Episode 2: Kesedihan Vio

"Pa.." Panggil Vio dengan khawatir saat wajah Papanya itu seperti menahan rasa sakit dibagiin dada.

Haris berdiri dari kursinya dengan tangan satunya yang memegang punggung kursi untuk membantunya berdiri "Papa tidak menyangka kamu berbicara dengan nada tinggi Vio. Baiklah kalau kamu maunya seperti itu, Papa akan batalkan perjodohannya, Papa enggak akan mengatur kamu lagi Vi, Maafkan Papa" Dengan tangan yang masih memegangi dadanya, Haris segera berbalik dan berjalan dengan perlahan menuju arah tangga.

Vio mengepalkan tangannya kuat, menahan semua rasa yang ada. Ia merasa sangat berdosa tadi telah membentak Papanya dengan lancang. Sekarang apa yang harus dirinya lakukan? Menuruti kemauan Papa atau menjadi anak yang durhaka untuk kali ini saja.

Kenapa nasibnya begini? Mama kenapa pergi meninggalkan Vio sendirian Ma? Seandainya Mama ada disini, Vio yakin Mama pasti bisa bujuk Papa agar jangan lanjutkan perjodohan ini tanpa Vio harus kasar.

Ia menatap Papanya yang mulai menjauh. Sebelum mengucapkan kata kembali, Vio lebih dulu menarik nafasnya dalam-dalam "Oke, Vio terima perjodohan itu"

Satu kata itu mampu membuat seorang Haris berhenti, ia membalikkan badannya dengan tangan yang masih memegangi dadanya.

"Papa puas kan?" Lalu Vio pun segera pergi meninggalkan meja makan menuju arah tangga dengan setengah berlari. Melewati sang Papa dengan wajah yang menahan air matanya. Selalu dan selalu diatur dan dikekang oleh Papa.

Setelah melewati Papa nya barulah Vio berlari menaiki tangga dengan air mata yang terurai membasahi wajah cantiknya.

Brak!

Ia menutup pintu kamarnya dengan keras, meluapkan semua kepedihan serta emosi dalam dirinya. Melawan salah, tidak melawan dirinya yang akan tersiksa. Mengalah dan selalu mengalah dengan segala aturan yang dibuat Papa.

"Hiks...hiks...hiks..kenapa aku selalu diatur" Vio menyenderkan tubuhnya dipintu dengan perlahan mulai jatuh kelantai. Ia kemudian memeluk lututnya sendiri, menenggelamkan wajahnya diantara pahanya."Aku benci dikekang! Hiks.."

Malam ini hanya menangis yang bisa Vio lakukan, menerima dengan lapang dada akan dijodohkan dengan laki-laki yang tidak ia kenal.

Drttt!

Drttt!

Drttt!

Vio menghapus air matanya dulu sebelum ia merongoh ponsel yang ada didalam jaket Levis nya. Ia membaca siapa peneleponnya "Arga" Gumam Vio. Ia bimbang antara mau mengangkat atau tidak teleponnya.

Selang beberapa menit, sudah lebih dari 10 kali pacarnya itu menelepon, akhirnya Vio pun mengangkatnya "Iya Ga?"

📱"Vi, kamu kok belum dateng? Balapan udah mau mulai" Ucap Arga diseberang telepon dengan melihat kanan kiri, berharap Vio sang kekasih yang sudah 8 bulan dipacarinya sudah datang ketempat dirinya akan melakukan balapan liar.

Vio menggigit bibirnya, sebelum menjawab ia lebih dulu menetralkan hatinya agar tenang dan Arga tidak curiga bahwa dirinya habis menangis.

📱"Vi, kamu denger aku kan?" Tanya Arga dengan sedikit mengeraskan suaranya karena ramai.

"Ee..Maaf Ga, kayaknya aku kali ini enggak bisa temenin kamu balapan. Papa larang aku karena ada acara keluarga"

📱"Ya udah Vi, aku cuman bisa berdoa yang terbaik. Aku matiin ya, 2 menit lagi balapan mulai, semoga kamu baik-baik ya.."

Vio mengangguk"Maaf ya Agra, semoga kamu juga baik-baik. Aku doain semoga menang balapannya biar kamu bisa bantu temen kamu yang butuh biaya itu"

📱"Amin, makasih Vi. Aku matiin, love you girlfriend"

"Too boyfriend" Jawab Vio.

Setelah panggilan itu mati, Vio meletakkan ponselnya dilantai, ia kembali menangis sejadi-jadinya malam itu.

"Kalo aku nikah, gimana sama kamu Arga...Aku cinta sama kamu, aku cuman pengen nikahnya sama kamu Ga..." Vio menarik rambutnya frustasi.

"Kalo itu cowok jahat gimana Ga?" Vio kini semakin menangis sejadi-jadinya. Harus bagaimana sekarang? Dia cinta pada pacarnya Arga, tapi tidak bisa menetang kemauan sang Papa, orang paling berkuasa atas hidupnya.

Hingga kini waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam. Vio yang sudah sangat lelah menangis pun perlahan mulai memejamkan matanya, ia tidur dalam keadaan yang tidak baik-baik saja. Pipi yang masih basah oleh air mata, tidur dengan posisi duduk bersandar pada pintu dan wajahnya ia letakkan diatas lutut yang ia tekuk.

Episodes
1 Episode 1: Menerima Perjodohan
2 Episode 2: Kesedihan Vio
3 Episode 3: Penampilan Sederhana
4 Episode 4: Berbeda Usia
5 Episode 5: Perjanjian Pernikahan
6 Episode 6: Makam Mama
7 Episode 7: Ke Butik
8 Episode 8: Arga Canduku
9 Episode 9: Kamu Ingkar Janji!
10 Episode 10: Pernikahan Tak Diinginkan
11 Episode 11: Tutup Mata!
12 Episode 12: Hampir Terenggut
13 Episode 13: Mengubah Pikiran
14 Episode 14: Aku Yang Pertama
15 Episode 15: Dosa Besar
16 Episode 16: Kejahilan Mars
17 Episode 17: Nasehat Papa
18 Episode 18: Pilihan Yang tepat
19 Episode 19: Mie Instan
20 Episode 20: Memberi Kesempatan
21 Episode 21: Mengiklaskan
22 Episode 22: Berkumpul
23 Episode 23: Kenapa hatiku berubah?
24 Episode 24: Mencari mu
25 Episode 25: Ayam Bakar
26 Episode 26: Dimana Mars?
27 Episode 27: Rasa Bersalah
28 Episode 28: Seperti ibu dan anak
29 Episode 29: Bayi Berondong
30 Episode 30: Lima Sendok Garam
31 Episode 31: Permintaan Mars
32 Episode 32: Ke luar kota
33 Episode 33: Amarah Mars (Part 1)
34 Episode 34: Amarah Mars (Part 2)
35 Episode 35: Tidak Vir gin
36 Episode 36: Ucapan Perceraian
37 Episode 37: Vio sendirian Pa...
38 Episode 38: Suporter Vio
39 Episode 39: Penolakan
40 Episode 40: Surat panggilan terakhir
41 Episode 41: Bernostalgia pada Mars
42 Episode 42: Pingsan
43 Episode 43: Hamil dan Tidak percaya
44 Episode 44: Tertidur
45 Episode 45: Pulangin aku!
46 Episode 46: Paling egois
47 Episode 47: Dejavu
48 Episode 48: Memilih cinta atau ego?
49 Episode 49: Flashback kesalahpahaman
50 Episode 50: Mau mulai dari awal?
51 Episode 51: Terharu
52 Episode 52: Blokir
53 Episode 53. Percaya [Tamat]
Episodes

Updated 53 Episodes

1
Episode 1: Menerima Perjodohan
2
Episode 2: Kesedihan Vio
3
Episode 3: Penampilan Sederhana
4
Episode 4: Berbeda Usia
5
Episode 5: Perjanjian Pernikahan
6
Episode 6: Makam Mama
7
Episode 7: Ke Butik
8
Episode 8: Arga Canduku
9
Episode 9: Kamu Ingkar Janji!
10
Episode 10: Pernikahan Tak Diinginkan
11
Episode 11: Tutup Mata!
12
Episode 12: Hampir Terenggut
13
Episode 13: Mengubah Pikiran
14
Episode 14: Aku Yang Pertama
15
Episode 15: Dosa Besar
16
Episode 16: Kejahilan Mars
17
Episode 17: Nasehat Papa
18
Episode 18: Pilihan Yang tepat
19
Episode 19: Mie Instan
20
Episode 20: Memberi Kesempatan
21
Episode 21: Mengiklaskan
22
Episode 22: Berkumpul
23
Episode 23: Kenapa hatiku berubah?
24
Episode 24: Mencari mu
25
Episode 25: Ayam Bakar
26
Episode 26: Dimana Mars?
27
Episode 27: Rasa Bersalah
28
Episode 28: Seperti ibu dan anak
29
Episode 29: Bayi Berondong
30
Episode 30: Lima Sendok Garam
31
Episode 31: Permintaan Mars
32
Episode 32: Ke luar kota
33
Episode 33: Amarah Mars (Part 1)
34
Episode 34: Amarah Mars (Part 2)
35
Episode 35: Tidak Vir gin
36
Episode 36: Ucapan Perceraian
37
Episode 37: Vio sendirian Pa...
38
Episode 38: Suporter Vio
39
Episode 39: Penolakan
40
Episode 40: Surat panggilan terakhir
41
Episode 41: Bernostalgia pada Mars
42
Episode 42: Pingsan
43
Episode 43: Hamil dan Tidak percaya
44
Episode 44: Tertidur
45
Episode 45: Pulangin aku!
46
Episode 46: Paling egois
47
Episode 47: Dejavu
48
Episode 48: Memilih cinta atau ego?
49
Episode 49: Flashback kesalahpahaman
50
Episode 50: Mau mulai dari awal?
51
Episode 51: Terharu
52
Episode 52: Blokir
53
Episode 53. Percaya [Tamat]

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!