Kedatangan Dirut

Aku tahu di dalam suatu ruang lingkup pasti ada yang suka dan tidak dengan kita. Tanpa terkecuali ruang lingkup apapun. Dan mungkin saja Ana memang tidak menyukaiku sehingga dia berbicara seperti itu.

Sabar, Saras. Mungkin Tuhan menundanya karena ingin memberikan yang terbaik untukmu.

Lantas aku pun kembali melanjutkan pekerjaanku setelah rapat per divisi usai. Aku juga melupakan apa yang terjadi tadi. Aku tidak ingin memedulikan ucapan Ana. Aku mencoba berlapang dada.

Malam harinya...

Rembulan malam ini bersinar terang. Aku pun merasa gelisah saat beragam perkataan teringat di benakku. Tentang pertanyaan kapan menikah dan agar laku segera. Hatiku pun tiba-tiba teringat dengan apa yang dikatakan Elen waktu itu.

"Kenapa tidak kucoba saja saran dari Elen? Tapi bagaimana dengan cicilannya?"

Saat timbul keinginan untuk menyewa pacar bayaran, saat itu juga aku kepikiran dengan kehidupan yang akan aku jalani nantinya. Apakah aku bisa menghidupi pacar sewaanku setelah menandatangani perjanjian? Sungguh aku dilema memikirkannya.

"Kau bisa membayarnya dengan cicilan terendah."

"Dia akan melakukan semua yang kau inginkan. Pokoknya puas!!!"

Lagi dan lagi, percakapan antara aku dan Elen terngiang lagi di telingaku ini. Aku seperti bisa mendengar dengan jelas apa saja pembicaraan kami. Dan ya, kalau dipikir-pikir memang tidak ada salahnya mencoba. Karena kalau hanya dipikirkan, tidak akan menyelesaikan masalah.

Baiklah. Aku akan memikirkannya.

Lantas aku pun masuk ke dalam rumah lalu mengunci pintunya segera. Aku ingin beristirahat dari hati dan pikiran yang lelah. Semoga saja nanti bisa kutemukan jawaban tentang apa yang harus kulakukan. Ya, kupercayakan kepada semesta untuk menuntunnya. Jadi, semalam malam.

Jumat, pukul empat sore...

Hari-hari terus kujalani dengan penuh semangat walau tiada arah tujuan. Dan akhirnya kabar gembira itu kudapatkan. Aku mendapat kenaikan gaji mulai bulan ini. Kenaikan yang lumayan untuk membayar kontrakanku. Dan sekarang gajiku enam juta per bulannya setelah delapan tahun bekerja.

Aku mulai bekerja di perusahaan literasi ini sejak delapan tahun yang lalu. Waktu itu gaji masih kecil sekali. Hanya dua juta per bulan untuk karyawan baru dengan lulusan S1. Tapi entah kenapa dua juta itu cukup untuk menghidupiku. Tidak seperti sekarang dengan gaji yang besar tapi untuk menabung di setiap bulannya saja susah. Apa mungkin gaya hidupku yang sudah berubah?

Sebenarnya aku tidak terlalu neko-neko dalam kehidupan. Aku hidup sederhana dan membeli yang perlu saja. Namun, terkadang memang selera makanku yang berubah. Aku suka makan makanan yang mahal dan bisa dalam jangka waktu lama. Dan hal itu kuanggap sebagai self reward kepada diriku sendiri. Karena aku telah bekerja keras sampai detik ini. Hingga akhirnya uang tabunganku hanya sedikit sekali.

"Ras, ibu dirut datang!" Stefany memberi tahuku.

"Mana?" tanyaku.

"Tu!"

Stefany melirik cepat ke arah belakang. Aku pun membenarkan jika ibu dirut kami datang. Kulihat dari kaca kecil yang ada di mejaku, dia melangkahkan kakinya ke arah kami.

"Ehm!" Dia pun akhirnya berdehem di belakangku. Sontak aku jadi salah tingkah sendiri.

"Ada berapa karyawan lama yang tersisa, Ras?" Dia bertanya padaku.

"Sekitar lima belas orang, Bu," jawabku lalu segera berdiri menghadapnya.

"Kau sudah punya gandengan?" tanya ibu dirut lagi.

Sontak aku menelan ludah. "Belum, Bu," jawabku.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!