Beberapa puluh menit, Mirna mengedipkan kedua matanya. Seolah ia sadar, tempat yang aneh membuatnya gusar ingin kabur secepat mungkin, baru ingat jika dirinya di culik, sebab pandangannya dan ikatan tangan sudah melilit.
"Hah! aku dimana ini?"
Dalam gedung sedikit gelap, dua pria datang menghampiri ruangan. Di mana wanita sasaran berada, sebuah meja lampu penerang sedikit cahaya. Dia menatap wanita yang terbelit ikatan dan sarung penutup kepala berbetuk segi empat.
Mirna yang dibuka penutup kepala saat ini, ia pun kini menatap segalanya dalam penutup, sedikit remang tapi ia tahu ada yang mendekat ke arahnya. Mirna samar hanya mendengar pembicaraan, andai mulutnya tak ditutup, mungkin sumpah serapah sudah ia katakan dan keluar dari mulutnya. Berusaha ia mencoba melepas ikatan, namun sulit.
"Oh.. sial laparnya .., lupa aku belum sempat makan sehabis belanja. Astaga! apakah belanjaan aku juga tertinggal dijalan kedua kalinya?" benak Mirna racauannya sedikit absurd.
Awas saja kalau gue bisa lepas dari sini, gue akan tendang burung milik mereka satu persatu, geram kali dibuat seperti ini. Mirna hanya bisa bicara namun tak bersuara, karena bibirnya di lakban dan pengap keringat mengucur terus menerus.
Satu jam berlalu. Zaka dan Kivi asistennya sudah tiba di satu ruangan. Di mana wanita sekap an itu berada, yang mungkin Kivi sudah yakin jika Zaka akan murka terhadap Vina.
"Kalian tidak salah tangkap wanita kan?" ucap Zaka. Di ikuti oleh Kivi yang tampak duduk saja sedikit menjauh, bahkan malas tak suka melihat pertunjukan menyakiti seorang wanita, apalagi dia juga seorang wanita meski seperti pria casingnya.
"Tidak tuan, kami mengikuti dan bajunya pun sama yang diperintahkan, kami mengikutinya sudah dari pagi." ucap bodyguard.
Mirna mencerna suara mereka, bahkan ia keluar saja dari siang, bagaimana mungkin bisa di ikutin dari sejak pagi gelap buta. Apa pamannya punya musuh, awas saja akan aku laporkan kalian ke polisi jika aku bisa lepas!! gumam batin Mirna dengan emosi mendidih, tak sabar penutup wajahnya segera dilepas.
"Hello wanita piala, sudah lama hampir setahun kita tak bertemu, apa kamu ingat suara ku Vina?"
"Karena adikku kau sakiti, jadi maaf karena harus menangkapmu dengan seperti ini! Aku yang menyuruh orang ku agar menemukan mu, memberi perhitungan pada wanita yang menyia- nyiakan adik ku. Sampai hati tega kau lakukan itu? Aku sudah anggap kau lebih dari teman, kenapa kau sadis pada adik ku?" bisik Zaka.
Zaka memegang kepala Mirna berusaha menjenggutnya, masih menempel dengan penutup kepala itu.
Mirna menggelengkan kepalanya, ia tak kenal dengan adik pria misterius ini. Bahkan ia baru saja pindah selama setahun di kota padat ini, mana mungkin temanku pun tak ada.
Mirna semakin yakin jika ia menjadi salah sasaran, mengingat wanita pirang yang bertukar baju memaksa itu membuatnya susah, awas saja jika bertemu nanti! dendam Mirna ketika benar benar ia lepas dari penyekapan ini, dan kata kata pria gila ini menyebutnya Vina.
"Kenapa kamu menggelengkan kepala, dasar wanita laknat kamu Vina."
Mirna semakin memerah kesal, perlakuan kasar dan penghinaan semakin meradang.
"Kau Kivi, buka penutup wajah dan buka mulutnya!" ujar Zaka.
Kivi pun membukanya, dan ia segera melepas dan terkejut saat penutup wajah dibuka, bahkan Zaka melotot karena yakin jika salah orang. Apalagi Kivi, kesal tajam pada dua bodyguard yang salah tangkap seorang wanita.
"Bos! dia bukan Vina. Piye iki bos?!'" ucap Kivi menunduk.
Zaka langsung menatap dan menghadap ke depan. Ia memutar mata arah pada bodyguard yang ketakutan dan memperhatikan wanita di hadapannya. Kivi pun membuka plester lakban wanita itu karena kasihan, sudah selama itu ternyata anak buahnya salah tangkap orang.
'Cih! bodoh kalian semua.' tajam Kivi memarahi.
"Aw..., pria sialan kalian. Bisa-bisa nya memperlakukan wanita seperti ini!"
Semua menatap wanita itu yang cantik, wanita yang salah sasaran.
"Lihat apa kalian? dasar pria jelalatan. Tak berpendidikan, cepat lepaskan tali ku ini!"
Kivi pun melepaskan dengan gemetar, kala kode Bosnya meminta dibuka dengan cepat. Meski wajahnya sudah merah abu abu membuat malu.
"Kivi, bagaimana ini kita dalam bahaya, bagaimana kau handle dia?" lirih Zaka.
Kivi pun sama saja ketakutan, namun Zaka memerintah untuk membereskan wanita itu, untuk sampai rumah dan mengaturnya.
"Anterin wanita ini pulang dan beri kerugian. Jangan sampai semua ini melebar, masuk berita!"
Zaka pun menarik kerah bodyguard dan memarahinya karena salah sasaran, bukan wanita yang ia cari.
"Bagaimana apa anda baik baik saja nona?" tanya Zaka seolah sok akrab.
Mirna menatap kesal, dan menginjak kaki Zaka, ia berlalu dan pergi dari gedung pengap itu.
"Pake tanya, menurut mu apa aku baik, rasakan ini! kau harus menyesal bukan ini saja, dasar pria bodoh! sama dengan orang orang mu tidak punya mata." kesal Mirna saat itu, mencari keberadaan tasnya.
"Aw .. nona maaf, maafkan kami. Saya akan mengantar anda pulang, sekali lagi maafkan kami." Zaka pun meminta, meski kesakitan karena kaki nya di injak.
Mirna melirik dan bertanya, siapa yang membiusnya di hadapan para tubuh kekar.
hingga nada marah.
Dua bodyguard pun melambaikan tangan dan mengatakan jujur. Mirna langsung tersenyum memicing setengah bibir, lalu menendang burung emas pria besar itu hingga kesakitan.
Arrgh.
Kivi hanya menelan ludah menatap bodyguard mendapat tendangan, rasanya tak sanggup jika mengantar wanita kasar dihadapannya ini, tapi perintah tuan Zaka lebih ia takuti juga.
"Apa dia guru karate, mati lah kita Kivi?"
Kivi melirik bos Zaka, tapi mendapat tatapan tajam bagai pisau. Mau tidak mau ia mengejar Mirna untuk mengantarkan nya.
Mirna pun sudah jalan selama puluhan menit, ia menunggu angkot, dan berjalan tanpa ketakutan. Namun Zaka memutar mobil, lalu sudah di depannya untuk mengantarkannya.
"Hai ..., nona kami tidak akan macam macam, bentuk penyesalan dan permohonan maaf kami, saya antar sampai rumah, saya janji tidak akan salah sasaran seperti tadi." jelas Zaka basa basi, saat itu Kivi menyetir bagai supir.
Mirna menatap sudah malam sekali sehingga ia ikut dan masuk ke dalam mobil belakang. Saat ia membuka pintu, Zaka menahan dan berkata.
"Maaf kan saya, kami salah sasaran kami akan membantumu dan lupakan semua ini!"
Zaka pun menaruh lembaran check pada tas Mirna dengan sembunyi."
Mirna pun menatap Zaka dengan wajah datar.
"Cih..., pria jelalatan minta maaf tidak tulus, apa kau yang tadi menarik rambutku. Gara gara kau aku kehilangan nafsu makan, aku jadi kelaparan disekap, dan gara gara kau. Aku kehilangan baju kantor ku, asal kau tau besok aku akan mulai bekerja, tapi karena kalian semua gagal karena kalian .. Aaargh Satu lagi ini hadiah buat anda tuan."
Bruugh.
"Zzz...," Mirna menginjak kaki Zaka amat keras, sehingga Zaka menahan sakit agar wibawanya tidak turun, setelah mobil Livi berlalu ia baru mulai dan melihat kakinya. Di bantu oleh bodyguard, Zaka pun langsung bergegas pergi dengan mobil lain.
Kivi sendiri menatap linu, rasanya mengantar wanita kasar yang ia temui merasa takut, semoga perusahaan tidak merekrut karyawan seperti wanita di hadapannya ini.
'Big Bos, takut dengan wanita salah sasaran ini?' benak Kivi menatap bayangan Mirna yang turun dari mobil kala itu.
Sementara Mirna, seolah samar mengingat apakah ia pernah bertemu sebelumnya, dengan pria bernama Mr Zaka saat ini, namun saat ia mencoba mengingat. Bukan main, sakit kepala bagai vertigo kambuh seolah untuk membatas ingatan lebih jauh.
TBC.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments