"Papa itu otoriter! Bukan aturan ini namanya Pa, tapi pemaksaan kehendak. Sejak kecil hingga kuliah Papa selalu memaksakan kehendak Papa padaku. Lalu kini, pernikahan aku. Papa mau paksakan juga. Papa mau menjodohkan aku dengan anak rekan bisnis Papa demi menjulangkan usaha bisnis Papa sampai ke jomantara, kurang apalagi, Pa? Bisnis Papa sudah sangat menjulang, tapi kenapa Papa masih tidak puas? Dengan menjodohkan aku dengan anak teman Papa itu, sama saja menjual harga diriku," tandas Syahdan membalas ucapan Pak Syaidar telak.
Pak Syaidar melotot dengan balasan Syahdan barusan, dirinya memang ingin menjodohkan Syahdan dengan anak rekan bisnisnya. Hal itu bertujuan agar Syahdan lebih terarah hidupnya jika sudah menikah. Apalagi anak rekan bisnisnya itu memang ada hati pada Syahdan, akan tetapi Syahdan menolaknya. Dia tidak mau dijodohkan dan sama sekali tidak tertarik dengan anak rekan bisnisnya yang notebene seorang raja bisinis di kawasan Asia Tenggara.
"Kamu memang keras kepala, berbeda dengan Kakakmu Syailendra, dia selalu patuh dengan aturan Papa. Jika kamu masih tidak mau ikuti kemauan Papa, maka mulai detik ini, kamu angkat kaki dari rumah ini. Jangan pernah injakan kaki lagi di sini sebelum kamu berubah dan kembali pada jalan yang benar," tandas Pak Syaidar geram dan tidak ada ampun.
"Papa!"
Bu Syarimi menghampiri Pak Syaidar, menyadarkan emosinya. Pak Syaidar memang telah emosi, sehingga dia tidak terkendali dan akhirnya keluar kata-kata yang tidak semestinya, mengusir Syahdan dari rumah yang bak istana ini.
Syahdan mendongakkan wajahnya tidak gentar, ucapan Papanya bagi Syahdan sudah bisa ditebak. Pembangkangannya sudah diyakini akan berakhir pengusiran dan dia sudah tidak merasa terkejut. Sejak kecil dia sering diperlakukan berbeda hanya karena dia punya keinginan yang berbeda. Lain dengan Kakaknya, Syailendra, dia selalu patuh diibaratkan robot yang harus selalu mengikuti mau tuannya. Syailendra tidak pernah sekalipun membantah kemauan Papanya meskipun itu bertentangan dengan hatinya.
"Jalan yang benar menurut definisi Papa, kan? Otoriter? Kalau menurut Papa, Kak Syailen selalu patuh pada aturan Papa, kenapa tidak Kakak saja yang dipaksa menikah dan dijodohka dengan anak rekan bisnis Papa itu?"
"Syaira hanya menginginkanmu, bukan aku. Jadi bukan Papa tidak ingin menjodohkan aku dengan gadis itu, tapi gadis itu memang mencintaimu," potong Syailendra menjelaskan kenapa Papanya lebih memilih Syahdan untuk dijodohkan dengan anak rekan bisnis Papanya. Untuk sejenak Syahdan terdiam, dia terkejut dengan kenyataan bahwa Syaira mencintainya dan ingin dijodohkan dengan dirinya.
Akan tetapi Syahdan punya alasan lain kenapa Syaira memilih dirinya dan mau dijodohkan dengan dirinya, rupanya Syaira hanya menjadikan Syahdan sebagai ajang taruhan. Jika dia berhasil mendapatkan Syahdan, maka setengah harta dari Papanya Syaira akan jatuh ke tangannya. Begitu rumor yang sempat Syahdan dengar. Dan lebih jelasnya lagi Syahdan memang tidak menyukai gadis manja dan suka foya-foya itu, gaya hidupnya hedonis dan suka menghabiskan malam di klub bersama teman-temanya. Meskipun Syahdan urakan dan ketua geng motor, dia tidak tertarik dengan gadis yang sama urakan dengan dirinya, suka mabok-mabokan dan hanya baik di depan saja.
"Aku tidak mau, aku sudah tahu siapa Syaira. Dan jika Syaira memilih Kakak, aku juga tidak rela," tukas Syahdan penuh teka-teki.
"Apa maksudmu, Syah? Kamu menolak Syaira, tapi tidak rela jika Kakak dipilih olehnya, jangan buat kami bertanya-tanya, Syaira gadis baik-baik" sergah Syailendra penasaran. Syahdan tidak menjawab, dia segera beranjak dan menuju kamarnya yang berada di lantai atas. Syailendra mengikuti adiknya menuju kamar.
"Jangan biarkan adikmu membawa apa-apa dari rumah ini, cukup baju yang melekat di badannya. Keluarkan semua isi dompetmu beserta semua kartu ATM maupun kreditmu. Jika aturan di rumah ini tidak mau kau ikuti, maka kau boleh pergi tanpa membawa apa-apa dari istana ini," tandas Pak Syaidar tegas dan menyakitkan ulu hati. Namun, karena Syahdan sudah siap dengan semua ini, dia dengan santai membuka semua isi dompet dan menyerahkan semuanya di hadapan Pak Syaidar, kecuali KTP dan salah satu kartu ATM miliknya pribadi atas uang hasil balapan liar yang selalu dimenangkannya.
"Aku tidak akan mati tanpa ini semua. Ambillah Pa, ambilah semua ini untuk Kakak, karena hanya Kakak anak kesayangan Papa dan Mama," tandas Syahdan segera berbalik menuju pintu dan segera angkat kaki sesuai apa yang dikatakan Pak Syaidar.
"Syahdan," panggil Bu Syarimi nampak sedih. Bagaimanapun pembangkangnya anak bontotnya itu, dia tidak rela jika Syahdan pergi meninggalkan rumah ini.
"Biarkan dia pergi Ma, dia mau jadi gembel jalanan yang hanya akan diludahi masyarakat. Dia boleh menginjakan kaki di rumah ini jika dia berhasil membawa seseorang yang bisa merubahnya menjadi lebih baik. Tapi, jika tidak, maka rumah ini tertutup selamanya untuknya," tegas Pak Syaidar mencegah dan menahan tangan Bu Syarimi yang ingin mengejar Syahdan.
Syailendra mengejar adiknya. Sebenarnya dia sedih dengan keadaan ini, tapi dia tidak bisa apa-apa. "Syah, jangan pergi dengan pikiran yang sedang emosi. Coba pikirkan kembali ucapan Papa. Papa sayang sama kamu, itu semua demi kebaikan kamu," ucap Syailendra setelah berhasil menyamai langkah adiknya yang cepat.
"Semua sudah terlanjur Kak. Papa dan Mama tidak sayang aku, Papa hanya menyayangi kamu."
"Jangan sembarangan bicara, Syah. Aku hanya mematuhi semua keinginan Papa tanpa ingin membantahnya, aku bukan kesayangan Papa dan Mama. Tapi kalau kamu mau tahu, justru mereka lebih sayang padamu dan mengkhawatirkanmu. Pikirkan itu, Syah," tepis Syailendra menyangkal tudingan adiknya itu.
"Terserah, aku tidak peduli, sekarang aku mau pergi dan bebas dari aturan Papa yang otoriter. Selamat bersenang-senang dengan semua aturan Papa, Kakakku," tegas Syahdan di depan muka Syailendra seraya berlalu keluar gerbang yang sudah terbuka otomatis.
Kepergian Syahdan diratapi sedih oleh Bu Syarimi, bagaimanapun juga dia merasa sedih melihat anak bontotnya pergi hanya membawa baju di badannya. Syailendra pun menatap sendu, ada gurat sedih dan cemburu pada sosok adiknya yang pembangkang itu. Dirinya pun kadang terpikir untuk seperti apa yang Syahdan lakukan, menjadi pembangkang. Akan tetapi Syailendra sadar siapalah dirinya ini, hanya sebatas anak angkat yang diangkat dari salah satu saudara laki-laki Ibunya yang sudah meninggal.
"Tapi aku terlanjur menyayangi keluarga ini Syah, aku menyayangi Papa, Mama dan kamu, walaupun aku tidak terlahir dari rahim Mamamu. Itu alasan aku tidak berani sepertimu," batin Syailendra.
Syahdan keluar gerbang. Di depan gerbang dia sudah dijemput motor Repsol miliknya yang berkekuatan 1000 cc itu. Motor itu hadiah dari sang Om, adik laki-laki dari Papanya, yang menghadiahi Syahdan saat ulang tahun ke 24, satu tahun yang lalu. Itulah makanya Syahdan berani membawa motor itu tanpa rasa malu, karena ini bukan pemberian Papanya.
Syahdan menjalankan Repsolnya tidak tentu arah. Agenda balap liar yang tadi pagi sempat direncanakannya gagal sudah akibat dirinya hampir menabrak gadis berhijab segi empat itu, yang tadi sempat dia antar ke Rumah Sakit.
"Gadis itu, sialan. Dia penyebab semua ini," rutuknya menuding dan merasa diingatkan akan Syana yang tadi hampir ditabraknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Khaerunisa
jd puyeng nama ny sya smua
2023-10-11
2
Dwi Hartati
namanya kok pakai sya semua
2023-10-11
1
վմղíα | HV💕
KK yunia hadir lagi
2023-06-05
2