"Kekasih, maksud Kakak?" heran Syana menatap Syahdan untuk meminta jawaban.
"Sudah, tidak perlu banyak tanya. Yang penting aku sudah bertanggung jawab mengobati lukamu, sekarang istirahatlah. Siang nanti, akan ada orangku yang menjemputmu dan mengantarkanmu pulang. Kamu kasih tahu saja alamat lengkapmu, maka suruhanku akan mengantarmu ke alamat rumahmu dengan selamat," ucap Syahdan berdiri lalu beranjak.
"Kak, tapi saya tidak bisa lama di sini, saya harus bekerja. Kalau saya tidak ada kabar sama sekali pada Leader saya, maka saya akan kena SP," tahan Syana pada cowok berperawakan kekar itu. Syahdan menghentikan langkahnya dan memutar kembali tubuhnya lalu mendekati Syana. Dengan tatapan tajam, Syahdan berkata kesal.
"Itu urusanmu, salah siapa kamu menghalangi jalanku. Gara-gara kamu, acaraku hari ini hancur berantakan," tunjuknya di muka Syana. Syana terbelalak mendapat tatapan tajam dan ucapan galak dari cowok yang baru ditemuinya itu.
"Kenapa Kakak menyalahkan saya, saya sudah berjalan di posisi yang benar. Kakaknya saja yang kebut-kebutan di jalan umum, kalau mau road race bikin sendiri lintasan bukan di jalan umum," balas Syana membela diri dan balik menyerang Syahdan. Syahdan seketika membelalakan matanya, tidak diduga cewek tengil di hadapannya mampu membalasnya.
"Setidaknya Kakak bertanggung jawab, menyampaikan pada Leader saya, bahwa saya tidak bisa masuk kerja karena hampir ditabrak orang. Dan sekarang saya masih shock di RS. Kalau Kakak bersedia, Kakak tinggal datangi Leader saya di Syaidar Mall bagian spare part motor," jelas Syana tanpa rasa takut.
Sejenak Syahdan membulatkan mata, saat mendengar salah satu mall terbesar di kota ini disebut oleh perempuan berhijab segi empat di depannya ini, yang mana mall tersebut merupakan mall terbesar di kota ini milik Papanya.
"Apa? Syaidar Mall?" kejutnya tidak percaya. Syana secepat mungkin mengangguk sekaligus heran, sepertinya cowok muda di depannya ini seakan sudah tidak asing lagi dengan Syaidar Mall. Jelas dong Syaidar Mall tidak asing lagi bagi siapa saja, bukankah mall ini merupakan mall terbesar di kotanya? Belum lagi yang diluar kota, anak cabangnya masih tercecer di hampir 20 provinsi di Indonesia.
"Aku akan tanggung jawab, kamu tidak perlu risau. Jangan kemana-mana sebelum orang suruhanku datang menjemputmu," tukas Syahdan membalikkan badan dan segera beranjak dari ruangan rawat itu.
"Kak, Kak, tunggu!" teriak Syana yang tidak dihiraukan Syahdan. Syahdan terus melaju menuju parkiran, di sana dia sudah ada yang menjemput dengan sebuah mobil sport mewah keluaran baru.
"Ck!" Syana mendesah kesal dengan sikap tidak peduli cowok barusan yang belum dia tahu siapa namanya. "Ya ampun, bagaimana jadinya ini? Masa aku harus menunggu orang suruhan cowok menyebalkan tadi?" gerutu Syana kesal. Terpaksa Syana dengan berat hati menunggu kedatangan orang suruhan yang dikatakan cowok tadi dengan perasaan kesal.
**
Tiba di kediaman Syahdan. Rumah mewah bak istana menjulang di hadapannya. Mobil sport yang ditumpanginya langsung disambut dengan pintu gerbang yang terbuka secara otomatis. Saat memasuki gerbang, mobil Syahdan mendapat penghormatan dari beberapa penjaga.
Syahdan keluar dari mobil mewahnya dengan gaya yang sangat cool dan angkuh. Tiba di depan pintu seorang lelaki setengah abad lebih yang wajahnya sekilas mirip Syahdan menghalangi jalan Syahdan dengan merentangkan kedua tangannya.
"Berhenti di situ!" ujarnya keras. Syahdan berdiri terpaku, tepat dibatas rentangan tangan lelaki itu. Lelaki setengah abad lebih itu menatap tajam wajah Syahdan dengan marah. Syahdan sudah tidak aneh lagi dengan sikap lelaki di hadapannya ini. Syahdan membalas tatapan tajam itu tanpa takut. Di belakangnya seorang perempuan paruh baya berusia sekitar 48 tahun ikut menatap Syahdan. Berbeda dengan sikap lelaki setengah abad lebih itu, perempuan paruh baya ini menatap dengan tatapan yang tajam namun tidak segalak lelaki setengah abad lebih itu.
Keduanya bagi Syahdan bagai monster pengekang yang otoriter, selalu memaksakan kehendak dan kaku. Semua harta kekayaan ini sepertinya yang memberangkatkan watak kedua orang di hadapannya menjadi sangat otoriter baginya.
"Jangan injakan lagi kaki di istana ini, jika sikapmu masih urakan dan tidak mau mengikuti aturan orang tua, pergilah! Papa sudah tidak peduli kamu jadi gembel atau pengemis sekalipun. Kalau masih tidak mau mengikuti maunya Papa dan Mama, keluar dari rumah ini!" usirnya tegas dan keras menghantam gendang telinga Syahdan. Syahdan menatap kedua netra lelaki yang menyebut dirinya Papa itu, tajam. Sudah tidak ada lagi rasa takut.
"Aku sudah tidak sudi juga Pa, tinggal di istana yang bagiku neraka ini. Semua kehendak Papa dan Mama harus selalu aku turuti. Aku juga punya pilihan hidup yang sesuai pashion aku, bukan atas desakan Papa dan Mama. Sejak sekolah dulu, Papa selalu mengatur hidupku atas maunya Papa. Ok, aku turuti. Tapi sikap otoriter Papa rupanya berlanjut sampai aku berkuliah, aku tidak bisa memilih bangku perkuliahan sesuai kemampuan aku, tapi Papa selalu memaksakan kehendak Papa sehingga aku tidak sanggup lagi menerimanya. Maka jangan salahkan jika aku berubah seperti ini. Ini semua gara-gara Papa yang selalu memaksakan kehendak," jedanya mengatur nafas yang tersengal karena berkata-kata keras barusan di hadapan Papa dan Mamanya.
Pak Syaidar dan Bu Syarimi melotot mendengar pembelaan anak keduanya, Syahdan semakin brutal dan keras kepala serta melawan dengan kata-kata yang keras juga.
"Jujur saja aku merasa dikekang, ini itu diatur. Sampai jodoh pun kalian atur. Kapan aku bisa menentukan sikap Pa, jika Papa selalu memaksakan kehendak Papa padaku? Dan anehnya, Mama sebagai orang satu-satunya yang aku harapkan membelaku, sama sekali tidak pernah ada untukku, bahkan untuk sekedar menangis di bahunya saja, Mama tidak ada," lanjut Syahdan semakin berani.
"Syahdannn!"
"Plakkkk," tamparan keras seketika mengenai wajah tampan dan cool Syahdan sampai berubah memerah. Syahdan seketika meremas wajahnya yang terasa panas dan perih akibat tamparan itu.
"Papa!" jerit seorang lelaki muda mencegah kebrutalan yang lebih parah pada sang Papa. Lelaki muda yang dua tahun lebih tua dari Syahdan itu menghampiri Pak Syaidar dan meraih bahunya, mencoba menenangkan emosi yang memuncak pada sang Papa.
"Aku bukan tidak ada maksud dan tujuan mengatur hidupmu, aku hanya tidak ingin kehidupanmu berubah arah seperti ini jika keluar aturanku. Buktinya ini, seperti inilah yang mampu kau tunjukkan. Berubah arah tanpa tujuan hanya menjadi gembel jalanan menaruhkan nyawa dengan balapan liar dan menjadi ketua geng urakan yang tidak ada manfaatnya sama sekali. Kamu hanya akan jadi sampah masyarakat jika tidak ikuti aturanku," tandasnya dalam.
Rasa marah sepertinya sudah di atas ubun-ubunnya Pak Syaidar, sehingga dia tidak bisa mencegah ucapannya, yang biasa menyebut dirinya Papa, kini berubah menjadi aku. Itu tandanya kemarahannya pada Syahdan sudah begitu memuncak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Raisa Kalyna
duch nama ibunya kek merk mie legenda 😁😁😁
2023-08-24
2
Achi
Syahdan 👉Syaina👉 Menikah 👉 Punya Anak 👉Syakira & Syakir😁
👍👍👍🤭🤭
2023-05-17
2
nova vaw
nama2 nya keren dr SY smua
2023-05-14
2