Pergi Berburu

Blue menonton dari balik pohon, melihat betapa kerennya Joshua berburu kelinci. Ayahnya tidak ingin repot mengejar, lebih mudah memanah kelinci yang sedang makan. Ini juga salah satu cara agar Blue semakin termotivasi untuk belajar memanah dan melatih fokus.

Joshua berdiri dengan gagah, memposisikan dirinya begitu sempurna padahal hanya untuk memanah kelinci kecil. Ditutupnya satu mata untuk menajamkan pengelihatan lalu--anak panah Joshua melesat tepat ke tubuh kelinci hingga membuatnya mati di tempat. Semua yang Blue amati dari ayahnya akan menjadi pelajaran awalnya pagi ini. Setelah sarapan, dia akan kembali berlatih seperti biasa.

Joshua tersenyum bangga. Didekatinya kelinci tak berdaya itu lalu membawanya dengan satu tangan untuk ditunjukkan pada Blue. "Kamu lihat? Memanah bisa membuatmu mendapatkan hasil buruan tanpa banyak mengeluarkan tenaga." Joshua buru-buru melapisi hasil buruannya dengan kain agar darahnya tidak dilihat Blue. Bukan tontonan anak kecil.

Selanjutnya Joshua membawa anaknya pergi ke sungai untuk berburu ikan. Semalam Blue bilang jika dia ingin makan siang dengan ikan. Jadilah Joshua sekarang mencarikan ikan untuk anak manisnya agar bisa langsung diolah setelah rencana berlatih memanah bersama.

Joshua tidak berbohong saat dia akan berlatih memanah bersama Blue kemarin.

Joshua berdiri di atas sebuah batu besar, membidik seekor ikan setenang air. Sekarang targetnya lebih sulit karena ikan yang diinginkan Blue terus bergerak. Tapi seperti biasa, ayahnya tetap bisa mendapatkan targetnya dengan baik. Anak panahnya menembus tubuh ikan dan membuatnya mati seketika.

"Ayah keren," puji Blue tulus, "jika aku pandai memanah, apa aku yang harus pergi berburu?"

"Ayah tidak mengajari kamu memanah untuk berburu. Pelajaran memanah itu untuk dirimu sendiri, bukan untuk ayah." Joshua memasukkan ikan yang dia dapatkan ke sebuah wadah, di operkan pada Blue agar dirinya bisa turun dari bebatuan dan membawa kelinci tadi.

...----------------...

Ketika berlatih memanah, Joshua mengatakan saran-saran agar Blue berhasil mengenai tengah sasaran sambil langsung diperagakan. Sama seperti ketika Joshua pertama kali mengajari Blue tujuh tahun yang lalu. Setelah berhasil menembak ke tengah, Joshua akan fokus memperhatikan Blue.

"Jika kamu sudah terlatih menembak ke sasaran yang diam, kita akan berganti berlatih menggunakan benda bergerak." Ucapan Joshua barusan membuat Blue kehilangan konsentrasi dan anak panahnya malah melesat ke rerumputan. Blue kecil protes karena ayahnya mengatakan hal yang menyeramkan lalu kembali mengambil anak panahnya.

Joshua terkekeh kecil, begitu saja Blue anggap seram. Padahal tadi dia kagum sekali melihat ayahnya bisa memanah kelinci dan ikan di sungai. Rupanya motivasinya tidak bertahan lama.

Blue kembali membidik. Anak panah gadis kecil bermata biru itu langsung melesat tanpa menunggu waktu selama biasanya. Joshua tersenyum bangga. Akhirnya Blue berhasil membidik ke tengah sasaran. Gadis yang tengah berlatih itu juga tidak percaya dengan kemampuannya sendiri.

"Ayah, aku berhasil!" Blue meletakkan busur dan anak panahnya ke rumput lalu berlari ke arah ayahnya. Wajahnya yang bahagia membuat Joshua gemas. Saking bahagianya, Blue langsung memeluk ayahnya, "ayah aku berhasil. Bagaimana? Aku hebat sekali kan?" bangganya.

Joshua mengelus surai hitam anaknya, mengangguk setuju. Dimintanya Blue kembali berlatih. Joshua harus memastikan jika anak panah tadi tidak tepat di tengah karena keberuntungan semata. Seperti janjinya tadi, Joshua akan menyiapkan target bergerak jika Blue semakin ahli.

Dari dalam hutan samping tempat latihan Blue, Joshua dapat mencium aroma sesosok makhluk yang tidak asing. Karena aromanya semakin dekat, Joshua memutuskan untuk berjalan mendekati hutan. Dia pamit pada Blue sebentar lalu melanjutkan misinya.

"Kali ini kau sangat dekat dengan kami," ucapnya sambil menghadap ke arah hutan.

Dari dalam bayang-bayang pepohonan, Joshua dapat melihat gaun putih yang selalu digunakan wanita waktu itu. Dirinya terlambat bersembunyi hingga sisi gaunnya masih terlihat jelas oleh Joshua. "Kau mau menonton Blue memanah? Kau bisa keluar dan duduk di sisi ini," titah Joshua ramah.

Suasana hatinya tengah senang. Jadi mungkin tidak masalah membiarkan wanita ini menonton anak manusia yang selalu diperhatikannya. Bahkan tidak lewat satu hari pun wanita ini mengamati dari kejauhan. Membuat wajahnya terlihat semakin cantik dan bercahaya.

Joshua tidak beranjak dari tempatnya ketika wanita bergaun putih itu berjalan mendekat dengan takut-takut. Dipersilahkan wanita itu mengambil tempat duduk di sampingnya yang juga akan bersila sambil tetap memperhatikan Blue. Mengobrol dengan makhluk lain mungkin tidak ada salahnya untuk Joshua.

Wanita itu tidak mengatakan apapun, dia duduk dan menatap Blue kagum. Melihat Blue yang kembali mengenai tengah target, wanita itu tersenyum lebar. "Kau mengajarinya dengan baik. Dia semakin mahir karena kau mengajaknya berburu." Akhirnya wanita ini berbicara layaknya manusia. Joshua setuju dengannya.

"Kenapa kau memutuskan untuk membawa Blue selain demi moralmu?" Wanita di samping Joshua itu bertanya, matanya masih menatap ke arah Blue seperti yang sedang Joshua lakukan. "Rubah bukan makhluk yang suka berkelompok jika bukan karena membesarkan anaknya."

Sejujurnya Joshua juga tidak tahu kenapa. Dirinya memang seorang makhluk penyendiri seperti rubah pada umumnya. Dia sudah tidak memiliki keluarga selama ratusan tahun dan baik-baik saja. Joshua mengangkat bahu tidak tahu.

"Apa dia mirip dengan cinta pertamamu?" Joshua menggeleng. Dia bahkan belum pernah merasakan bagaimana cinta itu. Yang dia inginkan hanya hidup tenang dan berusaha agar bisa menjadi manusia seutuhnya. Mungkin setelah menjadi manusia seutuhnya, Joshua akan lebih menikmati hidupnya.

"Mungkin sesuatu dalam diriku ingin mulai membuka diri pada perubahan," ucap Joshua memberitahu.

Bersamaan dengan ucapannya tadi, sekali lagi Blue berhasil menembak ke tengah sasaran. Dia tersenyum pada ayahnya. Menyadari keberadaan wanita bergaun putih di samping Joshua, dia menunduk untuk memberikan salam jarak jauh lalu tersenyum padanya.

"Semua makhluk di dunia ini pasti pernah merasakan cinta pertama. Entah sadar atau tidak. Kurasa cinta pertamamu adalah Blue. Kau bahkan melanggar tekadmu untuk menjauhi Manus demi menyelamatkan Blue." Joshua tidak heran kenapa wanita ini bisa tahu. Dia pasti ada di sekitar hutan itu ketika Joshua akan bertemu Blue.

Joshua bangkit, "sudah waktunya Blue pulang."

Wanita di sampingnya juga bangkit, dia berencana untuk kembali masuk ke hutan. Dirinya berbalik, langkahnya sudah akan kembali masuk ke bayangan pepohonan. Namun sebelum itu, dia berterima kasih pada sang Gumiho karena membiarkan dirinya melihat Blue dari jarak dekat. "Omong-omong, namaku Rachel," tambahnya sambil melihat ke arah Joshua.

Joshua menoleh, "namaku Joshua."

Joshua pergi meninggalkan Rachel, beralih mendekati Blue untuk membawanya pulang sebelum hari mulai sore. Dari tempatnya, Rachel kembali mengamati ayah dan anak itu dari kejauhan lagi.

Terpopuler

Comments

Lazy sloth

Lazy sloth

ini seting latar apa? jepang era Edo atau eropa pertengahan? atau eropa era Kerajaan tahun 1999?

2023-08-13

1

Lazy sloth

Lazy sloth

umur aple berapa tahun?

2023-08-13

1

Lazy sloth

Lazy sloth

ugh, MC ku psikopat jadi masa bodo kalo bajunya berlumuran darah di lihat anak perempuannya bukan anak kandung sih, karena suatu hal si psikopat ngerawat anak

2023-08-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!