EMPAT

Mata Alan pun menyapu seluruh isi ruangan yang ada. Selain besar, ternyata aksesoris yang menghiasi apartemen Agash bukanlah aksesoris biasa. "Keren. Selera Agash bagus juga."

Kini sambil menunggu Eliza keluar dari kamarnya, Alan mencoba untuk menghidupkan televisi yang ada didepannya. Saat baru dihidupkan sudah disajikan berita kecelakaan. Namun, karena Alan merasa bosan dengan berita seperti itu Alan langsung mengganti channelnya. Berita viral adalah acara yang disukai oleh Alan, karena dia bisa tau tentang apa yang sedang viral.

"Daddy mau aku masakin apa?" tiba-tiba suara Eliza sudah berada dibelakang Alan.

"Eh, seriusan kamu mau masakin buat Daddy? Tadi Daddy hanya bercanda aja. Lagian Daddy juga enggak mau makan makanan yang gosong," kata Alan dengan mata tetap terfokus pada layar televisinya.

"Tidak semua masakan aku gosong Dadd!" ketus Eliza.

"Ya udah, masakin aja apa yang kamu bisa. Dengan catatan, Daddy enggak mau makan kalau gosong!"

"Iya, iya bawel!" gerutu Eliza yang kemudian memilih berlalu ke dapur.

Sesampainya di dapur, Eliza langsung mengeluarkan bahan dari dalam kulkas. Karena tidak ingin dianggap remeh oleh Daddy si Alan-nya, Eliza langsung mencari buku resep yang pernah dibuat oleh Agash

"Dimana ya?" Eliza mencari buku itu karena dia lupa meletakkannya dimana.

"Dadd, jangan protes kalau agak lama ya!" teriak Eliza dari dapur.

"Terserah! Yang penting enak!" seru Alan dari depan televisi.

Saat sedang mencari buku resep, tanpa sengaja tangan Eliza menyenggol cangkir kesayangan milik Agash

PRAAAANG ...

"Aduh ... " Eliza meringis karena ada pecahan dari yang mengenai kakinya.

Alan yang mendengar sesuatu pecah dari dapur langsung bergegas untuk melihatnya. Saat matanya melihat pecahan gelas di samping Eliza dan sedikit darah yang keluar dari kaki Kenza, Alan segera mendekat. "Za, kamu gak papa?" Alan terlihat sangat panik.

"Gak papa, Dadd." Kenza menjawab sambil meringis karena menahan rasa sakitnya.

"Kamu disitu dulu jangan bergerak. Daddy yang akan kesitu."

Perlahan Alan menyingkirkan sisa gelas yang sudah menjadi serpihan beling. Dan setelah untuk keluar dari dapur.

"Kamu ini gimana sih? Masih aja ceroboh! Sakit kan? Untung cuma gak parah!" Alan mendumel setelah meletakkan Eliza di sofa tempatnya duduk tadi.

"Yah namanya juga gak sengaja, Dadd."

"Ya udah gak usah nangis! Dimana letak P3Knya?"

"Ada di laci itu, Dadd." Eliza menunjuk sebuah laci di samping televisi.

Eliza hanya mendengkus kasar saat mengingat gelas kesayangan Agash pecah. Dimana dia akan mendapatkan gelas seperti itu. Tidak mungkin dia pergi ke Jerman dan memesan gelas yang sama seperti yang baru saja pecah. "Aduh ... kenapa tangan ini ceroboh banget sih!" gerutu Eliza yang menyesali akan kejadian tadi.

Sambil menunggu Daddy si Alan-nya mengambilkan obat merah, Eliza pun mengambil alih remot dan langsung mengganti chanel siaran yang sedang di tonton oleh Daddy si Alan-nya. Saat tangannya memencet beberapa tombol yang ada hanyalah berita terkini.

"Tumben banget nih siarannya berita aja," keluh Eliza yang pada akhirnya tertarik juga untuk menonton berita kecelakaan sebuah pesawat karena penasaran.

Mata Eliza kian membulatkan lebar ketika melihat puing-puing pesawat bahkan menurut berita yang disampaikan semua penumpang di dalam pesawat itu tidak ada yang selamat.

"Astaga ... " Eliza menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya. Seketika dia mengingat jika saat ini suaminya juga sedang melakukan dalam menggunakan pesawat.

"Ada apa, Za?" tanya Alan yang sudah menemukan obat P3Knya.

"Dadd, Daddy tau Agash tadi naik pesawat apa?" tanya Eliza dengan jantung yang hampir terlepas.

"Kalau gak salah .... " Belum juga Alan meneruskan ucapannya matanya telah terfokus pada sebuah berita kecelakaan pesawat yang ada di televisi. Dan yang membuat tubuh Alan membeku adalah jenis pesawat yang ada di dalam berita adalah pesawat sama dengan pesawat yang sedang ditumpangi oleh Agash

"Dadd, kenapa?" Eliza sudah sangat panik ketika Daddy-nya diam tanpa kata. "Katakan itu bukan pesawat yang sedang dinaiki oleh Agash kan, Dadd?"

Alan terdiam. Dia tidak tahu harus menjawab apa karena itu memanglah pesawat yang sedang dinaiki oleh Agash.

"Dadd, jawab Eza! Katakan jika itu bukan pesawat yang sedang dinaiki oleh Agash. Daddy!" Eliza berteriak karena Daddy si Alan-nya tidak bisa menjawab atas pertanyaannya. Apakah benar itu adalah pesawat yang sedang ditumpangi oleh Agash?

"Za ... itu ... " Tubuh Alan langsung terjatuh diatas sofa dengan jantung yang sangat berdebar.

"Tidak mungkin. Itu bukan pasti bukan pesawat yang sedang dinaiki oleh Agash." Kenza berusaha untuk menenangkan dirinya sendiri.

"Itu memang pesawat yang sedang dinaiki oleh Agash, Za." kata Alan dengan lemah.

"Apa?! Daddy, jangan bercanda. Ini bukan waktunya untuk becanda, Dadd," rengek Eliza.

"Itu benar, Za. Agash memang berada dalam pesawat itu."

...~BERSAMBUNG~...

Terpopuler

Comments

Haryati

Haryati

lanjut lagi

2023-04-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!