Belajar Memanah

Sudah pagi lagi. Joshua terbangun karena sinar matahari yang menganggu wajahnya. Dia merenggangkan badan sebelum bangkit untuk membangunkan Blue. "Blue, ayo bangun. Bangunlah untuk sarapan lalu kita belajar memanah."

Gadis bermata biru yang di bangunkan Joshua membuka matanya perlahan, kembali menunjukkan manik mata indahnya pada dunia. "Ayah, kenapa kita selalu memulainya pagi sekali? Aku masih ingin tidur."

"Nanti kamu akan semakin malas jika tidak bangun pagi. Ayo bangun dan tunggu ayah memasak makanan."

Blue duduk, menyandarkan diri pada dinding dan menatap ayahnya dengan mata sayu. "Ayah tidak akan memasukkan ekor ke dalam penyamaran ayah? Biasanya ayah selalu menyembunyikan ekor jika berubah jadi manusia."

"Ayah sedang ingin membebaskan ekor Ayah," Joshua melipat lengan sweater hitamnya lalu berbalik melihat anaknya sambil berkacak pinggang, "lalu kamu akan diam saja atau membantu ayah?"

"Aku akan menyiapkan busur dan anak panah," gadis itu bangkit lalu pergi mengambil apa yang dia katakan. Ayahnya mengangguk bangga kemudian pergi ke dalam hutan untuk mencari makanan. Mungkin dia akan memanah kelinci untuk sarapan. Joshua butuh asupan daging.

...----------------...

"Luruskan lenganmu."

Joshua mengamati Blue yang sedang berlatih. Memberikan beberapa arahan agar Blue bisa menusuk tepat ke tengah sasaran. Blue masih harus banyak latihan. Selama tujuh tahun berlatih Blue masih belum bisa menembak tepat di tengah. Bahkan mendekati saja pernah.

"Ayah, ini melelahkan. Tanganku lelah," keluh si gadis.

"Kita bisa istirahat setelah kamu berhasil mendekati titik di tengah." Blue terpaksa menurut. "Ayah anak panahnya sudah habis, aku akan mengambilnya kembali." Bahkan sampai anak panahnya habis, Blue masih belum bisa mencetak angka.

"Kita berlatih lagi," ucap Joshua setelah Blue siap untuk babak selanjutnya.

"Ayah, aku ingin bermain di dekat mata air. Sudah lama kita tidak pergi kesana," Blue bicara sambil menembakkan satu anak panah. Keberuntungan berpihak padanya hingga anak panah itu berhasil mendekati tengah sasaran.

"Baiklah, ayo pergi kesana." Putus Joshua.

"Wah benarkah?" Blue menatap ayahnya tidak percaya.

"Ayah sudah berjanji. Jika kamu berhasil, ayah akan mengabulkan apa yang kamu inginkan." Joshua mendekati Blue, mengelus kepala anaknya dengan bangga, "jadi simpan busur dan anak panahmu sebelum kita pergi."

Sesuatu terdengar dari semak-semak berkat pendengaran tajam Joshua. Dimintanya Blue untuk cepat pergi untuk menyimpan peralatannya di rumah. Setelah kepergian Blue, sesosok makhluk serigala muncul dari semak-semak seperti perkiraan Joshua. "Kulihat kau mengajari anak itu dengan baik. Apa kau tidak pernah menunjukkan ras manusia padanya?"

"Untuk apa aku harus menunjukkan perangkap maut padanya? Lagipula sudah ada aku sebagai teman manusianya."

Serigala itu menjelma menjadi manusia, tersenyum meremehkan ke arah Joshua. "Kau bukan manusia."

"Dan kau hanya serigala pengganggu. Pergilah, ini daerah kekuasaan ku." Joshua menatap serigala itu tajam dengan mata yang berubah keorenan.

"Kau kasar sekali. Mentang-mentang kau sering ada disini jadinya kau menandai daerah seenaknya." Meskipun begitu, serigala itu kembali pada bentuk aslinya dan pergi. Dia kesal karena diusir padahal dia sedang ingin mengobrol.

Untuk sesaat, hutan di sekitar air terjun sepertinya bicara padanya. Memperingatkan Joshua untuk terus menjaga hatinya. Joshua sampai lelah mendengar peringatan itu selama bertahun-tahun. "Aku dan Blue akan terus memiliki hati putih selama kami bersama. Jangan khawatir."

Sepanjang jalan menuju mata air, tempat dahulu Blue bayi mendapatkan asupan, Joshua dapat melihat kegembiraan di wajah anak gadisnya. Wajah favorit yang membuatnya dengan senang hati mengabulkan keinginan baik Blue. "Ayah, terima kasih sudah mau mengizinkan aku pergi kemari lagi," senang si gadis kecil yang berjalan di hadapan Joshua.

Begitu sampai, Blue langsung duduk di tepi mata air dan memasukkan kakinya ke dalam sana. Rasanya dingin dan segar.

Blue menoleh ke arah ayahnya berniat untuk mengajak bermain air namun ayahnya malah tertidur di bawah pohon.

Karena penasaran, Blue bertanya kenapa ayahnya hanya duduk dan tidak ingin bermain air dengannya. Bukannya menjawab, Joshua malah balik bertanya kenapa Blue begitu penasaran. Padahal tadi dia mengeluh lelah ketika berlatih. Sekarang malah ingin mengajak ayahnya bermain.

"Aku tidak pernah melihat ayah menyentuh air selain di sungai dan air terjun dekat tempat kita berlatih. Apa mungkin Gumiho tidak suka mata air?"

"Ayah hanya tidak ingin bermain dengan air. Blue, tetaplah di tepi mata air. Ayah ingin istirahat sebentar." Joshua memposisikan dirinya agar lebih nyaman. Mensejajarkan kaki ke depan dan melipat kedua tangan di depan dada.

Blue menatap ayahnya aneh, kenapa ayahnya selalu beristirahat padahal dia yang berlatih memanah sejak pagi. Apa mungkin ayahnya menua? Tapi sepertinya ayahnya masih tetap awet muda. Karena penasaran, Blue bertanya kenapa ayahnya lelah.

Joshua hanya sedang memikirkan cara terbaik agar Blue pandai memanah. Jika Blue terus mengeluh lelah dan tidak pernah bagus dalam hal memanah, bukankah semua waktu yang mereka gunakan berlatih akan sia-sia?

"Kenapa ayah mengajariku memanah?" Joshua membuka matanya, menatap Blue yang sejak dari juga menatapnya. Joshua menjelaskan jika memanah bisa membuat Blue fokus dan konsentrasi. Sebagai bekal jika Blue dalam bahaya.

Blue yang terus penasaran lantas bertanya kenapa ayahnya tidak pernah berlatih memanah bersamanya. Blue hanya pernah melihat sang ayah memanah kelinci atau ikan untuk makan keduanya beberapa kali. Karena pertanyaan itu, Joshua memutuskan untuk memanah bersama Blue besok. Hanya untuk membuat gadis itu puas.

Hening, Joshua tidak lagi mendengar pertanyaan-pertanyaan kecil dari Blue. Tapi tentu tidak berlangsung lama. Entah mengapa Blue tiba-tiba penasaran kenapa dirinya bukan Gumiho seperti Joshua. Kenapa dia tidak memiliki ekor dan berubah menjadi rubah?

"Kenapa kamu sangat penasaran? Kamu sudah sempurna sebagai makhluk. Tidak perlu meniru ayah." Blue menghembuskan nafas pasrah. Lelah karena tidak pernah mendapatkan jawaban yang dia inginkan. Blue juga ingin berlari dengan cepat seperti ayahnya. Melihat dan mendengar dengan kekuatan super yang keren.

"Jika aku Gumiho seperti ayah, lalu kenapa aku berbeda? Apa aku bukan gumiho asli? Apa selama ini ayah menutupi sesuatu dariku? Lalu sebenarnya aku ini makhluk apa? Apa aku sama seperti Nyonya itu?" Blue membatin. Dia tumpahkan semua pertanyaan yang tidak terjawab di kepalanya.

Diam-diam ada seseorang yang mendengarkan keluh kesahnya dalam diam sejak tadi. Kekuatan Joshua bukan hanya melihat dan mendengar sesuatu yang ada di atas bumi saja. Bahkan dia kadang bisa mendengar suara hati anak gadisnya jika ingin.

"Kita keluarga, seharusnya kamu sudah cukup puas dengan fakta itu, Blue," gumam Joshua sambil menatap anaknya yang menghadap ke mata air.

Terpopuler

Comments

Lazy sloth

Lazy sloth

pasti nyari kekuatan gumiho dari internet atau fandom ehehe

2023-08-13

1

Lazy sloth

Lazy sloth

latihan tombak kan bisa

2023-08-13

1

ANBU

ANBU

lanjut baca dulu. semangat kak! jangan lupa mampir di novelku dan tinggalkan jejak. makasih

2023-08-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!