Bab 3: Bayangan yang Menghantui

Pagi itu, udara terasa lebih dingin dari biasanya. Dayna duduk di jendela kamar, memandang keluar tanpa melihat apa pun. Matanya kosong, berkelana jauh ke dalam pikirannya yang penuh dengan kecemasan dan keraguan. Suasana rumah Tuan Gaza selalu membuatnya merasa seperti terperangkap dalam sangkar emas—di luar, dunia tampak normal, tetapi di dalamnya, hanya ada jerat dan rasa takut yang menggerogoti setiap langkahnya.

Pagi itu, seperti pagi-pagi sebelumnya, Dayna kembali dipanggil oleh Gaza untuk mengerjakan tugas yang tak pernah berakhir. Dia tidak diberi kesempatan untuk berhenti atau beristirahat. Hidupnya, menurut Gaza, adalah untuk melayani, dan ia harus menjalani takdir itu tanpa banyak bertanya. Gaza tak peduli dengan keinginan atau impian Dayna. Semua itu hanyalah angan-angan kosong yang tak berarti di dunia miliknya.

"Selesaikan semua ini, Dayna," suara Gaza menggema di ruang makan. "Aku ingin semuanya siap untuk malam nanti."

Dayna mengangguk tanpa mengatakan sepatah kata pun. Ia sudah terbiasa dengan perintah-perintah yang datang tanpa peringatan, dan sudah terbiasa menerima hidup yang dipenuhi dengan ketidakpastian ini. Setiap hari, ia menjalani rutinitas yang sama—memasak, membersihkan rumah, melayani kebutuhan Gaza dan tamu-tamu yang datang. Terkadang, ia merasa seperti seorang hantu yang berjalan tanpa tujuan, hanya mengikuti perintah demi perintah yang tak pernah berakhir.

Namun, ada satu hal yang membuat hidupnya sedikit berbeda. Setiap kali Arsen mendekat, hati Dayna berdegup kencang. Arsen adalah satu-satunya orang yang memperlakukannya dengan lembut, tanpa ada agenda tersembunyi. Dia tidak pernah memandang Dayna dengan rasa ingin mengendalikan, atau dengan rasa memiliki yang menguasai seperti Gaza. Arsen, meskipun berada dalam dunia yang sama dengan Gaza, tampaknya masih memiliki sedikit kemanusiaan. Setiap kali mata mereka bertemu, ada percikan harapan yang tak bisa dijelaskan. Tetapi, pada saat yang sama, ada ketakutan yang menghantuinya—ketakutan bahwa perasaan ini akan merusak segala sesuatu yang telah ia bangun, meskipun itu hanya berupa rutinitas yang menyiksa.

Di sisi lain, Gaza semakin memperketat cengkeramannya. Setelah pertemuan malam itu, ia semakin sering mengawasi Dayna dan Arsen. Matanya yang tajam selalu mengikuti setiap gerak-gerik mereka. Ia tahu bahwa perasaan Dayna mulai berubah, dan itu adalah ancaman besar bagi kendalinya atas hidup Dayna. Gaza ingin menguasai setiap aspek hidupnya, termasuk hati Dayna. Ia tidak akan membiarkan ada pria lain yang mempengaruhi pikirannya, apalagi Arsen yang meskipun tidak sekuat dirinya, cukup untuk menjadi ancaman.

Malam itu, Gaza mengundang beberapa orang penting ke rumahnya. Ada bisnis yang sedang dibicarakan—bisnis yang kotor, penuh dengan uang haram dan janji-janji palsu. Dayna hanya bisa berdiri di sudut ruangan, mengawasi semuanya dengan tatapan kosong. Dia sudah terlalu lelah untuk merasa takut, tapi hatinya tetap tidak tenang. Gaza memerintahkan Dayna untuk melayani tamu-tamunya, untuk menyajikan makan malam dan memastikan semuanya berjalan lancar. Namun, dalam hati Dayna, rasa cemasnya semakin menguat. Setiap kali ia berpapasan dengan Arsen, ia merasa ada sesuatu yang tak bisa ia kontrol—sesuatu yang lebih besar dari dirinya, sesuatu yang bisa merusak ketenangan yang selama ini ia ciptakan.

Arsen, yang berdiri di dekat meja, mengawasi Dayna dengan pandangan yang tidak bisa diaartikan. Ada rasa khawatir yang tergurat di wajah Arsen. Ia tahu bahwa ia berisiko dengan mendekati Dayna, tetapi ia juga tahu bahwa jika ia tidak melakukannya, Dayna akan semakin tenggelam dalam dunia yang penuh dengan kekerasan dan ketidakadilan ini. Setiap detik yang berlalu, Arsen semakin yakin bahwa Dayna membutuhkan perlindungan, meskipun ia tidak tahu bagaimana cara memberikannya tanpa menambah masalah yang sudah ada.

Namun, sebelum Arsen bisa melangkah lebih jauh, Gaza tiba-tiba berdiri dan memanggilnya. "Arsen," suara Gaza tegas, "Kau mengawasi wanita itu terlalu lama. Kau tidak punya hak untuk berbicara dengannya lebih lama. Ingat posisi kalian di sini."

Arsen menatap Gaza dengan mata yang penuh tantangan, tetapi ia tahu bahwa berbicara lebih jauh akan berbahaya. Gaza bukanlah orang yang mudah diajak berkompromi. Sambil tersenyum sinis, Arsen mundur dan kembali ke tempatnya, menjaga jarak dari Dayna. Sebuah ketegangan yang begitu dalam terperangkap di antara mereka, dan Dayna merasa semakin terperangkap dalam dunia yang penuh dengan ketidakpastian ini.

Sementara itu, Gaza mengalihkan perhatian Dayna ke berbagai tugas baru, memaksanya untuk terus bergerak tanpa memberikan kesempatan bagi Dayna untuk beristirahat atau berpikir. "Jangan pernah berhenti," kata Gaza dengan suara yang dingin, "Kau harus melayani tamu-tamuku dengan sempurna. Tidak ada ruang untuk kesalahan."

Dayna merasa tubuhnya kelelahan, tetapi pikirannya semakin kabur. Semakin ia berusaha untuk menjalani kehidupannya, semakin ia merasa bahwa ia telah kehilangan sebagian besar dari dirinya sendiri. Bahkan perasaan terhadap Arsen pun semakin kabur, bercampur dengan rasa takut dan keraguan. Ia tidak tahu apakah Arsen benar-benar peduli padanya, ataukah dia hanya merasa kasihan padanya. Namun, satu hal yang pasti—Arsen adalah satu-satunya orang yang bisa memberinya sedikit ketenangan dalam hidup yang penuh dengan badai ini.

Malam semakin larut, dan para tamu mulai pergi satu per satu. Dayna berdiri di dapur, membersihkan sisa-sisa makanan dan minuman yang masih tertinggal. Tangannya gemetar, tidak hanya karena kelelahan, tetapi juga karena kecemasan yang terus menerus menggerogoti hatinya. Ia tahu bahwa hidupnya sedang berada di persimpangan yang berat. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukan, dan setiap keputusan yang diambil bisa menentukan nasibnya.

Pintu dapur terbuka, dan Arsen muncul di ambang pintu. "Kau baik-baik saja?" tanyanya dengan lembut, meskipun ia tahu jawabannya. Mata mereka bertemu, dan dalam sekejap, Dayna merasakan perasaan yang begitu kuat mengalir di dalam dirinya. Ia ingin berlari ke pelukan Arsen, ingin melupakan semua yang terjadi, tetapi itu tidak mungkin. Gaza akan selalu ada di antara mereka.

"Arsen," kata Dayna dengan suara yang hampir tak terdengar. "Aku takut... aku takut jika terus berada di sini, aku akan kehilangan diriku sepenuhnya."

Arsen mendekat, meletakkan tangannya di bahu Dayna dengan lembut. "Kau tidak sendiri," jawabnya pelan. "Aku akan berusaha melindungimu, Dayna. Kau harus percaya padaku."

Namun, dalam hati Dayna, ia tahu bahwa kepercayaan itu bukanlah hal yang mudah diberikan. Gaza adalah sosok yang menakutkan, dan segala sesuatu yang ada di dunia ini seakan berputar di sekitar kekuasaannya. Meskipun perasaan itu ada, seolah-olah ada sebuah bayangan gelap yang menghantui setiap langkahnya, memaksa Dayna untuk selalu ragu, bahkan pada saat ia sangat menginginkan untuk percaya pada seseorang.

Dan bayangan itu semakin mendekat.

Terpopuler

Comments

Ayu Zahar

Ayu Zahar

judul novel ini ganti ya Thor pantesan di cari2 gak ketemu...

2020-12-20

0

Miemie

Miemie

hmm

2020-12-05

0

Joanne March⚘

Joanne March⚘

jejak like ke 3

2020-09-08

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!