Flora sudah selesai sholat sunnah fajar sebelum adzan subuh dirinya kini membaca lantunan surah Al-Qur'an seperti biasanya, suara merdunya mengusik tidur Shane yang mengira itu adalah sebuah kaset pemutar surah Al Qur'an yang ada di ponselnya, namun saat sadar ponselnya tidak ada, dia menajamkan pendengarannya.
Suara merdu itu berasal dari sebelah kamarnya, yang merupakan kamar dari Flora. Shane mulai mendengarkan suara tersebut dengan begitu kagum.
"Dia pasti mendapatkan sesuatu yang tidak aku dapatkan di dalam rumah, yaitu kasih sayang" monolog Shane seorang diri.
Pemuda itu tampak berpikir sejenak, tak berapa lama adzan subuh mulai berkumandang.
Flora dan kedua orang tuanya sudah siap untuk ke masjid terdekat. Ketiganya berjalan kaki dengan begitu santai, namun langkahnya terhenti saat tetangga dekatnya mendekat kearah mereka.
"Pak, Bu, kalian menampung berandalan yang sering buat onar di kampung kita ya?" tuding salah satu tetangga yang mulai bergibah.
"Maaf, Bu, Anda bicara apa? Kami bahkan tidak tahu apapun," terang wanita paruh baya yang merupakan Ibu Flora.
"Sudahlah, jangan banyak membantah. Saya melihat anak ibu ini," tunjuk Flora dengan nada kesal.
"Membawa lelaki lain kerumah Anda dalam keadaan mabuk," imbuh wanita paruh baya itu lagi.
"Maaf tapi tiduhan Anda itu tidak benar. Anak saya hanya menolong orang yang membutuhkan," bela Pak Rahmat pada putrinya.
"Apa buktinya, orang jelas-jelas itu orang kayak mabuk gitu waktu dipapah sama Flora," sergah wanita paruh baya yang satunya kepada keluarga gadis itu.
"Kita bicarakan nanti lagi, waktunya kita sholat lebih dulu," potong Pak Rahmat yang tidak ingin masalahnya semakin panjang.
Mereka semua segera melaksanakan sholat subuh berjamaah. Ketika selesai para ibu-ibu yang suka bergosip itu kembali mencecar keluarga Flora dengan banyak pertanyaan.
Flora hanya bisa menundukkan pandangannya, dirinya begitu sedih saat orang tuanya di desak para tetangga.
Sesampainya di rumah, keluarga kecil itu duduk di kursi, mengingat ucapan dari para tetangga kepadanya.
"Pak apa yang harus Rara lakukan jika ancaman mereka benar adanya," ujar gadis muda itu yang dunianya seakan berputar lebih cepat.
"Jika benar, ini adalah takdirmu, Nak. Jangan pernah menyalahakan keadaan apapun. Suatu kejadian yang meninpa kita adalah suratannya, dan itu adalah hal yang baik untukmu," terang pria paruh baya itu pada putriya.
"Tapi, Pak, Rara belum siap un.........."
Belum selesai Flora berucap, ketukan pintu yang tak ubah layaknya gedoran itu membuat semua orang menolehkan pandangannya ke luar pintu.
"Siapa yang kesini seperti tidak punya etika sama sekali?" tanya Pak Rahmat yang kini berjalan ke pintu untuk mengetahui tamunya.
Beberapa warga dan juga RT berkumpul di depan rumah Flora.
"Ini ada apa ya, Pak?" tanya ramah pria paruh baya itu pada pak RT.
"Apa benar, Nak Flora mengajak seorang laki-laki menginap dirumah Anda?" tanya pak RT dengan nada tegas.
"Iya, Pak, tapi tidak seperti tudingan banyak orang, putri saya hanya menolong tanpa ada niat lain," terang pria paruh baya itu pada tetangganya.
"Iyalah, anak sendiri bakalan dibela meskipun itu salah," celetuk pria parub baya yang tempo hari dimintai tolong Flora untuk membawa Shane ke klinik terdekat, namun pria paruh baya iti tidak mau sama sekali.
Ingin rasanya Flora memaki orang di depannya, namun dia urumgkan karena lawannya kakek tua.
Lalu seseorang berteriak dan mengalihkan atensi mereka dari Flora.
Pemuda yang dia tolong muncul dari balik tirai.
--> Author (Sudah mirip super deal saja tuh orang)
"Kalian tidak bisa semena-mena pada mereka, mereka bahkan berniat baik untuk membantu orang asing yang butuh pertolongan, dan kalian membantu apa? Tidak ada, yang kalian tahu hanya mengomentari hidup orang lain. Bahkan hidup kalian sendiri saja tidak benar-benar baik," sindir Shane dengan berani. Dia melindungi orang baik yang sudah menolognya yang bahkan bisa saja mati saat itu jika Flora tidak membantunya.
"Diam kamu orang asing, kamu tidak pantas berbicara pada kami dengan nada yang tinggi seperti itu," teriak salah satu warga yang belum mau kalah.
Shane tersenyum menyeriangai lalu mencibir. "Kalian apa sudah merasa suci dan juga benar, bagi gue kalian sama halnya dengan keadaan gue yang sekarang, sok suci tapi hatinya tidak ada bagus-bagusnya."
"Stop!" lerai Pak Rahmat yang kepalanya mulai berdenyut nyeri.
"Kalian itu sudah dewasa tapi sikapnya seperti anak-anak, apa yang akan terjdi pada Nak Shane adalah kesalahan kita semua. Apa karena tato yang bergambar tengkorak ikan teri itu membuat kalian menjauhinya," terka pria paruh baya yang kinu sudah tidak bisa lagi menahan perasaannya yang ingin dia keluarkan.
"Itu salah satunya," timpal warga lain yang ikut menjawab.
Pak Rahmat memanggil Shane, sementara Flora diberikan tugas dari bapaknya untuk mengambilkan air hangat, kapan dan juga baby oil.
Semua orang bingung dengan apa yang akan dilakukan oleh pria paruh baya yang termasuk berpengaruh di desa tersebut.
"Nak Shane duduklah di sini."
Shane hanya menurut, dia bahkan tidak ingin membantah perintah dari Pak Rahmat.
Flora datanf membawa nampan dengan beberapa alat yang tadi disebutkan oleh bapaknya.
"Mau apa dengan alat-alat seperti itu," celetuk salah satu warga yang tidak suka dengan keluarga Pak Rahmat.
"Mau sulap," lakar pria paruh baya itu pada tetangganya yang berkumpul di depan rumahnya.
Pak Rahmat awalnya mengoleskan aie hangat di kulit Shane, setelah itu memberikan tetesan baby oil pada kapas dan mengoleskan di kulit Shane. Noda hitam yang mereka kira adalah tato adalah spidol yang sengaja digambar dikulit pemuda itu.
"Lihat 'kan sekarang, dia itu bukan orang jahat yang kalian tuduhkan," terang Pak Rahmat pada semua warga.
"Kami masih tidak percaya, kalau mau dia tinggal di sini, dia harus menerima syarat dari kami," tantang salah satu warga yang masih bersikeras pada Pak Rahmat.
"Apa yang ingin kalia inginkan?" tegas Pak Rahmat akhirnya, dia berusaha untuk tetap tenang dan tidak terpancing pada warga sekitar.
"Agar desa kami terbebas dari kesialan karena pemuda itu, nikahkan saja dengan putrimu satu-satunya," tegas salah satu orang yang mencoba memprovokasi orang lain.
Semua orang tampak sependapat dengan yang dikatakan orang itu, dia merupakan lawan dari Pak Rahmat.
"Tapi kalian tidak bisa memutuskan hal itu seorang diri. Kami juga butuh waktu untuk berdiskusi," jelas pria paruh baya itu dengan wajah pias.
"Nikahkan mereka atau kami yang akan mengusir keduanya sekarang juga."
Tangan Flora tampak dingin, matanya mulai berair dan dia bersembunyi dibalik punggung bapaknya.
Saat genting seperti itu sesuatu terjadi begitu saja
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Nona RayLov
senyum2 pas baca 😂
2023-04-29
1
Nona RayLov
awwwww 😍 serius ini Shane ngomong begini?
2023-04-29
1