Tanpa diketahui keduanya, seseorang tengah memantau dalam diam di kejauhan. Sangat jauh hingga yang di perhatikan tidak bisa mencium baunya. Samar-samar makhluk di atas pohon itu tersenyum, jiwa kosongnya seperti kembali hangat karena apa yang ditontonnya. "Aku ingin seperti itu juga," ungkapnya.
Kilas balik menyakitkan berputar dalam kepala makhluk itu seperti film dokumenter hitam putih yang menyeramkan. Makhluk itu menggeleng-gelengkan kepalanya perlahan untuk mengusir ingatan buruk yang tidak pernah hilang itu. Sebaiknya dia tetap maju dan perlahan melupakan memori kelamnya.
Makhluk putih itu turun, beralih duduk di bawah pohonnya. Tempat para warga membuang jasadnya bertahun-tahun yang lalu. Sungguh tragis nasipnya, kehilangan seseorang yang paling disayanginya. Namun dengan melihat kedua makhluk berbeda alam yang berada di dekat mata air, rasanya menyenangkan.
"Andai aku masih hidup," ucapnya lirih seraya menatap langit cerah, "aku merindukan anakku."
"Kau melihat anak manusia itu?" Sesosok makhluk serigala muncul dari balik semak-semak, mendekat berniat melihat pemandangan yang sama dengan yang ditanyai.
Dan yang di tanyai mengangguk, "jangan ganggu mereka. Hati laki-laki itu putih karena menolong bayi yang ada di sungai. Bayi itu juga memiliki hati putih. Jangan sakiti mereka. Meskipun kau sudah bebas dari larangan roh gunung, tetaplah pada batasanmu."
"Kita tidak tahu apa yang akan terjadi nantinya. Bisa saja salah satu dari mereka memiliki noda hitam lalu dibunuh di gunung ini. Roh gunung sedang mengawasi keduanya sekarang." Serigala itu duduk di dekat pohon wanita yang dia ajak bicara. Sikapnya yang selalu waspada pada para pendatang membuatnya berkata demikian.
Wanita pemilik pohon bangkit, "meksipun begitu. Sekarang kita kedatangan teman baru disini. Aku yakin mereka akan menjadi keluarga yang harmonis. Jangan selalu berburuk sangka."
"Jangan bermimpi soal itu. Manusia bisa memiliki noda itu tanpa sengaja. Lihat saja siapa yang akan mati pada akhirnya."
"Pergilah serigala, carilah makanan daripada membicarakan mereka. Tugasmu bukan untuk mengutuk pada pendatang," kesal wanita itu hingga menunjukkan wajah paling menyeramkan miliknya untuk mengusir si serigala.
"Aku hanya ingin mengatakan apa yang kurasakan padamu. Kenapa marah begitu?" Takut di serigala lalu buru-buru pergi. Meskipun sudah mengenal cukup lama, dia masih saja takut melihat wajah paling menyeramkan wanita ini. Padahal wajahnya ketika sedang senang itu sangat cantik.
...----------------...
"Sudah selesai? Ceritanya hanya berakhir seperti itu? Ayah pasti mengerjaiku." Gadis kecil bermata biru yang sedang di dongengi tidak percaya jika cerita yang dikisahkan ayahnya sudah berakhir dengan akhir cerita yang tidak berkesan. Padahal dia sudah bersemangat menunggu endingnya tadi.
"Lalu apa yang terjadi pada mereka? Apakah ayah tahu kelanjutan ceritanya? Ayolah, bacakan hingga selesai," rengek si gadis sambil menatap ayahnya memelas.
Ayahnya tersenyum kecil, menatap menerawang ke langit seolah tengah berpikir. "Mereka kemudian menjadi keluarga yang bahagia selama-lamanya. Kamu sudah puas? Ayo tidur."
Gadis manis itu mempautkan bibirnya kesal. "Ayah pasti mengarang. Ceritanya pasti tidak berakhir seperti itu. Kenapa ayah berbohong pada anak kecil?"
Sang ayah menoleh, menoel hidung anaknya gemas. "Kamu ingin tahu akhir ceritanya bukan? Sudah ayah katakan. Sekarang kita harus tidur. Besok hari yang panjang. Kamu harus bangun pagi-pagi sekali."
"Kemana kita akan pergi besok?" Gadis manis itu berubah semangat, matanya berbinar seolah akan mendapatkan hadiah. Berpikir jika ayahnya mungkin akan membawa dirinya pergi berjalan-jalan di hutan.
"Tentu saja hari belajar memanah. Jangan pura-pura lupa dengan apa yang akan kita lakukan." Joshua masih memberikan anak gadisnya senyuman semanis mungkin yang malah tampak menyebalkan untuk yang menatapnya.
Gadis kecil itu menutup wajahnya dengan selimut, menolak kenyataan untuk melakukan apa yang ayahnya katakan. "Aku tidak ingin melakukannya, ayah. Ayah selalu ada untukku, kenapa aku masih harus melakukannya? Ayah akan melindungi aku jika ada marabahaya."
Joshua memperbaiki posisi duduknya yang tadi bersandar jadi mengarah ke arah anaknya.b"Apakah kamu mau tidak memiliki keistimewaan? Bukankah seharusnya kamu memiliki setidaknya satu kemampuan. Apa kamu tidak bosan selalu mendapatkan nilai buruk saat memanah?"
Gadis kecil itu menggeleng. "Ayah tetap akan baik padaku meskipun aku tidak pandai melakukannya." Sengaja dia juga tersenyum seperti cara tersenyum ayahnya.
"Jika kamu tidak lulus tes yang ayah berikan besok, kamu tidak boleh pergi dari tempat ini selama seminggu," ancam Joshua lalu bangkit untuk pergi ke tempat tidurnya sendiri. Diletakkannya buku yang tadi dia baca di rak untuk mengatakan bahwa ucapannya tidak main-main.
"Baiklah, aku akan melakukannya. Tapi apa yang akan ayah lakukan jika aku bisa menembak tepat ke tengah-tengah sasaran?"
"Ayah akan mengabulkan apa yang kamu inginkan."
"Ayah serius? Baiklah kalau begitu. Selamat malam ayah." Si gadis langsung memposisikan diri dan mulai tertidur, sementara ayahnya terjaga memikirkan sesuatu. Laki-laki ini sibuk berpikir jauh ke depan tentang kehidupannya dengan sang putri kecil bermata biru itu.
Diam-diam berharap jika noda yang sangat dinanti roh gunung tidak pernah muncul di anaknya dan ia sendiri. Joshua menutup matanya perlahan, mengambil nafas dalam-dalam lalu dihembuskan perlahan. "Tidak ada yang akan terjadi. Semuanya akan baik-baik saja."
Joshua duduk di atas tempat tidurnya, menatap langit melalui jendela sekali lagi. Dirinya sudah membesarkan anaknya selama beberapa tahun terakhir tanpa gangguan apapun. Baik dari roh gunung atau makhluk lain yang terus mengawasinya. Para makhluk gunung terlalu penasaran pada anaknya.
Ketika akan memalingkan pandangan, Joshua seperti melihat sesuatu yang berwarna putih dari kejauhan. Mungkin tidak terlihat dengan mata orang normal, tapi tidak dengan pengelihatan hebat Gumiho. Joshua dapat melihat seorang wanita duduk di sebuah pohon tengah menatap ke arah rumahnya.
Joshua dapat melihat senyuman bahagia di wajah cantik wanita itu. Wanita yang membuat Joshua bisa menjaga anak gadisnya hingga saat ini. Rupanya wanita itu tengah bahagia. Hatinya menghangat karena kehadiran seorang anak kecil yang Joshua temukan di sungai beberapa tahun lalu.
Tidak ada yang lebih penasaran dan perhatian kepada anaknya lebih dari wanita berbaju putih bernoda itu. Setiap malam dia akan menatap ke arah rumah ini, siang harinya memperhatikan kegiatan anak manusia dengan ayahnya. Joshua sudah tidak peduli, yang penting wanita itu tidak mendekati miliknya.
"Ayah," Blue mengigau, memanggil ayahnya dengan suara lirih.
Joshua bangkit dari tempatnya, mendekati anak gadisnya. Apa mungkin Blue bermimpi buruk karena ada makhluk yang terus memperhatikannya? Joshua menyingkirkan anak rambut yang menghalangi wajah cantik Blue lalu mengecup singkat dahi anak manisnya.
"Mimpi indah, Blue."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments
NinLugas
Jodoh tuan vampire hadir kk
2023-08-10
1
『L•F』
hm baca siluman rubah jadi inget sama satu karakter. Jangan-jangan dia bisa jadi kucing gemuk?
Sayangnya bayinya gadis bukan laki-laki. Dan itu ayahnya bukan gurunya.
2023-08-03
1
Bintang Ray234🌸🌸
Smangat trus ya kak💪💪🌸🌸
2023-07-24
1