Benih Yang Tak Diakui

Benih Yang Tak Diakui

Bab 1

Pagi itu seorang wanita terduduk lemas di lantai kamar mandi yang ada di rumahnya,

air matanya berjatuhan setelah mengetahui kenyataan yang begitu menyakitkan

baginya. Mungkin untuk sebagian orang kenyataan seperti ini adalah saat-saat

yang di nantikan tapi bagi seorang perempuan yang Bernama Mishel itu adalah

sesuatu yang tidak pernah ia harapkan sekarang.

“Hiks, hiks, hiks … kenapa harus seperti ini. Apa yang harus aku lakukan sekarang?”

tanyanya sembari menatap sebuah alat yang ia beli di apotik kemarin. Sebuah

alat yang menampilkan dua garis biru di atasnya.

Ini berawal karena sudah seminggu ini dia selalu merasa pusing dan tidak enak badan.

Dia juga terkadang mual di pagi hari. Dia juga jadi tidak focus bekerja karena

itulah kemarin dia coba pergi ke dokter untuk mengetahui sakit apa yang

dideritanya. Mishel pun menceritakan gejala yang dideritanya.

“Jadi saya sakit apa dok?” tanya Mishel.

“Maaf sebelumnya apa Anda sudah menikah Nona?” tanya Dokter itu.

Mishel pun menggeleng dan bertanya-tanya apa hubungan penyakitnya dengan statusnya.

“Boleh saya tau, kapan terakhir Anda mendapatkan tamu bulanan?”

Mishel mulai memikirkannya, dia hampir lupa tapi yang dia ingat terakhir dia mendapat

tamu bulanan adalah hari sebelum dia bertemu pria br33ngs3k itu. Setelah itu

dia tidak pernah mendapatkan tamu bulanan lagi sampai sekarang.

“Mungkin sekitar dua bulan yang lalu dok,” jawab Mishel. “Memang apa hubungannya dengan

penyakit say aini Dok?”

“Begini Nona, berdasarkan gejala yang Anda sebutkan tadi kemungkinkan Anda sedang

hamil. Untuk memastikannya Anda bisa mengunjungi dokter kandungan atau anda

juga bisa menggunakan alat tes kehamilan yang bisa anda dapatkan di apotik.”

Setelah dari dokter pikiran Mishel semakin kacau, dia enggan untuk percaya kalau saat

ini ada kehidupan lain di dalam perutnya. Dia tidak mau benih yang tertinggal

di rahimnya dari pria itu tumbuh di dalam rahimnya. Sungguh Mishel tidak mau

terlibat apapun lagi dengan orang kaya.

Namun, perempuan itu tetap membeli apa yang dokter sarankan di apotik terdekat. Dia

bahkan membeli beberapa.

Dan pagi ini dia baru saja mencoba semuanya dan hasilnya tetap sama saja. Semua

alat tes kehamilan yang dia beli menunjukan dua garis biru yang itu berarti dia

benar hamil. Mishel hanya bisa menangis saat ini, entah bagaimana nasibnya

kedepannya. Dia yang hanya tinggal dengan sang ibu tidak ingin membuat sang ibu

kecewa dengan kenyataan itu tapi dia juga tidak mungkin menyembunyikan hal

seperti itu karena pada akhirnya pasti akan ketahuan juga.

Tok tok tok

“Nak, apa kau di dalam. Kenapa lama sekali, apa kamu tidak bekerja?” tanya sang ibu.

Mishel segera menghapus air matanya dan menjawab sang ibu, dia memang sudah terlalu

lama di kamar mandi yang hanya ada satu di rumahnya itu sehingga ibu nya pun

tau jika dia ada di balam sana sejak tadi.

“Iya bu, sebentar lagi. Perutku mulas,” jawab Mishel sambil menggigit bibirnya agar

tidak menangis. Bagaimana dia harus menjelaskannya pada ang ibu. Dia jelas

belum siap untuk mengatakannya sekarang, dia pikir mungkin tidak sekarang. Dia

harus memikirkannya dulu apa yang akan dia lakukan untuk kedepannya.

Mishel keluar dari kamarnya setelah bersiap dan memakai seragam kerjanya. Dia

menghampiri sang ibu yang sudah ada di meja makan.

“Pagi bu,” sapa Mishel.

“Pagi nak, duduklah. Ibu sudah masak makanan kesukaanmu.”

Mishel melihat makanan yang tersaji di meja makan. Makanan yang biasanya dia sangat

suka tapi kali ini baru mencium aromanya saja sudah membuat dia ingin

mengeluarkan isi perutnya.

“Mmmpp…” Mishel menutupi mulutnya lalu berlari ke kamar mandi dengan cepat, tidak lupa

dia juga mengunci pintunya dari dalam agar sang ibu tidak melihat apa yang

terjadi. Sudah seminggu ini dia mual seperti ini tapi biasanya tidak sampai

muntah seperti sekarang. Dia masih bisa mengisi perutnya.

“Hoeekk hoeek.” Mishel tidak tahan untuk menuras perutnya meski rasanya sudah tidak ada

lagi yang bisa dia keluarkan.

“Nak apa yang terjadi, kau kenapa?” sang ibu mengetuk pintu dengan cemas melihat

putrinya berlarian masuk ke kamar mandi.

Mishel yang merasa lemas pun menyalakan kran kamar mandi agar ibunya tidak curiga.

“Perutku sakit lagi bu,” katanya berbohong.

“Apa tidak apa-apa, bagaimana kalau kau ijin hari ini nak. Ibu tidak mau kamu

kenapa-napa.”

“Tidak apa-apa bu, nanti juga sembuh sendiri.”

Setelah puas memuntahkan isi perutnya Mishel pun keluar dan melanjutkan makan dengan

menahan rasa mual. Dia tidak ingin membuat ibunya curiga dan tidak mungkin dia

bekerja dalam keadaan perut kosong yang ada dia makin lemas nanti.

“Wajahmu sangat pucat nak, ayo kita ke dokter saja,”ajak ibu Fira melihat putrinya yang

tampak pucat dan lesu.

“Tidak apa-apa bu, aku harus berangkat kerja hari ini.”

“Apa tidak sebaiknya ijin dulu hari ini.”

“Tidak bu, aku sudah banyak ijin. Tidak enak pada atasan.”

“Baiklah, tapi kalau kamu merasa pusing lebih baik kamu meminta ijin saja ya.”

“Iya bu,” jawab Mishel dengan menyematkan senyuman di bibirnya.

Terpopuler

Comments

Wirda Lubis

Wirda Lubis

lanjut

2023-09-11

0

Keysha Key

Keysha Key

masih baca blm tau jln cerita selanjut nya.

2023-08-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!