Mulai dari Bab 2 ini, nama Mega akan diganti menjadi Sania.
Happy reading...!
Sania yang menjalani hari-harinya tinggal di gubuk selama 2 minggu akhirnya mendapat titik cerah ketika ia melihat dua orang pria datang bersama dengan seorang kakek tua yang menggunakan tongkat untuk membantunya berjalan.
Maka, Sania langsung menatap heran pada Ketiga orang yang datang menghampirinya.
"Maaf, kalian siapa?" Tanya Sania saat Ketiga orang itu telah mendekat.
"Apa kau gadis yang tinggal di sini bersama dengan seorang perempuan tua?" Tanya Pria tua yang menggunakan tongkat sambil memperhatikan kalung yang melingkar di leher Sania.
Dia sangat mengenali kalung itu sebagai kalung yang pernah ia berikan pada seorang perempuan dengan sebuah janji bahwa jika mereka tidak menikah maka cucu mereka atau anak mereka lah yang akan menikah.
"Ya, Saya tinggal di sini bersama dengan nenek saya, tetapi dua minggu yang lalu nenek saya telah meninggal, jadi saya hanya sendirian di sini. Tidak pernah ada orang yang datang ke tempat ini karena tempat ini terpencil, Jadi bagaimana bisa Kalian bertiga sampai di tempat ini?" Tanya Sania.
"Jadi nyonya marsita telah meninggal?" Tanya Pria yang menggunakan tongkat memperlihatkan wajah sedihnya, "seharusnya aku datang lebih awal. Bisakah kau memperlihatkan aku di mana makam nyonya marsita?" Tanya pria yang menggunakan tongkat.
"Makamnya ada di sana, tapi apakah Anda mengenal nenek saya?" Tanya Sania sambil menatap penasaran pada pria yang ada di depannya.
"Ya, aku mengenalnya," ucap pria bertongkat sambil berjalan menuju arah yang ditunjukkan oleh Sania hingga Sania pun dengan cepat mengantar pria itu menuju ke makam tempat dia menguburkan nyonya marsita dan Sania yang lama.
Begitu tiba, pria bertongkat langsung menghela nafas panjang, lalu dia runtuh di atas tanah memperhatikan makam di depannya yang dihiasi bunga-bunga.
Pria itu terdiam sangat lama sebelum berkata, "maaf karena aku datang terlambat, seharusnya aku datang lebih awal. Ini semua salahku, tetapi akan kupastikan mulai sekarang aku akan menjaga cucumu dengan baik! Akan kupastikan dia menikah dengan cucu terbaikku!!"
Setelah berbicara, pria bertongkat kemudian berdiri lalu dia melepaskan salah satu kancing pakaiannya dan meletakkannya di makam nyonya marsita.
Setelah itu, dia berbalik menatap Sania yang sedari tadi memperhatikannya.
"Siapa namamu?" Tanya pria bertongkat.
"Namaku Sania, anda sendiri siapa?" Tanya Sania dengan suara yang begitu polos.
"Aku adalah pemimpin keluarga Akasia," ucap sang pria sambil memperhatikan perempuan di depannya.
"Kau adalah pemimpin keluarga akasia yang dibicarakan oleh nenekku? Nenekku bilang kalau ada keluarga akasia yang datang kemari aku harus berkata bahwa aku adalah bunga akasia yang ditanam di tengah hutan dan siap dipanen pada umur yang ke-23 tahun," ucap Sania masih dengan wajah yang begitu polos.
Ucapan Sania membuat Tuan besar akasia tersenyum, "benar, kau adalah perempuan yang kucari. Nyonya marsita menitipkanmu padaku, jadi mulai sekarang kau akan menjadi cucuku dan segala sesuatu yang menyangkut dirimu akan menjadi tanggung jawabku." Ucap tuan besar akasia.
"Benarkah? Nenek mengatakan hal seperti itu?" Tanya Sania sambil menoleh ke arah makam neneknya dengan wajah yang sedih menatap makan tersebut.
"Benar sekali, kami akan membawamu ke kota agar bisa memberikan kehidupan yang lebih layak untukmu. Kami juga akan memperbaiki makam ini dan Kalau kau mau kami bisa memindahkan makam nenekmu ke tempat yang lebih baik," ucap tuan besar akasia.
Tetapi Sania yang tahu jika makam tersebut dibongkar maka akan ketahuan jika di sana ada dua mayat, maka Sania dengan cepat berkata, "nenek berpesan bahwa dia akan tetap tinggal di tempat ini dan kuburannya tidak boleh dipindahkan dengan alasan apapun. Dia juga bilang bahwa tempat ini tidak boleh dirombak, dia ingin hutan ini tumbuh sebagaimana mestinya tanpa campur tangan dari manusia.
"Jadi kalau anda benar-benar mau membantu, tolong jaga segala sesuatu yang ada di hutan ini," ucap Sania yang jelas tahu bahwa tak jauh dari tempat ia tinggal ada banyak orang yang sedang menebang pohon secara liar.
"Kalau itu yang Marsita inginkan, maka aku akan melakukannya." Ucap tuan besar Akasia sambil merogo sakunya lalu mengambil sebuah foto dari dalam sakunya dan memberikannya pada Sania.
"ini adalah bukti kebersamaanku dengan Nyonya marsita ketika kami masih muda, dan saat itu kami memutuskan bahwa kau akan menikah dengan salah satu cucuku. Jadi sekarang, apakah kau bersedia untuk ikut dengan kami?" Tanya tuan besar akasia.
Sania menatap gundah pada makam nyonya marsita, "Aku tidak ingin meninggalkan nenek sendirian, jadi--"
"Tidak! Yang diinginkan nenekmu adalah pergi bersama-sama denganku, karena dia telah mengatakan kata kunci yang harus kau katakan padaku saat aku datang kemari. Lagi pula, kalau kau tinggal di sini, akan sangat berbahaya jika ada orang yang datang kemari dengan niat buruk dan menemukan gadis secantikmu ada di sini," ucap tuan besar akasia langsung membuat Sania meneteskan air matanya.
"Aku tahu nenek menginginkan itu, tapi aku tidak tega untuk meninggalkannya sendirian di tengah hutan ini," kata Sania sambil berusaha menahan isakannya.
Maka, tuan besar akasia berusaha keras membujuk Sania sampai akhirnya perempuan itu mau pergi bersama-sama dengannya ke kota.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Ranny
ada dendam kesumat apakah sebenarnya antara Mega dan keluarga akasia
2024-03-11
0
Ranny
air mata buaya 😂😂😂
2024-03-11
0
Ranny
justru itulah yg sangat di harapkan Sania palsu
2024-03-11
0