Jahilnya Kanaya

 

Waktu terus berlalu, tidak terasa Agra sudah lulus dari bangku SMA.

 

Seusai lulus sekolah, Agra memutuskan untuk tidak langsung kuliah. Menunggu satu tahun dan masuk bareng dengan Ave. Rencananya.

 

Namanya juga manusia, bisanya berencana sedangkan keputusan takdir akhirnya berada di tangan Tuhan-Sang pemilik kehidupan. Begitupun jalan hidup Agra, rencana kuliah yang sudah ia susun terpaksa ia undur lagi karena ditahun kedua usaha investasinya dari uang tabungannya, Ave juga Adam sudah mulai merangkak naik. Sehingga ia memilih untuk fokus pada usaha itu, dan jika memungkinkan nanti ia akan kuliah di akhir pekan.

 

Pendidikan rela Agra nomor duakan demi mengejar keberhasilan usahanya itu. Memang risiko yang harus ia tanggung lebih besar. Ya, jika usaha itu langsung berhasil. Jika tidak? Ia harus memulainya lagi dari nol.

 

Memiliki background seorang pengusaha dari keluarga sang mama, Agra menuruni bakat tersebut. Meski usaha yang mereka rintis jelas sangat berbeda, namun nyatanya bakat yang Agra miliki menurun dari orang tua Arka. Ditambah juga suntikan dana dari keluarga, Agra bertekad bulat untuk menekuni usaha itu.

 

Dilain sisi, Agra telah menyadari perasaannya terhadap Kanaya, jelas saja mencoba untuk memperjuangkan perasan itu. Kanaya Eisya Putra, dia adalah anak dari ayah Azka dan ibu Dean.

 

Meskipun ia tahu, Kanaya sudah berpemilik dan dia justru mencintai Agam-sang kakak.

 

Tidur yang baru Agra mulai usai subuh tadi, terpaksa ia sudahi karena adanya gangguan dari gadis bernama Kanaya.  Padahal hari masih pagi, tapi Kanaya sudah sampai di rumah orang tuanya bahkan merusuh tidurnya.

 

Sikap Kanaya  sudah seperti sikap Afsheen pada Agra. Sangat akrab dan dekat. Sehingga tidak ada rasa canggung di antara mereka. Dan justru di sanalah yang menjadi akar permasalahan, Kanaya menganggap Agra hanya sebatas seorang adik kepada kakaknya. Tidak lebih.

 

Maka dari itu, di rumah itupun Kanaya sudah sangat bebas layaknya pemilik rumah. Toh, baik Arka ataupun Althaf juga sudah menganggap Kanaya seperti anak mereka sendiri. Sama seperti halnya Kirana.

 

Tok

Tok

Tok

 

Suara pintu diketuk dengan sangat keras menyapa gendang telinga Agra. Namun Agra memilih untuk tidak menghiraukan suara itu. Ia memilih untuk menutup telinganya menggunakan bantal yang ada.

 

Di luar kamar, Kanaya kesal bukan main. Panggilannya tidak juga dihiraukan oleh pemilik kamar.

 

Meskipun sudah terbiasa dengan rumah tersebut, Kanaya juga masih tetap menghargai privacy pemilik rumah. Namun kali ini sepertinya Kanaya terpaksa membuka kamar itu meskipun Agra belum membukakan pintu.

 

“Masuk aja Kay!” ucap Arka yang kebetulan sudah terbangun dan tadi sedang sibuk di dapur. Saat mendengar suara ketukan pintu yang cukup keras, Arka paham jika Agra tidak segera membukakan pintu.

 

“Eh mama. Maaf ya ganggu.” Jawab Kanaya sambil tersenyum canggung.

 

“Sudah masuk saja!” Kanaya mengangguk. Ia langsung membuka pintu kamar itu dan melihat Agra sedang tertidur nyenyak dengan satu bantal menutupi telinganya.

 

“Bang Agra, bang! Bangun ihh!!!! Bang Agraaaaaa.” Teriaknya tepat di samping telinga Agra.

 

Mendapati teriakan itu, telinga Agra terasa berdenging. Agra bahkan sampai mengusap telinganya beberapa kali.

 

Ingin sekali rasanya Agra menenggelamkan bocah itu ke kali ataupun sumur, kalau ingat betapa usilnya dia kepada Agra. Padahal di depan Agam, Kanaya selalu berubah menjadi sosok lemah lembut. Tidak bar-bar seperti saat bersama Agra.

 

Kanaya merupakan anak tunggal, dibanding dengan keluarga Asen, Kanaya lebih akrab dengan keluarga ini. Jadi tidak heran jika ketika berada di rumah ini ia berani bersikap seperti itu.

 

“Apa sih Nay? Abang masih ngantuk. Baru merem subuh tadi.” Jawab Agra enggan membuka mata. Namun Kanaya tidak mengindahkan ucapan Agra itu, Agra sampai mendesah frustasi karena Kanaya yang tidak menyerah untuk membangunkannya.

 

 Mata Agra serasa terkena lem, sangat sulit bisa dibuka.

 

“Hah.” Kesl Agra. Namun ia juga tak kunjung membuka matanya.

 

“Ceh. Kanaya ke kamar kak Agam saja.” Ucapnya seraya beranjak menjauh dari tempat tidur Agra.

 

Seketika kantuk Agra hilang, matanya terbuka lebar. Agra langsung terlonjak dan mencari Kanaya. Tetapi tak kunjung ia temukan keberadaan Kanaya.

 

“Shit. Cepet banget sih ngilangnya.” Kesal Agra.

 

“Makanya kalau disuruh bangun tuh ya buruan bangun!” Sahut seseorang yang sedang berdiri dan bersandar dibalik tembok.

 

Agra mendengus kesal, sangat kesal karena ulah gadis itu. Agra sekuat tenaga untuk tidak terbawa emosi karena sikap jahilnya.

 

“Ada apa? Hem?” tanya Agra lembut pada Kanaya setelah mampu menguasai rasa kesalnya.

 

“Temani Kanaya pergi yuk? ”Mohon Kanaya dengan disertai puppy eyes nya serta dengan nada manjanya. Tentu saja Agra tidak dapat menolak.

 

“Tapi jangan lama-lama ya? Rada siang Abang harus ketemu sama perusahaan baru di mana Abang bakal investasi uang abang yang memang belum seberapa ini. Tapi insya Allah prospeknya bagus. Doain biar usaha yang Abang rintis ini cepat maju!” jelas Agra.

 

"Kalau berhasil ntar perusahaannya bakal Abang selipin nama kamu." Ucap Agra bersungguh-sungguh lalu berjalan meninggalkan anak itu.

 

“Nama aku?” beonya. Agra yang belum terlalu jauh mengangguk sambil memperlihatkan jempolnya sebagai jawaban.

 

“Abang mau ke mana?” tanya Kanaya.

 

“Abang mandi dulu Naya. Asem.” Jawab Agra lagi. Kanaya hanya mengiyakan saja.

 

Kalau saja tidak cinta, Agra pasti sudah menyerah. Agra harus bertahan menjadi sosok yang selalu ada untuk gadis kecil ini padahal hatinya sendiri terluka. Jika memang tidak bisa menjadi tokoh penting, setidaknya ia bisa menjadi sosok kakak untuk gadisnya itu.

 

Setelah lebih dari 45 menit menunggu, akhirnya Agra dan Kanaya segera berangkat menuju tempat tujuan yang Kanaya inginkan.

 

Saat mendengar tempat tujuannya ingin sekali rasanya Agra memutar balik kemudi mobil dan merubah arah tujuan. Dalam hati ia menjerit k Bagaimana tidak, Kanaya mengajak Agra untuk ditemani ke salon.😤

 

Tentu kalian tahu bukan jika perempuan ke salon akan berapa lama? Lama banget. Sebab pengalaman yang sudah-sudah juga seperti itu.

 

Dengan langkah yang sangat terpaksa, Agra langkah mengikuti Kanaya dari belakang. Banyak pasang mata perempuan yang menatap Agra dengan sangat intens. Ini yang Agra benci. Agra memang baru lulus SMA, namun pesonanya tidak kalah dengan pria dewasa.

 

Agra sangat tidak nyaman dengan tatapan berlebihan dari para perempuan. Sedangkan perempuan yang satu ini, cih hanya menganggap dirinya sebagai kakak saja.

 

“Lo kenapa kagak ngajak si Ave sih?” tanya Agra. Ternyata Kanaya masih harus menunggu antrian. Situasi salon memang sedang ramai.

 

“Mana ada kak Ave mau diajak ke tempat ginian.” jawabnya santai.

 

“Bocah, lalu kenapa Lo ngajak gue?” tanya Agra lagi. “Ave aja yang cewek ogah, apalagi gue.” Kesal Agra lagi.

 

“Karena bang Agra pasti mau.” Jawabnya dengan tersengum tanpa dosa.

 

Ingin ku teriak ingin kumenangis tapi air mata...eh bentar kenapa Agra jadi nyanyi sih. Dangdut lagi.

 

Suasana salon yang ramai aku yakin pasti lama. Dan benar saja. Kanaya datang untuk mengatakan jika ia harus antre 3 orang lagi.

 

“Abang belom makan loh Nay. Bisa pingsan beneran ini kalau nungguin kamu.” Keluh Agra sedikit berlebihan. Namun apa yang Agra ucapkan benar adanya. Ditambah semalam ia tidak sempat makan malam. Membuat perutnya terasa lebih melilit.

 

Semalaman Agra begadang karena sedang membuat proposal untuk aku ajukan ke berapa perusahaan yang ada di ibukota.

 

“Abang makan di depan dulu kan aku antre juga. Lalu setelahnya balik ke sini lagi.” Jawabnya enteng sekali.

 

Enak sekali dia, mengatakan hal sedemikian dengan santai banget.

 

Dengan terpaksa Agra keluar salon dan berjalan menuju warung sederhana yang ada di depan salon itu.

 

Agra duduk sendirian di warung itu. Memilih meja yang paling pojok, ahar bisa duduk dengan tenang dan nyaman tentunya.

 

Pikirannya menerawang jauh ke Kanaya. Meratapi perasaan yang tidak kunjung terbalaskan.

 

Agra bingung dengan kisah rumit mereka. Agra yang mencintai Kanaya, Kanaya yang mencintai Agam, lalu Agam yang mencintai Kirana.

 

Ibarat benang, ruwet sajalah kata-kata yang tepat.

 

Agra tak benar-benar sarapan. Ia hanya memesan satu cangkir kopi capuccino dan satu buah roti bakar. Rasanya menikmati itu lebih tenang dibanding menikmati sepiring nasi.

 

Capuccino? Ya, Agra turut ikut menyukai kopi rasa itu setelah pernah sekali ia dipaksa Kanaya untuk mencoba kopi rasa itu.

Terpopuler

Comments

ARSY ALFAZZA

ARSY ALFAZZA

👍👍👍👍

2020-11-02

1

Nur Diana

Nur Diana

aku gak suka Agam Ama Kanaya dua duanya ngesrlin

2020-06-14

1

🌺Yendra🌺

🌺Yendra🌺

si kcewa ma agam yg make dua²nya..odhal dlu kanaya jg prnah bilang buat coba dlu buat mrka hubungan,napa jg si agam gk ambik kputusan yg bijak sbelum smua berlanjut, akhirnya kann dua saudara jdinya trpisah

2020-06-14

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!