Kini usiaku sudah kepala tiga. Tepatnya tiga puluh tiga tahun waktu putaran matahari. Dan aku masih belum menikah. Aku belum kepikiran untuk ke sana. Tapi tiga tahun belakangan ini aku menerima tekanan dari banyak pihak. Mereka mempertanyakan kenapa aku belum menikah. Padahal bukan urusan mereka. Hingga pada akhirnya aku mulai merasa risih dengan pertanyaan itu. Sebisa mungkin aku pun menghindarinya.
"Hah ... lelah juga."
Kulangkahkan kaki keluar dari ruangan kantor lalu menuju lantai bawah dengan menggunakan lift gedung ini. Sesampainya di bawah, aku pun segera melangkahkan kaki ke halte bis. Tapi, saat itu juga kulihat teman dekatku baru keluar dari kantornya juga. Kami lalu bertemu di halte bis ini.
"Saras!" Dia berlari cepat sambil melambaikan tangannya ke arahku.
"Elen?" Aku pun melihat dia tergesa-gesa mendekatiku.
"Hei, akhirnya ketemu juga. Kau sibuk sekali semingguan ini. Baru hari ini kita bisa bertemu," katanya padaku.
Jelas aku sibuk. Aku adalah editor bagian promosi di perusahaan literasi. Tugasku begitu banyak untuk mempromosikan berbagai macam hasil karya penulisku. Aku juga berhubungan dengan pihak luar yang ingin mengadaptasi karya-karya penulis kami. Katakanlah aku sukses di bidang pekerjaan. Aku berhasil mempromosikan banyak karya dan event perusahaan. Tapi sayangnya aku selalu gagal dalam percintaan. Aku gagal mempromosikan diri ke pria-pria tampan.
"Hm, iya. Sedang banyak event di kantor. Kau mau naik bis? Bukannya--"
"Hahaha." Temanku tertawa. "Kau melihat statusku, ya? Gimana, tampan bukan? Dia pacar baruku." Temanku memberi tahu.
"Hem." Aku menganggukkan kepala mendengar ceritanya.
"Namanya El. Tapi bukan nama sebenarnya. Dia kudapatkan dari situs ilegal yang menyewakan pria-pria tampan untuk dijadikan pacar. Dan aku sudah dua minggu ini bersamanya," terang temanku.
"Ap-apa?!"
Dahiku berkerut, alisku bertemu di tengah kening. Aku pun membelalakkan mata saat mendengar pengakuan temanku. Bagaimana mungkin ada situs yang menyewakan pria-pria tampan untuk dijadikan pacar? Itu mustahil sekali.
"Kau mau mencobanya? Kau bisa mencicilnya dengan harga terendah," kata temanku lagi.
Saat mendengarnya tentu saja aku tak percaya. Aku pun menelan ludah berulang kali sambil memerhatikan temanku yang bicara. Hingga akhirnya bis pun berhenti di depan kami. Lantas kami pun segera menaikinya agar bisa cepat sampai ke rumah. Pembicaraan kali ini pun sepertinya akan dilanjutkan nanti. Karena kepalaku sudah pusing sekali.
Situs ilegal menyewakan pria-pria tampan?! Sungguh hari itu sudah semakin dekat saja!
Dan karena tidak mau terbawa pikiran, aku alihkan pembicaraan bersama temanku. Kebetulan esok hari ini libur. Kami pun membuat janji temu untuk berbicara kembali. Dan ya, sepertinya pembicaraan akan benar-benar dilanjutkan esok hari. Jadi ya sudah, kita bergegas pulang saja ke rumah untuk beristirahat segera.
Esok harinya...
Pagi-pagi aku terbangun lalu membereskan rumah. Mencuci pakaian, piring, menyapu dan mengepel lantainya. Dan kini tinggal mandi saja. Tak berapa lama ponselku pun berdering karena ada yang meneleponnya. Aku pun lekas-lekas mengangkat telepon itu.
"Kau ada di rumah? Aku OTW, ya?"
Ternyata temanku lah yang menelepon. Dia sudah bersiap-siap ke rumah dan tinggal berangkat saja.
"Baiklah. Kutunggu di rumah."
Pada akhirnya aku pun mengiyakannya. Telepon kami juga terputus tak berapa lama. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk mandi segera.
"Rumah sudah rapi. Tinggal cari makan saja."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments