Relationship

Seburuk apa pun pernikahan. Tetap menjadi tempat yang paling nyaman untuk anak. Mungkin kedua orang tua sudah saling tidak tahan dengan sikap dan ego masing-masing.

Tapi tidak demikian dengan anak. Memiliki kedua orang tua. Seburuk apa pun hubungan di antara mereka berdua. Untuk sebagian anak hal itu masih lebih baik daripada kehilangan keduanya karena perceraian.

Walaupun ada juga sebagian anak yang tidak tahan. Justru meminta kedua orang tuanya untuk bercerai.

Reyhan termasuk yang tidak pernah bermimpi atau menginginkan kedua orang tuanya bercerai. Walaupun hubungan keduanya buruk dan kerap menelantarkannya karena kesibukan mereka berdua.

Setiap hari seorang diri bersama pengasuhnya. Bermain dan mengobrol dengan pengasuhnya.

Sesekali suasana rumahnya diwarnai pertengkaran kedua orang tuanya ketika mereka bertemu.

Mereka tidak langsung bertengkar. Tetapi selalu ada saja yang memicu pertengkaran mereka berdua.

Di satu pagi yang cerah. Matahari bersinar dengan indahnya. Hari yang sempurna. Karena kedua orang tuanya sedang berada di rumah.

Ruang keluarga dipenuhi hadiah dari kedua orang tuanya. Yang baru saja kembali dari luar negeri.

Ayahnya memberikannya beragam hadiah dengan kertas kado bergambar spiderman, batman dan superman kesukaannya.

Ibunya memberikannya aneka hadiah dengan kertas kado berwarna biru lengkap dengan pitanya bergambar mobil dan pesawat.

Berjalan beringsut dari kamar tidurnya. Mengenakan piyamanya. Matanya terbelalak memandang hadiah-hadiah tersebut.

Berjalan mendekati hadiah-hadiah tersebut. Berniat membukanya satu-per satu ketika suara ibunya menegurnya.

“Mandi dulu sana.”

“Aku mandi setelah membuka semua hadiah ini. Boleh kan mom?”

“Sebaiknya kau mandi dulu bagaimana?”

“Tapi aku ingin membuka dan melihatnya dulu. Setelah itu mandi.”

“Mommy bilang....”

“Biarkan saja dia membuka dan melihat hadiahnya kenapa sih? Kau suka merusak kesenangan orang.”

Wajah ibunya merah padam menahan kesal.

“Membiasakannya disiplin kan tidak salah.”

“Salah sih tidak. Tapi kau sendiri seperti hantu. Tiba-tiba ada. Dan tiba-tiba hilang.” Ayahnya tertawa.

“Tidak lucu! Kau sendiri seperti itu.”

“Prioritasku mencari nafkah untuk keluarga ini. Sedangkan kau kan berbeda.”

“Diskriminasi.”

“Seandainya kau mengajarinya setiap hari mungkin tidak jadi persoalan. Reyhan akan terbiasa seperti yang kau inginkan. Walaupun semakin besar dan dewasa. Kau juga jangan selalu berharap anakmu selalu menurutimu.”

“Aku menjalankan tanggung jawabku di sela kesibukanku.”

“Disitu masalahnya. Kalau kau tidak bisa mendampinginya. Maka kau tidak bisa seenaknya mengatur-ngatur. Akan membuatnya bingung. Jika dia sudah terbiasa. Bangun tidur keluar kamar dan melakukan berbagai hal terlebih dahulu dan baru mandi. Tiba-tiba saja kau memintanya bangun tidur langsung mandi. Dia akan menjadi bingung dan mungkin bisa stress lama-lama melihatmu.”

“Kau ingin membebani semua padaku.”

“Siapa yang mengatakan seperti itu?”

“Sikapmu bukan perkataanmu.”

“Aku hanya ingin kau lebih memperhatikan Reyhan dan memahaminya. Jangan hanya sibuk dengan usahamu saja. Kau melakukan apa pun untuk usaha dan pekerjaanmu. Tetapi Reyhan? Harus mengemis perhatianmu.”

“Kau sangat egois. Ingin mengatur tetapi tidak ingin diatur.”

“Berbicara denganmu. Membuatku naik darah.”

“Kalau aku naik pitam setiap berbicara denganmu.”

“Mungkin sebaiknya kau memiliki wawasan tentang pengasuhan anak.”

“Bagaimana dengan kau sendiri?”

“Kau ibunya. Sebelum anak dewasa. Mereka diasuh oleh ibunya. Kau yang akan memegang peranan penting dalam pengasuhan anak.”

Mereka kembali cekcok mulut.

Ibunya tidak setuju dengan perkataan ayahnya. Menudingnya bersikap egois dan mau enak sendiri.

Ayahnya juga menuding ibunya. Dengan tudingan yang sama.

 “Kau yang egois!”

“Kau!”

Mereka akan bertengkar mengenai apa pun.

Pengasuhan anak. Pendidikan anak. Sekolah anak.  Dekorasi rumah. Kesibukan masing-masing bahkan pilihan berlibur juga menjadi perseteruan.

Banyak hal yang sulit dikompromikan. Bahkan sampai dengan selera dan karakter masing-masing juga menimbulkan perselisihan.

I said tomatoes, you said potatoes.

Perbedaan jika bisa memainkannya akan terdengar sangat indah seperti permainan piano. Ebony dan ivory tercipta untuk saling melengkapi bukan untuk saling mendahului satu sama lain.

Ibarat musik. Keduanya seperti suara piano yang tidak dimainkan dengan alunan nada yang harmonis. Sehingga tidak menimbulkan melodi yang membuat telinga yang seharusnya rindu akan kemerduan nya. Melainkan menimbulkan suara bising dan memekakkan telinga. Membuat siapa pun yang mendengarnya ingin menutup telinganya dengan kedua telapak tangannya. Kuat-kuat.

Ibunya berteriak. Ayahnya membentak. Mereka saling meneriaki satu sama lain. Wajah kesal menghiasi raut wajah keduanya.

Ibunya menangis. Ayahnya menatap marah. Reyhan merasa terjebak berada di antara keduanya. Dia tidak dapat memilih salah satu dari mereka.

Pengasuhnya akan membawanya menjauh. Menemaninya di kamar atau mereka akan bermain di halaman rumah.

Memeluknya erat dan mengusap kepalanya lembut, “Kau tenang saja. Semua akan baik-baik saja.”

Reyhan menganggukkan kepalanya.

Pengasuhnya akan menghiburnya. Membawanya ke toko terdekat membeli ice cream atau jajanan kesukaannya.

Sekembalinya ke rumah. Ayahnya memasuki mobilnya dan melarikan mobilnya dengan sangat kencang. Ibunya kembali menenggelamkan diri pada pekerjaannya.

Dia kembali menghabiskan waktu bersama pengasuhnya. Hari itu adalah hari ulang tahunnya. Seharusnya menjadi surprise dan ajang mereka berkumpul sekeluarga.

Entah penyebab pertengkaran kali ini. Lamat-lamat didengarnya suara ayahnya yang seperti tidak suka dengan keinginan ibunya untuk merayakan ulang tahunnya secara meriah.

“Aku ingin menghabiskan waktu hanya bersamamu dan Reyhan. Apakah permintaanku terlalu berlebihan.” Pinta ayahnya.

“Aku ingin merayakan ulang tahun Reyhan dengan meriah. Tidak sepi.”

“Kau yang tidak bisa menghidupkan suasana. Kapan lagi kau bisa meluangkan waktu untuk aku dan Reyhan.”

“Aku selalu berusaha meluangkan waktu untuk kalian berdua. Kau yang selalu sibuk dan tidak bisa diganggu. Atau tidak mau?” Ujar ibunya dengan suara melengking.

Mereka kembali bertengkar untuk yang ke sekian kalinya. Hari yang seharusnya menjadi hari istimewa dan spesial baginya. Berubah menjadi hari yang kelabu.

Hari ulang tahunnya berakhir mengenaskan. Tidak dirayakan meriah dan juga sekeluarga. Berakhir dengan pertengkaran sengit.

Keesokan harinya, keduanya saling mendiamkan satu sama lain. Suasana dingin di meja makan tidak mencairkan satu sama lain.

“Reyhan, tanya ayahmu kemana dia tadi malam?” Ujar ibunya.

“Dad! Kau kemana tadi malam?”

“Club malam. Kau tanya ibumu mengapa mengunci pintu kamarnya?”

“Mom, kenapa kau mengunci pintu kamarmu?”

“Aku sangat lelah sehabis menyelesaikan designku. Tidak mau tiba-tiba terganggu dengan suara gaduh.”

Basil menatap wajah istrinya dengan kesal. Istrinya membalasnya dengan wajah menantang.

“Bilang ibumu, kopinya terlalu pahit.”

“Bilang ayahmu, tambahkan gula sendiri.”

“Bilang ibumu, makanannya keasinan.”

“Bilang ayahmu, kemaren dia bilang kurang asin. Apa maunya?”

“Bilang ibumu, tolong dicicip kalau ingin menghidangkan makanan.”

“Bilang ayahmu kalau mengomentari jangan plinplan.”

“Bilang ibumu. Punya pendirian.”

“Bilang ayahmu jangan cuma bisanya komplain.”

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

... ...

Terpopuler

Comments

Aerik_chan

Aerik_chan

setidaknya bertahan demi anak

2023-07-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!