Di tempat kerjanya yang merupakan sebuah toko perlengkapan
rumah tangga. Mishel beberapa kali tidak fokus bekerja dan sering melamun.
Tentu saja dia memikirkan bagaimana nasib anak yang ada di dalam kandungannya
dan juga dirinya yang hamil tanpa suami pasti akan menjadi bahan cemoohan
orang-orang. Sama seperti ibunya, yang hidup tanpa suami. Ya, jika di pikir
lagi Mishel ingat dulu saat kecil dirinya sering di hina oleh teman dan
tetangganya karena dia tidak memiliki ayah. Orang-orang memanggilnya anak haram
dan itu sangat menyakitkan.
Tanpa sadar Mishel menyantuh perutnya yang masih rata. Perut
yang kini bersemayang sesosok makhluk kecil yang bernyawa. Memikirkan bagaimana
jika anaknya harus bernasib sama sepertinya. Tidak! Itu tidak boleh terjadi.
Hidup tanpa ayah terlalu menyakitkan dan menderita meski memiliki seorang ibu
yang hebat seperti ibunya sekalipun tetap saja berbeda jika memiliki ayah. Lalu
apa dia harus menemui laki-laki itu, laki-laki brengs3k yang sudah membuatnya
seperti ini.
Ya, Mishel tau siapa laki-laki yang sudah menodainya secara
paksa pada malam itu. Butuh waktu lama sampai dia melupakan malam kelam itu
yang sampai sekarang masih membuat dia takut jika mengingatnya.
Haruskah dia pergi menvari pria kaya itu, jika iya apa pria
itu akan percaya kalau anak yang dia kandung adalah anaknya. Mengingat jika
pria kaya suka sekali bermain Wanita pasti sudah banyak Wanita yang dia tiduri
bahkan setelah melampiaskan h4sr4tnya pada Mishel malam itu, dia melemparkan
sejumlah uang pada Wanita itu. Tentu Mishel tidak mengambilnya karena dia bukan
Wanita bayaran. Mishel yang terlalu sakit hati sungguh sangat membeci pria itu
dan bergegas pergi dari sana.
“Mishel, apa yang kau pikirkan. Kau melamun lagi? Apa kau
sakit?” tanya rekan kerja Mishel yang bernama Nayla.
“Tidak Nay, aku tidak apa-apa,” jawab Mishel.
“Kalau kau sakit jangan di paksa, jangan sampai menganggu
pekerjaanmu. Kamu tau kan si bos pasti akan marah besar kalau kita melakukan
kesalahan,” ujar Nayla memberi nasehat.
“Iya, aku akan berhati-hati lagi. Terimakasih ya.” Beruntung
Mishel mempunyai rekan yang cukup perhatian.
Siang itu di cuaca yang cukup panas, Mishel berusaha sekuat
tenaga untuk menahan tubuhnya yang terasa pusing dan lemas karena dia hanya
makan sedikit tadi pagi. Samapi sekarang belum makan apapun lagi karena dia
takut akan mual lagi di tempat kerja dan membuat semua orang curiga. Padahal
perutnya terasa sangat lapar tapi dia menahannya sekuat tenaga.
“Huftt, sabar ya nak. Apa kau lapar, kita tunggu sebentar
lagi. Aku akan membelikanmu roti agar kau tidak kelaparan lagi saat jam
istirahat,” ujar Mishel di dalam hatinya sambil mengusap sedikit perutnya
karena tak ingin ketahuan yang lain. Bibirnya tersenyum miris, apa mungkin dia
sudah Mulai menerima kehadihan makhluk kecil yang ada di perutnya sekarang.
Entahlah, tapi semenjak dia mengetahui tentang kehadiran janin itu di perutnya,
Mishel jadi merasa kalau dia tidak sendiri lagi. Ada kehidupan yang harus dia
saying dan urus di dalam perutnya, meski dia tidak menginginkan kehadirannya
tapi semua sudah ada yang mengatur. Sang Pencipta sudah memilihnya untuk
menjadi ibu dari anak ini.
Namun, ternyata tubuh Mishel tidak sekuat itu. Dia sudah
membayangkan akan membeli rotu dan sesuatu yang manis dan hangat tapi belum
juga waktun ya beristirahat, tubuhnya sudah limbung duluan.
“Mishel!!” teriak rekannya saat melihat tubuh Mishel limbung.
Seketika barang-barang yang sedang Mishel tata di rak pun berjatuhan
dan pecah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Katherina Ajawaila
ampun Mishel udh di blng ibunya, ngelawan sih, heboh kan jadinya di tmpt kerja 😥
2025-03-02
0