Benih Yang Tak Diakui
Pagi itu seorang wanita terduduk lemas di lantai kamar mandi yang ada di rumahnya,
air matanya berjatuhan setelah mengetahui kenyataan yang begitu menyakitkan
baginya. Mungkin untuk sebagian orang kenyataan seperti ini adalah saat-saat
yang di nantikan tapi bagi seorang perempuan yang Bernama Mishel itu adalah
sesuatu yang tidak pernah ia harapkan sekarang.
“Hiks, hiks, hiks … kenapa harus seperti ini. Apa yang harus aku lakukan sekarang?”
tanyanya sembari menatap sebuah alat yang ia beli di apotik kemarin. Sebuah
alat yang menampilkan dua garis biru di atasnya.
Ini berawal karena sudah seminggu ini dia selalu merasa pusing dan tidak enak badan.
Dia juga terkadang mual di pagi hari. Dia juga jadi tidak focus bekerja karena
itulah kemarin dia coba pergi ke dokter untuk mengetahui sakit apa yang
dideritanya. Mishel pun menceritakan gejala yang dideritanya.
“Jadi saya sakit apa dok?” tanya Mishel.
“Maaf sebelumnya apa Anda sudah menikah Nona?” tanya Dokter itu.
Mishel pun menggeleng dan bertanya-tanya apa hubungan penyakitnya dengan statusnya.
“Boleh saya tau, kapan terakhir Anda mendapatkan tamu bulanan?”
Mishel mulai memikirkannya, dia hampir lupa tapi yang dia ingat terakhir dia mendapat
tamu bulanan adalah hari sebelum dia bertemu pria br33ngs3k itu. Setelah itu
dia tidak pernah mendapatkan tamu bulanan lagi sampai sekarang.
“Mungkin sekitar dua bulan yang lalu dok,” jawab Mishel. “Memang apa hubungannya dengan
penyakit say aini Dok?”
“Begini Nona, berdasarkan gejala yang Anda sebutkan tadi kemungkinkan Anda sedang
hamil. Untuk memastikannya Anda bisa mengunjungi dokter kandungan atau anda
juga bisa menggunakan alat tes kehamilan yang bisa anda dapatkan di apotik.”
Setelah dari dokter pikiran Mishel semakin kacau, dia enggan untuk percaya kalau saat
ini ada kehidupan lain di dalam perutnya. Dia tidak mau benih yang tertinggal
di rahimnya dari pria itu tumbuh di dalam rahimnya. Sungguh Mishel tidak mau
terlibat apapun lagi dengan orang kaya.
Namun, perempuan itu tetap membeli apa yang dokter sarankan di apotik terdekat. Dia
bahkan membeli beberapa.
Dan pagi ini dia baru saja mencoba semuanya dan hasilnya tetap sama saja. Semua
alat tes kehamilan yang dia beli menunjukan dua garis biru yang itu berarti dia
benar hamil. Mishel hanya bisa menangis saat ini, entah bagaimana nasibnya
kedepannya. Dia yang hanya tinggal dengan sang ibu tidak ingin membuat sang ibu
kecewa dengan kenyataan itu tapi dia juga tidak mungkin menyembunyikan hal
seperti itu karena pada akhirnya pasti akan ketahuan juga.
Tok tok tok
“Nak, apa kau di dalam. Kenapa lama sekali, apa kamu tidak bekerja?” tanya sang ibu.
Mishel segera menghapus air matanya dan menjawab sang ibu, dia memang sudah terlalu
lama di kamar mandi yang hanya ada satu di rumahnya itu sehingga ibu nya pun
tau jika dia ada di balam sana sejak tadi.
“Iya bu, sebentar lagi. Perutku mulas,” jawab Mishel sambil menggigit bibirnya agar
tidak menangis. Bagaimana dia harus menjelaskannya pada ang ibu. Dia jelas
belum siap untuk mengatakannya sekarang, dia pikir mungkin tidak sekarang. Dia
harus memikirkannya dulu apa yang akan dia lakukan untuk kedepannya.
Mishel keluar dari kamarnya setelah bersiap dan memakai seragam kerjanya. Dia
menghampiri sang ibu yang sudah ada di meja makan.
“Pagi bu,” sapa Mishel.
“Pagi nak, duduklah. Ibu sudah masak makanan kesukaanmu.”
Mishel melihat makanan yang tersaji di meja makan. Makanan yang biasanya dia sangat
suka tapi kali ini baru mencium aromanya saja sudah membuat dia ingin
mengeluarkan isi perutnya.
“Mmmpp…” Mishel menutupi mulutnya lalu berlari ke kamar mandi dengan cepat, tidak lupa
dia juga mengunci pintunya dari dalam agar sang ibu tidak melihat apa yang
terjadi. Sudah seminggu ini dia mual seperti ini tapi biasanya tidak sampai
muntah seperti sekarang. Dia masih bisa mengisi perutnya.
“Hoeekk hoeek.” Mishel tidak tahan untuk menuras perutnya meski rasanya sudah tidak ada
lagi yang bisa dia keluarkan.
“Nak apa yang terjadi, kau kenapa?” sang ibu mengetuk pintu dengan cemas melihat
putrinya berlarian masuk ke kamar mandi.
Mishel yang merasa lemas pun menyalakan kran kamar mandi agar ibunya tidak curiga.
“Perutku sakit lagi bu,” katanya berbohong.
“Apa tidak apa-apa, bagaimana kalau kau ijin hari ini nak. Ibu tidak mau kamu
kenapa-napa.”
“Tidak apa-apa bu, nanti juga sembuh sendiri.”
Setelah puas memuntahkan isi perutnya Mishel pun keluar dan melanjutkan makan dengan
menahan rasa mual. Dia tidak ingin membuat ibunya curiga dan tidak mungkin dia
bekerja dalam keadaan perut kosong yang ada dia makin lemas nanti.
“Wajahmu sangat pucat nak, ayo kita ke dokter saja,”ajak ibu Fira melihat putrinya yang
tampak pucat dan lesu.
“Tidak apa-apa bu, aku harus berangkat kerja hari ini.”
“Apa tidak sebaiknya ijin dulu hari ini.”
“Tidak bu, aku sudah banyak ijin. Tidak enak pada atasan.”
“Baiklah, tapi kalau kamu merasa pusing lebih baik kamu meminta ijin saja ya.”
“Iya bu,” jawab Mishel dengan menyematkan senyuman di bibirnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Wirda Lubis
lanjut
2023-09-11
0
Keysha Key
masih baca blm tau jln cerita selanjut nya.
2023-08-21
0