Penyamaran Mirna

"Tidak mungkin, aku pasti hanya salah lihat ini. Dia tidak mungkin, pria itu pasti tidak ada disini, tapi pria itu kenapa mirip cinta satu malam ku." gumam Mirna dan menunduk, di balik punggung karyawan lain, karena jujur saja ia itu baru pertama kali, dan pihak hrd! menunjukan pekerjaan esok agar tidak canggung.

Esok harinya Mirna yang menuju bersiap ke kantor, telah memasukan berbagai roti dan minum, ia tutup rapat dan masukan kedalam tas kecil untuk bekal.

"Sudah cantik siap ndok, hati - hati ya. Jangan lupa jaga sikap, baik - baik." ucap sang paman.

"Ya, paman Mirna berangkat dulu, ini ponsel bibi titip ya. Ponsel Mirna kebetulan sudah aman kembali lagi, kemarin ada seseorang yang baik bekerja disana membawakan kepada Mirna, mereka menyimpannya dan itulah kenapa Mirna hari ini bisa bekerja di tempat kantor sejahtera, di mana attitude dan barang bukan miliknya mereka tidak mau ambil."

"Oh, syukurlah kalau begitu tapi kenapa dia bisa tahu kamu ada disana Mirna?" cetuk bibi.

"Eum, iya juga ya. Mirna hampir lupa pikirin soal itu. Mirna pamit dulu ya paman, takut telat."

Hati hati Mir!! serentak mereka.

Dalam bus trayek umum, Mirna tiba di kantor kemarin. Ini hari pertama ia bekerja, nafasnya kembali di atur agar tidak gugup.

"Tunggu, kenapa dia lagi disini. Jangan jangan dia .. bos sa-ya?" patah Mirna merasa heran, ketika dunia itu benar sempit dipertemukan lagi.

"Anda pertama kali bekerja, ikut saya keruangan!"

Zaka yang kaget setelah membuka rekrutan karyawan baru, ia menatap dan melangkah diam ketika menatap Mirna beberapa detik. Tapi semua mata tertuju, tidak dengan Mirna yang santai bercampur kesal.

Mirna pun mengekor menuju ruangan Dirut.

Ketika asisten Kivi dan pak Zaka melangkah ke ruangan besar.

'Mau apa lagi pria ini, biar ku selesaikan masa kontrak ku disini, sehabis itu aku keluar dan cari cara agar pindah tak bekerja disini, apalagi bekerja dibawah bos muslihat sepertinya. Bisa bisanya dia sekap aku tanpa dosa, lalu aku harus bekerja dibawah tekanannya. Oh tidak bisa!' batin Mirna.

Mirna diam berdiri menatap seisi ruangan kantor, dengan memicik kesal. Kala mengekor, memang pada saat itu pihak hrd, bu ila meminta Mirna menuju ruangan tanda tangan kontrak di ruangan big bos.

"Lihat apa kamu, kau tampilan cupu karyawan sini, kenapa aku baru lihat?" ucap Zaka, yang menatap Mirna akan tampilan jeleknya.

"Aku.. lihat apa, aku kan punya mata pak, lalu harus memandang bapak setiap jam, detik begitu kah? memang saya baru, tapi saya juga enggan bekerja, yakin akan batal kontrak."

Kivi, asisten itu tak jauh hanya tersenyum membalikkan badan, kala bosnya takut pada wanita yang beberapa hari disekap salah sasaran, bisa kebetulan ia juga menjadi karyawannya.

Tapi terhenti ketika Zaka menatapnya, untuk segera mengambil berkas.

"Ada apa, saya masih banyak tugas yang harus saya pelajari. Jangan membuang waktu dan menjadikan saya karyawan tidak profesional pak." tegas Mirna, berani memerintah.

"Hei..., nona saya atasanmu kenapa kamu yang memerintah." ucap Zaka.

"Oh iya, saya lu-pa saya punya bos disini, tapi sayang. Bos saya itu penuh muslihat tetap bagi saya anda, tenang saja saya akan membuat anda memecat saya, sehingga cepat dikeluarkan dan tidak mengganti rugi, atau saya akan menjalankan selama masa percobaan enam bulan disini, semoga saya lepas dari tatapan pria menjengkelkan dihadapan saya ini, saya juga tidak sudi jika bekerja dibawah anda. Apalagi saya harus ganti rugi enam belas juta, untuk pembatalan kerja. Apa anda itu bos rentenir?"

"Hai nona.. tolong jaga sikap anda disini!" ucap Kivi, berusaha menengahi agar bosnya tidak murka padanya, karena karyawan baru ini mulai lancang.

"Baiklah nona! ini tugas yang harus kamu pelajari dalam tiga hari."

Kivi menyodorkan sebuah map tebal, dari tangan sang atasan. Lalu Mirna pun beranjak pergi dan berlalu, ke ruangannya.

"Tapi maaf pak Zaka. Saya juga punya sesuatu untuk anda. Ini mungkin check anda tertinggal, maaf saya tidak membutuhkan uang jika bukan dari kerja keras saya sendiri "

Mirna pun berlalu keruangan nya, sehingga Kivi menatap Zaka yang menatap wanita tadi, seolah jatuh hati dan merasa berbeda.

"Apa bos menyukai wanita itu?" goda Kivi.

"Kau kembali saja bekerja, ke tempatmu! mana mungkin aku suka wanita berambut gimbal urakan seperti itu, kau kan tahu siapa wanita yang kucari." kesal Zaka, menarik dasi sedikit sesak.

Alih alih Kivi keluar, Zaka pun senyum menyandarkan tubuhnya, ia tersenyum sendiri sambil memegang bibir yang tak gatal.

Kivi mendekat ke wajah bosnya itu.

"Bos kenapa dengan anda senyum sendiri, apa bos terpesona menatap wanita itu?"

"Ah! Kau ini, masih disini?" bentak Zaka.

"Tanda tangannya bos, anda belum menandatangani berkas ini."

Zaka pun menyudahi dan membuka berkas dan bertanya klien untuk rapat penting siang nanti. Kivi pun segera kembali ketempat kerjanya.

Tak lama diluar hal, Mirna yang membuka berkas dan mempelajarinya kesal. Entah baru hari pertama sudah serumit ini bekerja, Mirna kecewa karena dipertemukan pria itu lagi, tapi pekerjaan teruslah berjalan maka ia mendesak nafas, ketika telepon berdering Mirna harus ke ruangan Pak Zaka! meminta tanda tangan untuk meeting pukul dua siang.

Tok. Tok.

Ketukan kaca transparan ruangan bos. Mirna pun masuk tanpa menatap.

"Maaf pak, saya membutuhkan tanda tangan ada disini, karena itu saya kemari." ucap Mirna yang kaku tak melirik.

"Ada apa, kenapa tidak melihat saya? apa cara bekerja mu tidak sopan seperti ini!" ucap Zaka.

"Anda harusnya paham pak! Saya sedang mencoba melupakan masalah hal beberapa hari lalu, dengan menatap anda terus saya tak hilang untuk melupakan. Jadi saya harus apa?"

"Apa karena itu saja?! saya tidak yakin, pasti bukan itu saja. Akan tetapi karena pria tampan di hadapan ini."

"Mak- maksud anda? hah sudahlah malas juga saya berdebat dengan pria satu ini."

'Sabar Mirna, kamu harus sabar.' batin ia melangkah dengan mengusap hatinya, untuk tidak peduli.

"Tiga hari kau pelajari cepat! asisten saya Kivi banyak tugasnya, jadi ruangan mu ada di ruangan ini nanti. Di ujung sana! kau paham "

"Apa di dalam ruangan ini, dan hanya dibatas dinding kaca?" lirih Mirna, menatap ruangan dan melirik Zaka.

Rupanya kerja kali ini membuat Mirna sulit. Bagaimana tidak wajah pria masa lalu itu akan selalu terlihat nampak jelas kriminal menggebu gebu, bahkan meski Mirna saat ini sulit dikenali tetap saja ia harus waspada akan penyamarannya agar tidak terbongkar.

Tbc

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!