Mars pun segera membaca isi dari surat tersebut.
Beberapa saat kemudian Mars mengeriyitkan dahinya "Perjanjian Pernikahan?" Tanya Mars sembari menatap selembar kertas. Ia berhenti membaca saat sampai judulnya.
Vio mengangguk"Sangat tepat!"
Kemudian Mars mulai membacanya satu persatu poin-poinnya. Sedikit terkejut tapi ia tetap membacanya hingga akhir. Mars sedikit bingung, memang ada perjanjian pernikahan seperti itu? Itu artinya pernikahan ini hanya untuk main-main saja.
"Bagaimana? Ayolah, jangan membuang waktu, cepat tanda tangani!" Ucap Vio yang sudah tidak sabar."Apakah karena tidak ada pena?" Vio pun mengeluarkan bollpen didalam tas nya dan meletakkan nya didepan bocah ingusan itu.
Mars hanya menatap saja, tidak bergerak sama sekali.
Vio yang melihat itu pun dibuat kesal"Bocah ingusan! Kenapa bengong?!"
Mars segera tersadar, kemudian menatap wanita yang akan dijodohkan dengannya itu"Jadi, kita seperti melakukan pernikahan mainan?" Tanya Mars kemudian.
Vio mengarahkan bola matanya keatas, mencoba berfikir kira-kira kata apa yang cocok untuk pernikahan ini. Kemudian mengangguk "Kurang lebih seperti itu. Aku tau kamu menerima perjodohan ini pasti juga terpaksa kan? Ya..kalau tidak patah hati pasti karna jomblo. Sedangkan aku? Aku menerima karna paksaan dari Papa. Padahal sudah jelas-jelas anaknya memiliki pacar, tapi Papa tetap memaksa"
"Kalau dua-duanya gimana? Jomblo dan patah hati" Batin Mars yang tiba-tiba teringat kembali pada perempuan yang dia cintai dan kagumi itu."Jadi kamu punya pacar" Tanya Mars kemudian.
Dengan segera Vio angguki"Iya. Itulah kenapa aku menulis poin itu dinomor satu"
Mars kembali beralih pada secarik kertas berisikan perjanjian itu"Tidak boleh mencampuri urusan masing-masing"
"Ehem.." Sebelum menjelaskan, Vio berdehem terlebih dahulu. "Poin pertama artinya sama saja dengan aku ya aku, kamu ya kamu. Urusanku ya urusanku, urusanmu ya urusanmu. Ibaratkan kita tinggal satu rumah tapi enggak kenal" Jelas Vio kemudian.
"Dan Tante tidak berniat untuk memutuskan pacar Tante?"
Vio menatap heran lelaki didepannya"Kamu serius bertanya seperti itu denganku anak kecil?"
Mars hanya terdiam menunggu jawaban yang ia pertanyakan.
"Ya pasti aku enggak mungkin putusin Agra hanya karna cowok alias bocah ingusan kaya kamu! Tinggal menandatangani apa susahnya bagimu" kesal Vio karena belum juga diapa-apakan kertas itu.
"Jadi setelah menikah Tante ingin berselingkuh begitu?" Tanya Mars lagi.
Vio yang mendengarnya seketika tertawa hambar"Woi! Kalo ngomong dipikir dulu lah cil. Eh lupa kamu bocah-"
"Bisa tidak jangan selalu mengejekku dengan sebutan bocah ingusan?! Usiaku 24 tahun"
Vio menutup mulutnya. Pura-pura takut mendengar kemarahan dari bocah ingusan didepannya "Ups..marah? Lah, tapi emang kamu bocah ingusan kan? usiamu lebih muda dariku, jadi terima aja. Kita kembali ke topik utama, aku enggak salah denger nih setelah menikah selingkuh? btw hubungan aku sama Arga kan lebih duluan, jadi yang jadi perebut itu kamu"
"Aku bukan perebut! Kita sama-sama terpaksa!"
Vio memutar bola matanya malas"Iya iya, heem..intinya aku enggak selingkuh! Sudah cepat tandatangani"
"Sebentar.."
Vio mengepalkan kedua tangannya. Sangat menyebalkan baginya bocah ingusan didepannya.
"Lalu poin ke 2 dilarang berhubungan SI. Apa itu SI?" Mars memang benar-benar tidak paham dengan singkatan seperti itu, ia hanya tau SI adalah seluruh Indonesia.
"Hubungan Suami dan istri. Jangan sekali-kali kamu meminta itu padaku, ingat! Kita hanya sama-sama terpaksa. Aku tidak mau melakukannya jika bukan karena cinta!" Kecamnya pada Mars.
Mars hanya mampu menghela nafasnya. Kenapa ia merasa tante-tante alias calon istrinya ini sangat bersikap anak-anak. takut sekali jika dia akan menyentuhnya. Padahal niatan untuk berfikir seperti itu sjaa tidak. Niatnya menerima perjodohan ini ya karena dia patah hati!.
Poin ke tiga adalah Dilarang tidur satu ranjang bersama. Kecuali jika dalam keadaan gawat darurat saja.
Dengan sedikit ragu Mars pun meraih bollpen yang ada dimeja. Sebenarnya ia agak sedikit keberatan tentang perjanjian yang harus mengurusi hidup masing-masing. setahunya pernikahan bukanlah untuk main-main, apalagi saat sudah mengucapkan ijab qobul maka disitulah tanggung jawab seorang laki-laki dimulai. Menjaga dan mencintai sepenuh hati istrinya. Tapi, ia juga bingung karena pernikahan ini kan atas dasar sama - sama terpaksa dan tidak saling mencintai.
"Aku boleh menawar?" Tanya Mars kemudian setelah dipikir-pikir lagi. Menjadi seorang laki-laki harus lebih pintar dari perempuan, terlebih pemimpin dalam segala hal, termasuk imam dalam menjalani rumah tangga.
Vio mendengus kesal"Apalagi sih!"
"Kamu kan sudah buat 3 poin. Aku ingin menambahkan 1 poin lagi" Ucap Mars kemudian.
Karena sudah sangat kesal dan tidak sabar agar calon suami tidak diinginkannya itu menandatangani akhirnya Vio pun menyetujuinya"Ya sudah, hanya 1 poin" Ucapnya kemudian.
"Oke" Mars kemudian akan menuliskan sesuatu untuk poin ke empatnya.
"Jangan yang aneh-aneh!" Ancam Vio yang merasa ekspresi wajah bocah itu sangat mencurigakan.
Mars tidak menjawabnya. Dia kini segera menuliskannya lalu menandatangi surat perjanjian itu "Selesai"
"Coba kulihat" Vio kemudian mengambil kertas perjanjian itu dan akan membacanya.
Namun mata Vio beralih pada seseorang yang akan datang kemari, dengan segera Vio melipat surat perjanjian itu menjadi kecil dan memberinya pada bocah ingusan"Kamu saja yang simpan" Ucap Vio dengan sedikit mengecilkan suaranya.
"Tante sudah membacanya?"
Vio menggeleng"Belum, tapi aku yakin itu hanyalah perjanjian konyol yang ditulis oleh bocah ingusan sepertimu!"
"Yakin Tan tidak mau membacanya dulu?" Tanya Mars lagi untuk meyakinkan bahwa perjanjian pernikahan itu telah disepakati bersama.
"Iya," Jawabnya singkat.
Mimin kasih foto suratnya Perjanjiannya ok!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments