" Ayah, " lirih Brian.
Syifa pun menangisi kejadian ini, harus pasrah menikah dengan orang yang baru saja Ia kenal.
Bukan kenal tapi musuh.
Syifa memejamkan matanya, dan bernafas tak karuan.
" Nama ayah kamu siapa?" tanya Justin.
" Ahmad Nurul" jawab Syifa.
" Ibu kamu" lanjutnya.
" Rani" imbuh Syifa.
Mendengar nama Rani disebut. Justin menyipitkan matanya.
Namun Justin pikir nama Rani itu banyak.
Nama itu seperti tidak asing bagi Justin. karena dulu Justin berpacaran dengan perempuan yang bernama Rani.
" Jadi bagaimana Pak, bisa dilanjutkan atau nanti, " tanya Penghulu.
"Lanjut saja Pak, " Kali ini, bukan dari mulut Justin yang bicara, melainkan Syifa sendiri yang mengatakannya langsung.
Syifa pasrah tak bisa berkutik apa apa, sebab kedua orang tuanya saja tidak ada yang mau mengangkat telepon dari dirinya.
Biar lah menjadi kejutan untuk kedua orang tuanya.
Syifa menangis sambil memejamkan matanya, tak lupa Tania selalu berada disamping Syifa.
Dan terus memeluk sahabatnya.
Vino yang melihat mereka berdua, ikut merasakan kesedihan Syifa dan merasa bersalah pada Tania.
" Yang sabar ya Fa, " Tania menguatkan Syifa yang masih menangis.
Justin tak menghiraukan para pemuda pemudi, yang terpenting adalah Brian harus bertanggungjawab atas apa yang ia lakukan.
Apalagi adanya adegan ciuman di tempat umum.
" Bagaimana saksi, sah, " ujar Pak Penghulu.
" Sah" timpal Justin semangat.
Syifa dan Brian pun kini Sah menjadi suami istri dimata agama dan hukum.
Bukan nikah Siri, sebab Justin tidak menyukai pernikahan Siri.
Syifa pun terpaksa mencium punggung tangan Brian.
Begitu juga sebaliknya, Brian menciun kening Syifa yang masih menunduk.
" Gak usah menangis, loe gak usah pura-pura nangis" bisik Brian.
Setelah acara pernikahan paksa selesai, Brian dan Syifa keluar dari kantor.
Ayah Justin pun pulang meninggalkan Brian.
Justin merasa lega, anaknya sudah menikah yang artinya Brian akan punya tanggungjawab penuh untuk istrinya dan harus bisa menafkahinya.
Dengan cara, Brian harus mau mengelola Perusahaan Ayahnya.
" Akhirnya, Brian harus dipaksa menikah agar mau bekerja di Perusahaan, rencanaku berhasil tanpa harus mencari wanita yang ku jodohkan," bathin Justin tersenyum.
Justin masih berfikir tentang Rani, apakah Rani mantannya ataukah Rani yang lain.
" Brian, nanti kamu antar dulu pulang ke rumahnya untuk berkemas,kemudian kamu ajak dia tinggal di rumah kamu yang itu. " Perintah Justin.
Brian tak menjawabnya, bahkan mengabaikan ucapa Ayahnya.
Ayahnya hanya geleng-geleng melihat anaknya seperti itu.
Maklum jauh dari orang tua.
" Bu, boleh kah aku masuk kuliah lagi, masa baru satu jam masuk kuliah dapat musibah seperti ini, dan ini diluar ekspetasi " Syifa bersedih.
Justin masih mendengarkan, walaupun lagi berjalan menuju pulang.
" Kamu dan Brian boleh kuliah, udah punya anak aja masih banyak kok yang kuliah" terang Bu dosen.
" Selamat ya Bri, " Jon menyalami Brian ketika keluar dari kantor.
" Selamat bro, " timpal Bimbim.
Laras yang disamping Bimbim merasa sedih, dan patah hati.
Laras sudah tidak bisa mendekati Brian. Walaupun mereka menikah karena paksa akan tetapi mereka sudah menjadi pasangan suami istri yang Sah.
" huhuhuhuhu " Syifa menangis lagi dan lagi.
Tania menutup telinganya.
Suara Syifa mengalahkan seruling bambu.
" Mah, Pah, kenapa sih kalian tak ada yang angkat telepon Syifa, coba kalau kalian angkat mungki pernikahan ini batal, konyol banget, nikah sama cowok tengil dan arogan pula, huhuhu" Cinta menggoyang goyang kan bahu Tania.
Tania merasa jadi pelampiasan Syifa.
Vino pun menemani Tania, dimana Tania pergi disitu ada Vino.
Vino pun berisik mendengar tangisan Syifa, sehingga Vino menutup telinganya rapat.
" Berisik tau!! " teriak Brian di telinga Syifa.
Mendadak Syifa berhenti menangis, namun tetep air matanya deras.
Dan memukul mukul lengan Brian.
Brian masih sabar tak membalas.
Syifa ditarik Brian untuk masuk ke dalam mobilnya.
"Aduh" Syifa kesakitan.
" Pelan pelan dong, sakit tau!! " ketus Syifa.
"Elo, puas udah bikin gue malu, hah" Brian berteriak, di depan parkir mobil para mahasiswa.
Brian tak perduli, lagian mereka juga sudah tahu kalau pernikahan mereka dipaksa dan tanpa adanya rasa cinta.
" Emang aku tidak malu apa!! " Syifa pun tak kalah teriak.
Tania dan Vino berlari ke arah parkiran, dan mereka hanya melihat adegan pasangan suami
istri baru.
Dan Tania pun segera mendekati Syifa, untuk memenangkan dirinya.
Vino pun sama melakukan hal seperti Tania.
" Dikira kamu saja yang malu, dasar cowok tengillll !!!! " ledek Syifa.
Brian melotot, dan akan mendekati Syifa namun di cegah oleh Vino.
" Bagaimana ini, " tanya Tania pada Vino.
"Gue tidak tahu, " bingung Vino.
Di pintu gerbang kampus, ada dua bodyguard Ayahnya yang mendekati Brian dan Syifa.
Untuk menyuruh mereka pulang ke rumah.
" Maaf Den, dan Nona, harap ikut kami, " paksa bodyguard Ayahnya.
Brian dan Syifa saling pandang, mereka menolak tapi tangan mereka di tarik paksa.
"Kedua orang itu kasihan sekali ya, baru menikah udah bertengkar terus" cibir seseorang diseberang sana.
" Mereka kan menikah dipaksa, " timpal yang lainnya.
Brian hanya menatap sinis tak mau menanggapi ocehan mereka.
"Pak, kita mau di bawa kemana nih? " tanya Syifa penasaran, yang duduk di belakang bersama Brian.
Brian hanya duduk diam, dan fokus bermain game di ponsel yang satunya.
" Kita akan ke rumah Tuan Justin atau Ayahnya Den Brian, juga Nyonya ingin bertemu dengan anda Nona. " Terangnya.
" Ibu sudah tahu Pak? " tanya Brian.
" Iya, Den Brian, Nyonya diberitahu oleh Tuan," ujarnya.
Hati Syifa deg degan dan harus merangkai kata kata, supaya tidak salah bicara.
Brian hanya menatap sinis ke Syifa.
Syifa merengut kesal, dan membuang muka ke arah jendela mobil.
Hufft... Syifa membuang nafas kasar.
Masih tak percaya pernikahan di usia yang masih muda.
Tanpa ada rasa cinta dan pengenalan terlebih dahulu.
Ini namanya pernikahan dadakan yang tak terduga.
" Elo kok dari tadi tenang tenang saja sih, aku bingung nih, bantuin kek" gerutunya.
" Bantuin apa, gue juga ga terima sama pernikahan konyol kek gini, pernikahan model apaan coba!! " seru Brian.
Tiba di depan pintu gerbang rumah orang tua Brian. Syifa biasa saja, tak menatap kagum atau bagaimana.
Sebab rumah orang tua Syifa lebih daripada rumah orang tua Brian.
" Loh, dia kok tidak ternganga ya, padahal rumah kedua orang tua gue, keren begini, " heran Brian dalam hati.
Setidaknya setiap wanita yang mengetahui bahwa Brian adalah anak orang kaya.
Kebanyakan dari wanita-wanita yang datang ingin bertemu dengan Brian, akan takjub dengan rumah orang tuanya.
Tapi kok Syifa biasa aja ya, apa mungkin Syifa gengsi.
Brian tidak tahu saja, bahwa rumah Syifa lebih indah dari orang tuanya.
Karena Syifa sendiri memiliki rumah pribadi, yang diberikan oleh kedua orang tuanya.
Akan tetapi sayangnya tidk pernah di tempati, hanya sekedar untuk main bersama teman-temannya terutama Tania.
" Ini beneran rumah orang tua kamu" tanya Brian.
Brian pun menunggu momen pertanyaan ini.
" Sudah ku duga pasti Syifa akan bertanya hal ini" bathin Brian bicara, sambil tersenyum miring merasa puas.
" Iya, kenapa, kamu kagum kan dengan rumah kedua orang tua gue? " jawabnya bangga.
" Gak kok, siapa juga yang kagum, gue cuma tanya, disini gada tempat untuk mendaratnya Jet pribadi gitu? " sindir Syifa.
Brian melotot dengan pertanyaan Syifa.
" What!! "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments