KELUAR DARI MANSION

Nathan kembali ke kediamannya dengan wajah yang lelah. Hari ini ia kembali menghabiskan waktu di kantor dengan dokumen yang bertumpuk. Itulah salah satu cara Nathan untuk menghilangkan pikirannya sebentar dari Jenia, selain menjauh dari keluarganya.

Ia membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur dan menatap ke langit-langit. Ia masih mengingat bagaimana tawa Jenia ketika bersama dengannya. Namun, di akhir-akhir masa hidupnya, Jenia memang terlihat berubah, ia lebih suka sendiri dalam melakukan hal apapun dan tidak pernah meminta bantuan pada Nathan, meski sekedar menemani.

Ponsel Nathan kembali berbunyi dan kali ini tertera nama Sam.

“Ada apa, Sam?” tanya Nathan.

“Sepertinya anda harus datang ke gudang senjata kita, Tuan. Ada seseorang yang ingin bermain-main dengan anda dan mengirimkan sebuah surat kaleng,” jawab Sam

“Di mana kamu temukan surat itu?”

“Di kamar tidur anda yang ada di dalam villa, Tuan. Pelayan biasa membersihkannya secara teratur dan menemukan sesuatu yang tidak biasa. Ia langsung memberitahukannya pada saya,” jelas Sam.

“Baiklah, aku akan segera ke sana.”

“Siap, Tuan. Aku akan segera menyiapkan kendaraan,” kata Sam.

Nathan langsung berganti pakaian. Ia meminta asisten pribadinya itu untuk menjemputnya dan menyiapkan helikopter untuk membawanya ke pegunungan, di mana villa-nya berada.

**

Elouise telah menukar pakaiannya. Ia mengambil sebuah T-shirt dan kemeja, kemudian menggunakan celana milik Robert yang sudah ia jahit agar sesuai dengan ukuran dirinya.

Sebuah tas ransel juga telah siap. Di dalamnya ia mengisi beberapa bahan makanan juga senjata. Mata Elouise melihat sebuah rompi anti peluru dan ia langsung mengambilnya. Ia kembali membuk kemejanya dan memakai rompi tersebut di bagian dalam.

Ia sudah memantapkan hatinya untuk keluar dari tempat itu, apapun yang terjadi. Jika memang ia harus mati, maka ia mati dengan perjuangan, demikianlah pikirnya.

“Hai Elouise!” sebuah suara kembali ia dengar dan televisi kembali memperlihatkan sosok pria dengan penutup wajah berbicara padanya.

“Apa kamu masih ingin bersembunyi? Atau kamu sudah mulai kelaparan? Lebih baik kamu mati secara terhormat seperti keluargamu, daripada mati karena kelaparan,” kata pria itu sambil tertawa terbahak-bahak.

Elouise mengepalkan tangannya saat melihat pria itu, apalagi mendengar apa yang ia ucapkan.

“Keluarlah, sayang. Kita akan menikah dan aku akan memberikan kehidupan yang indah padamu. Kamu akan tetap tinggal di mansion ini atau aku juga bisa membelikan mansion lain yang lebih bagus untukmu.”

Tak ingin mendengar bualan pria itu terlalu lama, Elouise mengambil ransel dan mengenakan sebuah sepatu kets yang sangat cocok dengan ukurannya. Awalnya ia sempat bingung mengapa kakaknya memiliki sepatu yang ukurannya sama dengannya.

Namun, ia selalu berpikiran positif. Ia menganggap mungkin Robert menyimpannya sebagai hadiah untuknya atau untuk wanita lain. Elouise menghela nafas pelan setelah memantapkan hatinya untuk segera keluar dari sana. Ia mematikan televisi yang memancarkan rekaman CCTV dan mulai berjalan ke arah pintu yang menuju ke jalan keluar.

Ia sudah mengisi baterai ponsel yang ada di ruangan itu hingga penuh. Tapi memang tak ada kontak siapa pun di dalamnya.

Elouise berjalan menyusuri lorong yang hanya ada satu-satunya di sana. Ia sedikit gugup, tapi ia tak ingin takut dan membuatnya mengurungkan niatnya untuk pergi.

Setelah berjalan kaki menyusuri lorong sekita 15 menit tanpa berhenti, Elouise sampai di ujung lorong. Ia melihat sebuah pintu tapi ia yakin bahwa pintu tersebut tertutup oleh tanah dan daun-daunan. Ia bisa melihat cahaya, tapi sangat sedikit.

Elouise mendekatkan telinganya pada pintu tersebut. Ia tak mendengar suara sama sekali. Lalu ia mengintip dari lubang jendela yang tidak tertutup dedaunan.

Ia tersenyum saat bisa melihat cahaya matahari. Ia merasa seakan telah bertahun-tahun terkurung di dalam gua dan kini akan mendapatkan kebebasannya. Hal itu semakin membuatnya bersemangat untuk segera keluar dari sana. Tidak masalah baginya untuk menanggalkan gelarnya sebagai puteri bangsawan, yang terpenting ia bisa segera pergi dari sana.

Setelah menunggu beberapa saat, Elouise membuka pintu tersebut. Agak sedikit berat karena tertimbun sedikit tanah dan daun-daun-an, tapi ia tak menyerah begitu saja. Ia mengerahkan segenap kekuatannya untuk membuka pintu tersebut.

Elouise akhirnya berhasil keluar dari sana. Namun, ia tak meninggalkan begitu saja pintu rahasia itu.

Kamu harus selalu menutupnya lagi dengan tanah dan daun-daun-an, El. Ingatlah, jalan dan ruang rahasia ini hanya milik kita. Jangan sampai ada yang mengetahuinya. - Elouise terkenang pesan kakaknya Robert. Ia pun melakukan hal itu, yakni menimpa pintu tersebut kembali dengan tanah dan daun-daun-an agar tetap tersembunyi.

Setelah selesai, ia memindai ke sekeliling. Ia mencoba mengingat jalan menuju jalan raya karena memang tak langsung terhubung langsung. Dengan perlahan Elouise melangkahkan kakinya. Ia bahkan takut menginjak ranting karena akan menimbulkan suara gemeretuk yang akan menarik perhatian.

“Kak, tunjukkan jalan padaku. Aku ingin segera keluar dari tempat ini,” gumam Elouise pelan.

Ia merasa senang sudah berada di luar, tapi kini ia selalu merasa ada mata yang memperhatikan dirinya, membuat dirinya takut.

Elouise mengeluarkan senjata pistol dan ia selalu memegangnya. Jadi bila ada suara atau orang jahat yang tiba-tiba menangkapnya, akan langsung ia tembak atau setidaknya ia ancam terlebih dahulu.

Setiap langkah yang dilakukan Elouise, tiba-tiba saja membuat air matanya berjatuhan. Ia kembali teringat saat-saat terakhir keluarganya, terutama kaka pertamanya. Ia bahkan masih sempat berbicara.

Kalau saja aku menarik Kak Robert ke ruang rahasia itu dengan cepat, pasti saat ini ia masih ada di sini dan aku tak akan sendirian. - batin Elouise yang sesekali mengusap buliran air yang jatuh di pipinya.

Ia ingin menjadi pribadi yang kuat, tapi jika teringat keluarganya, ia selalu akan mengeluarkan air mata.

Dorrr!!!

Terdengar sebuah tembakan dilepaskan. Hal itu membuat jantung Elouise berdegup kencang dan tanpa aba-aba lagi, ia langsung melangkahkan kakinya dengan cepat.

Aku harus cepat berlari, mereka pasti mengetahui bahwa aku sudah keluar dari mansion. - batin Elouise.

🌹🌹🌹

Terpopuler

Comments

Renireni Reni

Renireni Reni

kok ikutan tegang

2023-07-21

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!