak ada jawaban apapun. Lalu Ocha mencoba menelponnya, namun juga tidak diangkat. Dia sabar menunggu hingga jam sebelas malam, namun juga tidak ada balasan.
"Devan sudah Ocha kirimi pesan WA, Yah, Bu. Tapi sampai jam segini belom juga di balas. Ocha telepon juga gak di angkat," ujar Ocha dengan firasat yang mulai tidak enak.
"Alah ..., paling juga nanti ujungnya minta putus. Ayah 'kan sudah pernah bilang to, putusin saja dia! Lelaki yang serius itu tidak akan mengulur waktu untuk menikahi wanita yang dia cinta," jawab sang ayah dengan nada emosi.
Ocha hanya bisa diam dan panik. Pikirannya mulai berlebihan bahkan dia sampai susah sekali untuk tidur. Hingga tanpa terasa, adzan salat tahajud sudah berkumandang.
Dia lekas ke kamar mandi untuk wudhu. Karena dia belum tidur sama sekali, jadi dia memutuskan untuk Salat Hajad. Kebiasaan di kampungnya memang Salat Tahajud berjamaah diseluruh mushola per RT nya masing-masing.
"Jamaah, Cha?" tanya sang ibu.
"Nggak, Bu. Ocha salat di rumah saja," jawabnya.
***
Senin pagi, Ocha benar-benar berangkat kerja dengan kondisi kacau. Membuka pesan aplikasi hijau yang masuk berkali-kali, dengan harapan Dev yang mengirim pesan. Namun ternyata bukan. Hari ini benar-benar hari yang penuh tanda tanya besar baginya.
Greeett ... greeett !!
Suara getaran Hp Ocha di meja mengajar. Segera dia angkat, ternyata pesan dari Dev. Dia tersenyum lebar dan merasa lega. Tapi dia tercengang, saat membaca isinya tidak sesuai harapan. Mendadak kesal dan sesak di dadanya.
Devan (10.00) : Kamu ini perempuan gak tahu malu ya, gak punya perasaan juga. Sudah kubilang, aku pasti tepati janjiku. Apa kamu gak lihat, kalau negara ini sedang terkena wabah? Kamu terlalu egois, Cha.
Balasan Devan untuk pesan Ocha kemarin yang dia tulis dengan sopan, tetapi justru Devan balas dengan kemarahan yang menurut Ocha aneh. Mereka berdua cekcok di pesan hijau, saat jam istirahat. Dengan hati penuh kecewa dan emosi, Ocha terus membantah setiap perkataan buruk Devan padanya.
Ocha (10.12) : Aku kemarin nanya baik-baik loh, Dev. Kenapa kamu jawabnya ngegas begitu? Aneh banget. Lagian apa hubungannya wabah sama janji kamu?
***
Sepulang kerja, sampai dirumah, Ocha menceritakan semua kekesalannya dengan Devan kepada ayah dan ibunya. Tapi ibunya hanya terdiam. Sementara ayahnya, menunjukkan raut wajah kesal.
"Putuskan saja, dia. Dia memang dari awal sudah terlihat tidak serius. Sudah berapa kali, ayah bilang padamu? tapi kamu masih ngotot bertahan." Kemarahan ayahnya pun menyerang.
Bentakannya membuat Ocha merasa terkena penyakit jantung mendadak. Hati dan pikirannya pun semakin kacau balau. Ingin menangis, tapi air matanya seperti sudah habis untuk menangisi banyak hal selama dia bersama Devan.
Hingga akhirnya, dia memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Devan, setelah berjam-jam merenungi segala peristiwa dan sikap Devan kepadanya, selama empat tahun pacaran. Meskipun berat untuk Ocha melakukannya, tetapi dia berharap dengan cara putus bisa membuat Devan sadar dan menepati janjinya.
Akan tetapi, sebuah angan-angan nyatanya tidak lah sesuai dengan yang terjadi. Realitanya memang selalu ada saja sandiwara dan alasan, setiap kali Ocha meminta Devan untuk menikah.
Devan : Yakin, kamu mutusin aku?
Ocha : Ya yakin, lah. Kenapa gak? buat apa pertahankan orang yang gak serius.
Devan : Oke, terserah kamu. Tapi jangan pernah nyesel, ya. Bakal aku pastikan hidupmu gak akan bisa tenang.
"Baru langkah kedua saja, udah kayak gini. Gimana mungkin mau lanjut ke langkah ketiga?" tanya Oca di dalam hati.
***
Lima bulan kemudian, Ocha tampak duduk termenung seorang diri, di teras. Dia belum juga bisa melupakan Devan. Masih teringat begitu banyak kenangan bersamanya. Suka duka bersama dan menemaninya dari nol.
Meli : Cha, lagi apa?
Pesan singkat dari Meli.
Ocha : Lagi galau Mel, susah moveon. Masih belum percaya, kejombloan ini terjadi.
Meli : Kamu harus bisa ikhlas, Cha. Karena ternyata dia duakan kamu sama mantan rekan kerjamu dulu, si Novi. Sorry ya Cha, aku baru kasih tahu sekarang. Karena aku baru tahu muka cewek barunya Dev kemarin lusa, di story aplikasi biru.
Ocha : Ah, ngaco kamu, Mel. Mirip aja kali, Mel. Masa iya, Novi begitu. Aku juga kenal Dev itu seperti apa. Dia gak mungkin secepat itu dapat baru. Apalagi aku cinta pertamanya.
Lalu Meli menunjukkan sebuah foto screnshoot story aplikasi biru, kepada Ocha. Ternyata benar, itu adalah Novi. Ocha kaget dan mendadak diam–melamun. Rasa tidak percaya itu semakin terasa dan sangat menyesakkan dada.
Meli : Cha, aku tahu kalau mereka mendua itu karena aku kepo dengan story light nya dia, dan disitu terhitung sudah satu tahun mereka berdua bermain api di belakangmu. Coba deh, kamu amati dengan cermat.
Ocha semakin terdiam.
Meli : Cha, lidah itu gak bertulang. Mereka mungkin memang bisa bohongi kamu. Tapi jejak digital tidak bisa dibohongi. Lupakan dia dan buka hati lagi untuk orang lain. Kamu berhak bahagia, Cha ..."
Ocha tidak menyangka ternyata orang yang selama ini dia terima apa adanya, dia temani dari bawah, tega berbuat seperti itu kepadanya. Tidak hanya membohonginya, tapi juga ayah dan ibunya.
Ocha : Ya udah lah, Mel. Mau gimana lagi, terlanjur. Besok aku libur kerja. Kamu ada waktu? kalau ada, aku mau ajak kamu jalan.
Meli : Oke, siap. Pagi aja ya beib, seperti biasa.
Obrolan telah berakhir, tetapi Ocha masih melamun. Dia lantas membuka sosial media biru miliknya dan mencari tahu kembali, apa yang sebenarnya terjadi, agar hatinya bisa merasa lega.
Ocha menemukan begitu banyak bukti berupa foto dan video mesra Novi dan Devan saat mereka jalan-jalan berdua. Semuanya tersimpan di akun milik Novi.
Mata Ocha kembali berembun. Dia tidak sanggup lagi menahan air matanya, sehingga ia biarkan mengalir begitu saja di pipinya.
"Cha! Ocha!" teriak ibunya.
Dia segera menghapus air matanya, "Iya!" jawabnya dengan teriakan pula.
Ocha kemudian masuk ke rumah untuk menemui sang ibu.
"Ada apa, Bu?" tanya Ocha.
"Kamu mau nggak, dijodohkan sama keponakannya Pak Danang?" tanya ibu.
"Dih, apaan, sih. Kenapa jadi jodoh-jodohan begini, sih. Gak banget," tutur batin Ocha.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Amanda
Mending pilih perjodoan aja lah ca daripada salah pilih lagi
2023-05-15
0
Anak emak
cowo ko gitu. iiieeewwwh
2023-04-22
0