"Baiklah. Aku pilih yang ini," kata Tania kepada karyawan toko gaun malam itu.
"Mau dicoba dulu, Nona?" tanya karyawan itu.
Tania mengangguk. Ia kemudian meminta Yoga menunggu. Yoga pun menunggunya hingga Tania selesai memakai gaun. Dan saat diperlihatkan kepada Yoga, Yoga jadi semakin terkesima dengan lekuk indah tubuh kekasih kakaknya. Tania begitu menawan pandangan matanya.
Dia ... seperti seorang dewi. Yoga berkata sendiri dalam hatinya.
"Yoga? Yoga?" Sementara itu Tania berusaha menyadarkan Yoga dari lamunannya.
Yoga tersadar. "Em, maaf." Ia pun segera mengalihkan pandangannya.
Tania tersenyum. "Kita ke bawah ya. Ada yang mau kubeli di sana." Tania pun mengajak Yoga untuk masuk ke supermarket mal ini.
Yoga mengangguk. Ia pun menunggu Tania berganti pakaian kembali. Mereka akan ke supermarket untuk membeli kebutuhan harian. Dan Yoga akan kembali menemani Tania karena sang kakak sedang ada rapat di kantornya.
Beberapa menit kemudian...
"Erick! Jangan lari-lari! Tunggu bibi!"
Sementara itu di dalam supermarket sendiri sedang ada seorang wanita bersweter putih yang mengejar keponakannya di area supermarket. Ia pun tampak kewalahan mencari sang keponakan yang entah ke mana. Sambil menyampirkan tasnya, ia berjalan ke sana kemari untuk menemukan sang keponakan. Hingga akhirnya ia melihat keponakannya lari kembali. Gadis itu pun segera mengejarnya.
"Erick!"
Namun sayang, anak lelaki yang masih berusia tujuh tahun itu tanpa sengaja menabrak seseorang yang baru saja meneguk minumannya. Sontak minuman itu terjatuh lalu membasahi bajunya. Raut amarah pun tersirat dari wajahnya.
"Kau!!!" Ia terlihat marah kepada anak kecil itu.
"Ma-maaf, Paman." Anak kecil itu meminta maaf segera.
Gadis yang sedang mengejar keponakannya itu pun melihat hal yang terjadi di sana. Ia pun lekas-lekas mendekatinya.
"Astaga!" Ia merasa bersalah. "Tu-tuan, tolong maafkan keponakanku. Dia tidak sengaja." Gadis itu meminta maaf kepada seseorang yang ditabrak keponakannya.
Pria tersebut tentu saja ingin marah. Tapi saat melihat bibi dari anak lelaki itu, entah mengapa amarahnya mereda seketika.
"Dia keponakanmu?" tanya pria itu.
"I-iya, Tuan," jawab gadis itu.
"Lain kali jangan bawa anak nakal ke supermarket. Dia bisa membahayakan orang lain," kata pria itu kepada bibi dari anak laki-laki tersebut.
Gadis itu pun mengangguk. Ia kemudian meminta keponakannya untuk meminta maaf kembali. Lalu pada akhirnya mereka pergi dari hadapan sang pria dengan memberikan tisu dari dalam tas. Keduanya pergi dengan penyesalan yang terjadi.
"Erick, sudah bibi bilang jangan lari-lari tapi kau masih saja membandel!" Gadis itu menggerutu kesal kepada keponakannya.
"Maafkan aku, Bi. Supermarket ini begitu luas dan bersih. Aku suka bermain di sini," sahutnya polos.
"Hah ...." Sang bibi pun mengembuskan napas kesalnya.
Gadis itu adalah Naira, seorang mahasiswi kedokteran semester awal. Sedang pria itu adalah Yoga yang sedang meneguk minumannya. Yoga pun tak menyangka jika akan mengalami kejadian seperti ini. Dimana ia mau marah tapi tak jadi. Atau lebih tepatnya terkesima melihat bibi dari anak lelaki tersebut. Begitu cantik dan juga tahu budi pekerti. Yoga pun memerhatikan keduanya pergi.
Untung bibinya cantik. Kalau tidak, mungkin sudah kumarahi anak lelaki itu.
Lantas Yoga pun berniat mengalihkan pandangannya dari Naira dan keponakannya. Tapi di saat yang bersamaan ia melihat sesuatu terjatuh dari tas Naira. Sedang Naira tidak menyadarinya.
"Itu? Hei!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments