Berada di kamarnya malam itu. Fatimah yang baru saja selesai membaca ayat-ayat suci Alquran, dengan perasaan tenang ia menutup kitab suci itu dan kemudian menaruhnya di atas meja di samping tempat tidurnya.
Biasanya, Fatimah selalu biasakan diri sebelum tidur untuk membaca Al Qur'an setelah selesai sholat isya.
Fatimah menjadikan kebiasaan membaca ayat-ayat suci Al-Qur'an sebagai pengantar tidurnya.
Ia merasa tenang jika telah membaca ayat-ayat suci Alquran sebelum tidur.
Ketika Fatimah hendak membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur. Ingatannya kemudian kembali mengingat kejadian beberapa hari yang lalu tentang iring-iringan geng motor yang menghentikan langkahnya ketika ia hendak menyeberang.
Entah kenapa, ingatan Fatimah tertuju pada seorang pria yang memakai jaket kulit warna hitam. Yang saat itu berada di barisan paling depan sambil memberikan sebuah kode kepada rekan-rekannya untuk terus maju.
Fatimah pun juga tidak tahu. Kenapa pikirannya tiba tiba mengingat kejadian kemarin.
Bahkan di pikiran tak sengaja ingat pada sosok pria itu.
Pria yang tidak ia kenal sama sekali. Pikiran itu terlintas begitu saja.
"Astaghfirullahaladzim. Kenapa aku jadi memikirkan seseorang yang aku tidak tahu dia siapa." ucap Fatimah dalam hati.
Karena sebelumnya ia tidak pernah memikirkan hal hal semacam itu.
Karena bagi Fatimah, memikirkan pria yang tidak jelas seperti itu sudah merupakan hal yang tidak baik untuk ia ikuti. Apalagi pria itu bukan muhrimnya.
Menyadari pikirannya sedikit salah. Fatimah pun kemudian kembali beristighfar. Untuk menghilangkan pikiran-pikiran yang entah kenapa tiba-tiba bisa hadir di dalam benaknya.
🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁
Pagi itu sehabis shalat subuh, Fatimah mempunyai kebiasaan untuk membantu ibunya di dapur. Karena biasanya, selesai shalat subuh sang ibu sudah sibuk di dapur untuk memasak.
"Bun, biar aku saja yang menggoreng ikannya." ucap Fatimah yang kemudian mengambil alih spatula yang tadi dipegang oleh sang Bunda.
"Tumben, Bunda kok masak banyak. Biasanya Bunda tidak masak sebanyak ini?" tanya Fatimah pada sang Bunda. Ketika di penggorengan ia mendapati banyak ikan yang sedang digoreng.
"Hari ini kan hari Jumat sayang. Bukankah biasanya hari Jumat Ayah selalu membawa banyak makanan untuk disedekahkan ke beberapa orang-orang yang membutuhkan." ujar sang Bunda Zaenab kepada Fatimah.
"Astaghfirullah, Kok Fatimah jadi lupa begini. Fatimah lupa ini hari Jumat." ujar Fatimah.
"Sejak kapan kamu jadi pikun begini. Apa mungkin banyaknya tugas kuliah membuat kamu jadi banyak pikiran." canda Zaenab, kepada putri satu-satunya sangat ia sayangi.
"Tidak juga kok Bunda, basa saja. Akhir-akhir ini memang banyak tugas kuliah. Tapi alhamdulillah, Fatimah bisa mengatasi semuanya."
"Syukurlah, Bunda juga senang kamu bisa mengerjakan semua tugas-tugas kuliahmu dengan baik."
"Ayah ke mana Bun, tidak kelihatan di rumah "
"Ayahmu belum pulang dari masjid. Biasanya kalau hari Jumat, Ayah selalu mengisi khotbah di masjid setelah salat subuh." jawab Zaenab, yang nampak sibuk membereskan kotak box makanan yang akan ia gunakan.
"Bun, boleh tidak, Fatimah bertanya sama Bunda suatu hal?" tanya Fatimah tiba tiba.
"Mau tanya apa sayang. Tanya saja."
Fatimah nampak berfikir sejenak. Kemudian ia memberikan diri untuk bertanya. Tentang apa yang ingin ia tau dari kisah bersatu nya sang Bunda dan Ayahnya dulu.
"Bunda dulu bertemu di mana untuk pertama kalinya sama Ayah?" tanya Fatimah, ia penasaran dengan pertemuan pertama kedua orangtuanya.
"Wah ada apa ini, kok kamu tiba-tiba tanya masa lalu Ayah dan Bunda?" tanya Zaenab kepada sang putri. Karena itu sudah menyangkut tentang sebuah hubungan lawan jenis.
"Ya tidak ada apa-apa Bunda. Fatimah hanya ingin tahu saja. Pastikan Bunda sama Ayah dulu pernah melalui pertemuan pertama. Fatimah Hanya penasaran bagaimana pertemuan pertama Ayah dan Bunda dulu." ucap Fatimah, menjelaskan pertanyaannya kepada sang Bunda.
"Baiklah, karena kamu pengen tahu. Bunda akan kasih tahu kamu. Dulu Bunda sama Ayah itu bertemu di sebuah acara pernikahan kerabat Bunda. Dan kebetulan di acara pernikahan tersebut, ayahmu datang bersama rombongan pihak keluarga membawa seserahan. Dan saat yang sama, Bunda saat itu juga mewakili keluarga membawa seserahan. Itulah pertemuan Bunda dan Ayah dulu. Pertemuan itu adalah pertemuan interaksi pertama kalinya kami." jelas Zaenab.
"Lalu bagaimana akhirnya kalian bisa menikah Bunda?" tanya lagi Fatimah, masih dengan pertanyaannya yang penasaran.
"Jodoh sayang. Sudah jodoh dan sudah ditakdirkan sama Allah jika Bunda dan Ayah bersama."
"Iya Fatimah tahu itu, tapi yang jadi pertanyaan ku, bagaimana caranya Ayah dulu menikah dengan Bunda. Maksud ku, apakah kalian pacaran?" tanya lagi Fatimah, seperti mengintrogasi sang Bunda.
Zaenab pun kemudian terkekeh mendengar pertanyaan putrinya tersebut.
"Bunda sama Ayah tidak pacaran Fatimah. Saat itu entah ada jalan bagaimana dan ada caranya seperti apa. Ayahmu dulu tiba-tiba langsung datang ke rumah orang tua Bunda. Lalu dia melamar Bunda. Lalu kami menjalankan ta'aruf. Tidak lama kami menjalankan ta'aruf, kami menikah." jelas Zaenab lagi.
Fatimah yang mendengarkan itu pun hanya menganggukkan kepalanya tanda ia mengerti.
"Di dalam agama kita pacaran itu dilarang Fatimah. Kamu juga tau dan paham kan."
"Iya Bunda. Terima kasih sudah berbagi cerita tentang proses pernikahan Ayah dan Bunda dulu." Ucap Fatimah dengan senyum manisnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Rahma Inayah
lanjut
2023-05-02
2