Candaan Membawa Masalah

Meskipun roti dan kopinya sudah habis, Agra tak kunjung kembali ke salon. Ia lebih memilih untuk menghabiskan waktu yang lebih lama di tempat itu saja. Baginya, salon sudah seperti mimpi buruk. Sangat tidak baik baginya berlama-lama di salon.

 

Namun setelah hampir 45 menit di tempat itu, Agra beranjak juga dari tempat duduknya. Atau Kanaya akan marah jika ia tidak kunjung kembali.

 

Inilah yang paling Agra benci ketika berada di salon. Dikelilingi banyak cewek rempong. Dan menjadi pusta perhatian

 

“Mbak, pacarnya ganteng banget sih.” Ucap salah seorang pengunjung.

 

“Ganteng. Dan hot.” Ucap salah seorang lainnya lagi.

 

Pujian itu jelas terdengar sampai ke telinga Agra. Karena memang tempat Agra duduk tidak jauh dari tempat Kanaya melakukan perawatan wajahnya

 

Agra tersenyum kecut ketika untuk kesekian kalinya ia dianggap sebagai kekasih Kanaya.

 

Sedang Kanaya, ia tersenyum manis karena mendengar hal itu. Ini bukanlah kali pertama ketika ia ajakan dengan Agra akan dikira sebagai kekasih Agra dan mereka pasti memuji wajah tampan Agra.

 

 

Dilihat dari segi manapun, secara fisik Agra merupakan foto copy Althaf. Ia terlihat seperti Althaf di masa muda. Tampan, berkharisma, mempesona, definisi cowok tampan di usia mudalah.

 

Andai saja Agam yang mengantarnya dan yang dipuji adalah Agam pula. Sudah pasti Kanaya akan merasa bangga. Namun sayang, harapan tinggal harapan.

 

Tak mau peduli dengan itu semua, Agra memasangkan headphone ditelinganya dan mendengarkan musik. Sambil memejamkan matanya dan bersandar pada sandaran sofa berharap bisa tidur.

 

Jika sudah berada diposisi seperti itu, Agra akan tidak peduli dengan keadaan sekitar. Masa bodoh dengan semua itu.

 

Hingga tiba datanglah seorang perempuan muda yang umurnya mungkin sepantaran dengan Adam dan Agam. Namun sayang, dari dandanannya terlihat menor dan enggak banget. Sehingga membuatnya terlihat seperti ibu-ibu.

 

Begitu melihat Agra sedang duduk dengan tenangnya ia langsung duduk tepat di samping Agra. Perempuan itu langsung tertarik dengan sosok laki-laki tampan yang ada di sampingnya itu. Ia mengagumi makhluk ciptaan Tuhan yang nyaris sempurna dari segi fisik. Hanya saja ia tidak sadar, ,jika sudah marah manusia yang ia anggap sempurna tersebut bisa saja berubah menjadi iblis.

 

Agra sendiri yang kebetulan sedang mendengarkan musik melalui headphonenya dengan mata tertutup merasa tidak terganggu sedikitpun. Ia tidak peduli dengan keadaan sekitar, ia sedang butuh istirahat.

 

Ia pikir hanya sama-sama pengunjung biasa. Bukan ibu-ibu rempong yang akan membuat masalah dengannya.

 

Begitu duduk, ibu-ibu tersebut langsung menjawil dagu Agra dengan genit. Agra sendiri yang mendapat sebuah sentuhan langsung membuka matanya. Ia terjingkat kaget saat melihat pengunjung salon yang duduk di sampingnya berdandan terlalu menor dan ia mengira jika wanita itu hantu.

 

“Astagfirullah.” Ucap Agra sambil mengusap dadanya. Dan lagi perempuan muda itu menjawil dagu Agra dengan genit.

 

Ia paling tidak suka disentuh sembarang orang. Hanya orang-orang tertentu saja yang bisa bebas menyentuh dirinya.

 

Agra menatap tajam perempuan itu. Tetapi yang ditatap justru menatap Agra dengan tatapan kagum.

 

“Hay ganteng.” sapanya. Agra memutar bola matanya jengah.

 

“Sorry udah sould out.” jawab Agra dingin. Dari suaranya terdengar sekali nada ketidaksukaan pada perempuan itu.

 

Agra itu banyak sekali yang suka. Makanya dulu saat sekolah ia menjadi playboy. Tidak ada perempuan yang menolaknya. Ya baru Kanaya ini yang nggak sadar kalau Agra tulus.

 

Ya, Kanaya tahu jika Agra mencintainya. Tetapi ia pikir Agra mencintainya hanya seperti mantan-mantan Agra yang terdahulu.

 

Seperti angin lewat. Hanya menjadi sebuah selingan. Bak seorang pemain figuran.

 

“Mana pasangannya?” Tanyanya lagi. Ia masih saja gencar menggoda Agra.

 

Agra menggeser duduknya perempuan tadi terus ikut bergeser duduknya, hingga Agra mentok diujung sofa.

 

Pemandangan itu tidak lepas dari pandangan Kanaya. Kanaya menahan tawa karena melihat wajah kesal Agra.

 

Ia mendekat berusaha menolong Agra. Itupun kalau tidak tiba-tiba ia punya ide gila.

 

“Maaf mbak.” Ucap Kanaya. Ibu itu langsung menatap Kanaya.

 

“Kamu pasangannya?” Tanya ibu itu lagi. Kanaya mengangguk. Ibu itu tersenyum menyeringai sambil melihat Kanaya.

 

“Saya bayarin paket salon kamu asal hari ini pacar kamu temani saya.“ Tawarnya.

 

Agra tersentak karena ia ditawar bak seorang gigo*o yang sedang mencari mangsa.

 

Ia melihat Kanaya dengan tatapan tajam. Berharap Kanaya mengerti akan maksudnya.

 

Beruntung Kanaya tahu apa maksudnya.

 

“Yeee, dikira dia gigo*o buk. Kagak bisa.” Tolak Kanaya. Ibu itu langsung terlihat kecewa.

 

“Kalau mau foto sama cium pipinya.” Tawar Kanaya.

 

Agra membelalakkan matanya mendengar tawaran gila dari Kanaya.

 

“Gue beli ini salon juga bisa kalau lo mau bocah.” kesal Agra dengan nada sedikit berteriak.

 

Kanaya sampai sedikit terkejut karena teriakan Agra itu.

 

Niat hati Kanaya hanya becanda. Tetapi sepertinya becandanya kali ini sedikit kelewatan. Hingga membuat Agra sedikit marah. Kanaya tidak paham saja jika Agra sedng berada di posisi mood yang kurang baik.

 

Sedangkan perempuan tadi langsung beringsut mundur dan tak berniat dengan Agra lagi. Ia juga merasa takut dengan teriakan Agra barusan.

 

“Bang Kanaya Cuma bercanda bang. Jangan marah gitu.” ucap Kanaya mencoba membuat Agra tidak marah.

 

Agra memalingkan wajahnya karena dirinya saat ini benar-benar kesal.

 

“Canda Lo ngga lucu sama sekali.” Ujarnya dingin.

 

Ia segera berdiri, berjalan menuju kasir untuk membayar biaya perawatan Kanaya lalu meninggalkan gadis itu sendirian. Saat ini ia hanya ingin sendiri dulu.

 

“Lo pulang naik taksi! Sorry kerjaan gue banyak.” Ucap Agra sebelum meninggalkan Kanaya.

 

Kanaya sendiri, ia sungguh menyesal. Ia hanya ingin bercanda tapi justru berujung dengan hal seperti ini.

 

Kanaya menghela napas. Ia sendiri memilih untuk tidak jadi melanjutkan acara menyalonnya. Moodnya juga ikut hancur saat Agra marah padanya.

 

Dari salon Agra menuju ke rumah Enggar. Huh, mungkin di sana ia akan merasa lebih tenang.

 

Sesampainya di rumah Enggar, Agra langsung tiduran di kasur Enggar.

 

“Enggar!” teriak Agra kencang. Agra di dalam rumah terkejut mendengar teriakan yang memanggil namanya.

 

“Woy! Ini rumah bukan hutan.” Kesal Enggar. Ia merasa malu pada tetangga yang melihat aksi Agra barusan.

 

“Numpang tidur gue. Ntar siang sebelum jam 12 bangunin gue!” pesan Agra pada Enggar.

 

“Ck. Mentang-mentang bos seenaknya banget lo.” Jawab Enggar.

 

Ya, Enggar membantu Agra dalam merintis bisnisnya dari nol.

 

Agra tak peduli dengan hal itu. Ia nyelonong masuk dan langsung berjalan menuju kamar Enggar.

Terpopuler

Comments

ARSY ALFAZZA

ARSY ALFAZZA

jejak

2020-11-02

1

Naoki Miki

Naoki Miki

ijin promote ya thor🙏
Yuk mampir kekrya q 'Rasa yang tak lagi sama'🤗
tkn prfil q aja yaa jan lupa tingglkan jejakk😍
vielen danke😘

2020-10-31

1

Kim Reyaa

Kim Reyaa

rumit ini mah

2020-08-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!