3

"Aku.... "

Tiba tiba terdengar suara seseorang di sana.

" Syifa, loe ngapain disini, bukannya elo besok ya kesininya? " Tania bertanya padanya.

Syifa berfikir panjang sambil memejamkan matanya lama, sampe Brian pun tak sabar.

" Tidur, loe, merem mulu!! " Brian kesal pada Syifa.

" Huaaa hiks hiks" Syifa pun menjerit lagi.

Tania melotot tak percaya, kok seorang Syifa cengeng sih, perasaan Tania Syifa itu rewelnya minta ampun.

"Aduh, Tania jangan sampe buka mulut, kalau aku sebenarnya pandai bicara, bukan rewel atau pun bawel, ups... Bukannya itu sama aja ya hehe, " Syifa bicara sendiri dalam hati sambil terkekeh sendiri.

Brian langsung menatap Tania tak suka, dan kembali menatap Syifa yang masih menangis.

Vino pun ikut menyusul mereka ke toilet.

Vino terkejut melihat Tania dan disampingnya ada seorang perempuan memakai hijab.

Apa jangan jangan....

"Tania, ada apa ini? " tanya Vino, setengah mendekati Tania.

Syifa masih menundukkan kepalanya, dan masih terdengar isakan tangis buatannya sendiri.

" Ini loh, teman gue yang waktu itu gue bicarain tadi di kantin," jawab Tania, merangkul Syifa erat, karena Syifa sedang menangis.

Vino melihat ke arah Syifa yang masih menundukkan kepalanya.

"Bri, ada apa sih, kelihatannya elo marah banget sama temannya Tania, " imbuhnya.

" Gue, mau Cewek cengeng itu gantiin hand gue, yang dia jatuhin!!! " tunjuk Brian, dan memberikan handphone nya ke Vino.

Vino pun memegang handphone milik Brian.

Dan memang benar handphone Brian rusak parah.

Vino melirik ke arah Syifa, dan ada kecurigaan Vino terhadap Syifa, sebab muka nya berbeda dengan muka yang beneran menangis.

" Cewek itu drama banget sih" gunam Vino dalam hati.

JOn dan Bimbim berada di samping Brian, sedangkan Syifa bersama Tania dan Vino.

" Gue gak mau tau ya elo harus kembaliin handphone gue seperti semula, " Brian meletakkan handphonenya ke tangan Syifa tanpa malu.

Lalu Brian meninggalkan mereka semua.

Brian tak perduli, yang penting handphonenya jadi.

"Gak punya perasaan banget sih" gerutu Syifa dalam hati, ketika Brian memberikan handphonenya paksa di tangannya.

Syifa ingin marah namun pertemuan pertama harus terlihat alim dulu.

JOn dan Bimbim pun mengekor di belakang Brian, sesekali Jon melihat ke belakang.

Ternyata cewek itu cantik juga.

Brian sudah tak terlihat, kini Tania dan Vino masih menemani Syifa.

Yang kemungkinan tersesat tak tahu arah tempat tempat ruangan kelas yang Syifa tempati.

Syifa bernafas lega ketika Brian sudah tak ada di hadapannya.

Meskipun meninggalkan jejak handphonenya yang rusak dan minta di gantiin.

"Awal kejadiannya kek gimana sih Fa,? sampe elo nangis kejer begini" tanya Tania, ketika Syifa sudah tenang tidak terdengar suara isakannya.

Syifa terdiam melirik ke arah Vino, dan Vino balas meliriknya.

" Tadi tuh, aku lari lari depan toilet ini, dan tidak sengaja menabrak dia, aku tadi belum sempat kenalan ya, " Syifa menjelaskan.

" Tadi, cowok yang loe tabrak itu, namanya Brian, idola kampus tengil tuh Fa, " ujar Tania, dan tak merasa tak enak pada Vino sahabat Brian.

" Upsss, sorry Vin, gue keceplosan hehe" Tania menatap ke arah Vino, yang menatapnya tajam, karena sudah meledek temannya.

Syifa hanya manggut manggut, dan masih memikirkan caranya bagaimana memperbaiki ponselnya.

" Tan, gue bingung nih, mau memperbaiki handphonenya, secara aku belum tahu di mana konter yang bisa dipercaya " Syifa bertanya, dimana letak konter yang bagus.

"Vin, elo punya langganan konter gak,? " tanya Tania, menepuk bahu Vino.

"Punya, tapi deket sama rumahnya, Brian" bisik Vino di telinga Tania.

Tania pun mendelik, dan kembali menatap Syifa yang lagi bingung.

"Ada katanya Fa, " imbuhnya.

" Ya sudah, nanti anterin aku ya ke konter itu, " pinta Syifa pada Tania.

Syifa dan Tania, diajak Vino untuk pergi ke kantin sebelum masuk ke ruang kelas.

Padahal sudah jam masuk mata kuliah.

Namun beruntung dosen pembimbing tidak masuk.

Jadi, Vino mengajak Syifa dan Tania makan dulu di kantin.

"Kalian mau makan apa? " tanya Vino, pada Tania dan Syifa, yang baru saja duduk di meja kantin.

" Loe yang bayarin kan Vin? " tanya Tania, memastikan bahwa Vino yang mengajaknya, jadi dia yang harus membayarnya.

" Iya Tan, gue yang bayarin, loe tenang saja. " Ujarnya.

"Kesempatan banget nih" batin Tania.

Syifa masih dalam kepura-puraan bersedih tentang handphone milik Brian, karena ingin mengelabui orang terlebih dahulu.

" Elo, elo kenapa punya muka sedih begitu? " bisik Tania, yang heran dengan wajahnya.

Syifa tidak menjawabnya, hanya geleng-geleng kepala saja.

" Cepetan mau pesan apa!! " teriak Vino, yang masih menunggu jawaban dari Tania dan Syifa.

" Gak perlu teriak gitu, Vin, " kesal Tania.

" Mau pesan mie ayam baso, dan jus alpukat dan otak otak dan.... " Tania menggantung karena Vino memotongnya.

" Dan, dan, dan, dan bilaaaaaaaaaa ku jauhhh darimuuu " Vino kesal, sebab kebanyakan dan dan dan, seperti lagu second civil saja. Sehingga Vino pun bernyanyi asal saja.

Tania jadi sedikit kesal dengan lagu itu, sebab punya kenangan dengan lagu itu.

"Syifa, loe mau pesan apa, jangan kebanyakan dan ya Fa, kayak temen loe ini, " tanya Vino, dan menunjuk nunjuk ke Tania, yang selalu bilang dan dan dan.

Syifa sedikit tersenyum, mendengar ucapan Vino yang barusan menyindir Tania seperti itu.

" Mereka cocok banget" ucap Syifa dalam hati.

" Aku cuma mau baso saja, dan untuk minuman es jeruk manis ya" jawab Syifa kalem.

" Merdu banget sih, suara loe Fa, awas loh nanti Vino suka sama loe, Fa," Tania memperingati Syifa.

Vino yang mendengar itu, seakan-akan tertusuk jarum banget, Tania gak tahu apa kalau ia menyukai Tania dari awal bertemu.

Meskipun dirinya di bilang playboy atau apalah, tapi ia benar-benar menyukai Tania.

Bukan karena dia seksi atau cantik, tapi emang dari pandangan pertama kali Vino bertemu Tania pas Tania baru masuk kuliah.

Sejak bertemu dengan Tania, Vino pun jadi jarang untuk ikutan balapan, baik itu balapan liar ataupun resmi, dan jarang juga nongkrong basecamp.

Vino lebih suka teleponan dengan Tania di malam hari, dari pukul delapan malam hingga tengah malam.

Tania pun meladeni Vino, sebab mereka sama-sama jomblo.

" Tan, gue mau tanya sama loe, Syifa itu lulusan pondok ya? " bisik Vino di telinga Tania.

" Iya, gue juga sama, dulu pernah mondok" ujar Tania, memberi tahu bahwa dirinya pernah jadi anak Pesantren. Itupun hanya satu tahun saja, karena Tania tidak betah dan kabur.

Di Pesantren, Tania tidak memiliki teman, hanya Syifa lah yang mau berteman dengan dirinya.

Maka dari itu Tania sangat menyayangi Syifa.

Jadi...

Terpopuler

Comments

Arman Sobanna

Arman Sobanna

jadii apaaa

2023-04-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!