Mirna pun sudah kembali pulang ke rumah, dimana ia kesal pertama kalinya menaruh berkas peluang masuk kantoran ternama, namun sebuah ponselnya tertinggal entah dimana.
"Jadi benar, kamu kehilangan ponsel?"
"Iya, bibi. Mirna benar benar kecewa, bodohnya, Mirna melupakan ponsel. Data semua disana, terus tadi Mirna kembali ke bagian divisi, meminta rubah nomor ponsel. Mirna ceritakan semuanya, dan maaf ya bibi .."
"Maaf kenapa?"
"Mirna kasih nomor bibi, Mirna minta tolong, kalau ada panggilan dari kantor Perumahan One, bibi tolong angkat ya."
"Iya sayang, gak apa apa. Mau pake ponsel bibi dulu juga gak apa, bibi ga masalah kok nak." senyumnya, membuat Mirna merasakan kasih sayang dan semenjak tinggal dengan bibi, hidupnya lebih kepada syukur dan ceria terus. Seolah tidak ada beban, beban yang menempel karena kesedihannya.
Mirna yang telah sampai dirumah dengan wajah cemberut dan masam, ia meregangkan kedua kakinya di sofa.
"Lho kenapa lagi, wajahnya ditekuk seperti itu ndok, sayang kan nanti wajah cantik nya hilang."
Sang bibi pun mendekati Mirna, ia adalah keponakan tersayang, anak manis yang kurang beruntung, bibi adalah kakak dari ibu kandung Mirna yang telah tiada.
"Kemari, ayo cerita ada apa?"
"Ponsel Mirna tertinggal bi, kalau udah dicari ga ketemu. Gimana ya, padahal Mirna harus ke tempat satu lagi. Rasanya hampa."
Terus kalau lama kelamaan, Mirna berikan nomor bibi. Jika Mirna keterima dan segera bekerja di perusahaan itu. Syaratnya kan harus punya ponsel untuk bisa dihubungi dari kantor, karena pekerjaan yang Mirna lamar itu.
"Oh, ya udah pakai aja dulu ponsel bibi ya. Kirain ada apa, kalau rejeki juga gak kemana ndok. Udah makan belum bibi udah siapin makanan kesukaan?"
"Ah! so sweet pengganti Bunda, hanya bibi." manja Mirna.
"Udah ga usah dibahas, kamu tau bibi selalu anggap kamu anak. Semenjak mama mu masih ada selalu nitipin kamu, ga usah dipikirin soal ayah semua pasti baik - baik aja, ingat jaga kondisi dan hidup masa depan kamu masih panjang, insyallah! sudah di surga, dia pasti ga seneng liat kamu sedih terus, seneng lihat kamu ceria mau adaptasi lagi sama dunia hidup."
"Ish! emang Mirna kemarin kemarin mati ya?" tawa mereka pecah.
Mirna pun memeluknya dan tak lama paman datang, hingga mereka makan bersama. Bercerita banyak, perihal tadi pagi kegiatan Mirna. Wajar, karena Mirna sudah tak mengurung diri, jadi antusias mereka amat senang.
Satu minggu berlalu, Mirna mendapat panggilan untuk tanda tangan kontrak di perusahaan, ia pun berniat membeli pakaian kantor.
"Tabungan bibi yang aku pakai ini, aku pasti secepatnya mengembalikan bi. Huh, semenjak ayah menyalahkan. Aset toko parfum ku di LN sudah diambil ahli untuk yang penting. Anak itu beruntung di sayang ayah, di manja ayah, nasibku kini sulit sekali harus menyusahkan paman dan bibi. Paman pasti lelah mengurus pabrik, baiknya aku ke pasar terdekat deh, setelah dari sini sepertinya gak jauh. Wajar sih, karena Mirna buat kesalahan sehingga mereka acuh." lirih Mirna.
Tiba di pasar, Mirna telah membeli ikan segar, sayur, buah, setelah selesai membeli pakaian kantor. Ia pun kini berjalan menunggu angkot. Tak lama seorang wanita menabraknya.
"Aa-auw aduh.. mbak hati hati dong!" ucap Mirna, kesal karena wanita yang berpakaian mini kurang bahan itu tidak berhati hati saat jalan, apalagi Mirna di sebuah halte yang sudah pasti keliatan.
"Hai kamu, bisa bantu aku cepat kesini, Ayo kesini!"
Tubuh Mirna, ditarik oleh seorang wanita dengan paksa.
"Eh, sebentar mbak, kasar banget sih jadi cewe! itu belanjaan saya jatuh tuh disana!"
Mirna memohon, tapi wanita itu membawanya ke gudang, yang membuat Mirna ketakutan.
"Ayo lepas pakaianmu!"
"Hah, yang benar aja. Apa sih, kamu tidak normal ya?" Mirna menutup dirinya rapat.
"Cih! udah cepat aku mohon please, kita bertukar pakaian. Aku bayar buat kerugian ini, aku salah kostum dan urgent. Please!"
Mirna yang menolak namun di paksa, pun terjadi. Sehingga ia memakai dress belang hitam tanpa lengan di atas paha. Wanita itu pergi dan memberikan sebuah amplop untuknya, lalu ia pergi dari tempat itu.
"Aaakh mini sekali mirip biduan, Pendek banget baju ini bagus mewah, tapi kenapa wanita itu mau pakai baju aku yang lusuh aku ya?" syok Mirna.
Mirna pun keluar dan berjalan mengambil belanjaan yang terjatuh, menatap ikan sayuran yang hancur berserakan, ia pun memungut merapihkan lagi. Masih kebingungan dengan wanita tadi, yang mau bertukar pakaian, kenapa dia tidak membeli saja di pasar jika salah kostum, alih alih ia malah memberikan uang pada Mirna hanya untuk bertukar.
"Aku harus membelinya, ia pun melihat satu amplop coklat. Aku pikir ini surat ucapan terimakasih." ujar Mirna senyum, mendapat uang di amplop.
Tak lama ibu paruh baya yang meminta belanjaan rusak, Mirna berikan bagikan sedikit uang beberapa lembar dan kembali pergi berbelanja kepada yang membutuhkan.
"Apa enggak salah ini uang banyak sekali?" pikir Mirna, seolah rejeki nomplok.
Mirna mencerna apa maksudnya semua ini. Ia pun bergidik ngeri dan segera mungkin pergi, namun tak lama di angkot, banyak mata laki - laki jelalatan memandang.
"NENG... SENDIRIAN YA?"
"Apa, jangan seenaknya yah, liat aja berani macem macem gw tinju lho bang. Stop, stop bang berenti! Mirna pada supir angkot.
"Galak amat tuh cewe macam harimau aja, cantik galak bikin happy kayanya tuh." ucap pemuda nakal. Di angkot dan tak sadar mereka mengikuti Mirna.
Mirna yang berjalan menuju arah rumah, seharusnya ia bisa temukan ojek. Tapi saat ini nihil, "Ini ojek biasa pada kemana ya?"
Tak lama menoleh kebelakang pemuda tadi mengikuti dan mengganggu nya, terpaksa ia pun melepas belanjaannya.
Mirna yang mempunyai sedikit bela diri, ia pun berhasil mengalahkan tiga pemuda itu, hingga akhirnya ia mengambil belanjaan kembali. Ketika pemuda tadi pergi karena pukulannya. Dan lima langkah ia berjalan yang amat sepi.
Satu mobil hitam mewah turun dengan orang yang besar.
"Aduh kalian mau apa, siapa sih kalian? saya baru memulai menghirup udara, perasaan saya ga punya musuh. Teman dekat aj enggak. Lepasin tutupan ini woy!"
Sial hari apa sih ini?! gerutu Mirna, yang ditutup sarung seluruh tubuhnya, hingga ia bergerak gerak.
"Ah.. semenjak ketemu cewe tadi kayanya. Hidup aku jadi sial, sini kalian belum tau ya gw punya bela diri!" ucap Mirna menantang.
Ia pun mulai melawan, namun lima menit Mirna lemas, karena dibius dengan sapu tangan dari belakang. Sehingga ia dibawa pergi.
Mirna sedikit mengunang kepalanya, dan tersungkur tak sadarkan diri, pikiran akhirnya entah berada dimana.
TBC.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments