Argana Wajendra

Kenalin, nama gue Arga,

lengkapnya Argana Wajendra. Yang kata bokap nyokap gue Argana artinya gunung yang tinggi, dan Wajendra artinya raja besar.

Jadi bokap nyokap gue berharap, gue bakal tumbuh tinggi dan kekar seperti gunung.

Ditakuti lawan dan disegani kawan seperti raja besar.

Entah karena doa mereka terkabul, atau karena sejak SD gue hobby main basket, sekarang gue tumbuh setinggi 185cm, dan masih ada kemungkinan bertambah lagi karena kata tante dokter, puncak pertumbuhan maksimal pria itu rata-rata sampai umur 19 atau 20 tahun.

Jangan ditanya tubuh gue kekar atau tidak.

Selain olahraga basket, gue juga ikut olahraga beladiri Taekwondo, baru bulan kemarin gue ikut ujian kenaikan sabuk, dari sabuk merah strip hitam II menjadi sabuk hitam.

Selain basket dan taekwondo, gue juga hobby baca. Bukan baca novel horror apalagi novel picisan, tapi gue hobby baca buku-buku tentang pengetahuan.

Disaat temen-temen gue asik mabar game online, gue lebih milih duduk menyendiri sambil baca buku, atau sibuk pantengin eyang google.

Itulah gue, selalu haus akan pengetahuan.

Kriteria cewek idaman gue cuma 1, cukup dia tidak mengganggu rutinitas yang selama ini gue jalanin.

Gue paling tidak suka sama cewek yang boom gue dengan ribuan chat, sombong, famous dan sok kecantikan apalagi ditambah kecentilan.

Gue sudah terbiasa dapat perhatian berlebih dari cewek-cewek, yang tidak bisa mengalihkan perhatiannya dari gue.

Banyak cewek-cewek yang menghampiri gue, mencari perhatian gue, dan banyak yang mau jadi pacar gue, tapi belum ada satupun yang berhasil menarik perhatian gue.

Sampai tahun ajaran baru tiba.

Dan cewek itu...

Dua kali dia buang muka saat gue melihat dia.

Huh sombong!.

Dipikir gue suka kali sama dia, mau secantik apapun tapi kalau sombong, maaf-maaf lebih baik menjauh dari gue, sebelum gue jadiin rempeyek.

Gue akui dia memang cantik, tinggi, putih, rambutnya lurus panjang, alis hitam tebalnya melengkung rapi diatas matanya yang indah itu dengan bulu matanya yang lentik, tapi semua tidak berguna kalo dia sombong.

Dan sekarang... gue lagi natap tumpukan kertas diatas meja belajar gue. Surat cinta dari cewek-cewek kelas X.

Ini gara-gara idenya si Dimas, gue sudah menolak ide gila ini. tapi kalah suara sama anggota OSIS yang lain, mau bagaimana lagi?.

Dengan malas-malasan gue buka tuh surat satu-satu, hanya membuka, gue lecekin, trus gue buang. belum ada yang gue baca satupun isi surat itu, panjang-panjang macam kereta api saja. Apalagi ada pusi-puisi segala hadehh.

Tidak terasa sudah setengah dari tumpukan surat itu gue buka, sampai akhirnya gue berdiri dari kursi gue, dan mengambil kertas yang baru saja gue buang ke tempat sampah.

Dibanding surat lainnya, isi surat itu hanya berisi tiga kata, sanggup menggerakkan jiwa keingintahuan gue buat mengambil kembali surat itu dari tempat sampah dan membacanya.

AKU CALON ISTRIMU,

Tatiana.

Gue langsung ketawa, bukan ketawa bahagia tapi ketawa Joker.

Pede banget itu cewek ngaku-ngaku jadi calon istri gue!, setelah 2 kali dia buang muka dari gue!, dan setelah bilang cinta ke cowok lain!

Yaa walaupun cuma game, tapi gue nggak percaya itu cuma kebetulan doang, bisa jadi mereka kode-kodean dulu sebelum nulis, iya kan?

Sekarang ngaku-ngaku jadi calon bini gue

hah!!. sakit jiwa kayanya nih cewek.

Atau ini trik dia buat narik perhatian gue?, maaf yaa nonaaa... gue dah kebal sama trik-trik macam begituan.

Udah sering cewek pura-pura cuek didepan gue, sok nggak suka sama gue cuma buat cari perhatian gue, padahal dibelakang gue hiii.

"Mas Argaa..." terdengar suara mbak Iyem sambil ketuk-ketuk pintu kamar gue.

"Kenapa mbak?" gue sengaja jawab teriak biar kedengeran, karena mba Iyem ini agak kurang dengar kupingnya.

"Ada temannya dibawah.”

"Siapa?" tanya gue lagi, gak biasanya temen gue bertamu malam-malam.

"Mas Idam.”

"Suruh tunggu bentar, nanti saya turun.”

"Baik mas.”

"Ga, lo dapet surat dari Tatiana?" baru aja gue duduk langsung dicecar pertanyaan sama Idam, kaget juga sih, darimana dia tau gue dapet surat Tatiana.

"Kenapa?" jawab gue datar.

"Bener kata Riko gak mungkin Tatiana kirim suratnya ke lo, secara elo yang hukum dia jalan jongkok.”

Gue cuma diam, gak respon. Ngaruh gitu gue hukum dia atau nggak? buktinya gue yang dapat suratnya.

"Terus siapa yang dapet suratnya yaa...?" Idam berfikir keras, trus tiba-tiba majuin badannya ke arah gue.

"Jangan-jangan si Dimas yang dapet. Sialll!!!"

suntuknya sambil geprak meja tamu gue, gue langsung pelototin dia.

"Lo cuma menanyakan surat saja sampai datengin rumah gue, malam-malam, chat saja elaahh.”gerutu gue kesel.

"Gue penasaran doang Ga, Gue sudah chat Riko dia tidak terima, dia juga bilang kalau si tiang, maksudnya elo juga tidak bakal terima karena sudah menghukum Tatiana. Tapi gue mau lihat reaksilo langsung pas jawab, kan kelihatan tuh kalau bohong sama tidak nya, ternyata mukalo tetap flat saja, datar kaya layar TV, benar lo tidak terima suratnya. Gue yakin Dimas nih yang dapat.”

Gue masih pasang muka datar mendengar penjelasannya Idam, sudah pasti tidak bakal gue kasih tahu kalau gue yang sudah mendapatkan suratnya. Bisa heboh satu sekolah kalautahu isi surat Tatiana ke gue.

Surat dari cewek gila yang mengaku-ngaku calon bini gue.

"Coba gue yang dapat suratnya, langsung gue bingkai deh tuh surat, gue pajang didepan tempat tidur gue, biar setiap bangun tidur gue selalu bisa melihat surat itu, buat penyemangat gue menyambut hari baru.

"Halu lo.” suntuk gue sambil ngelempar bantalan kursi kekepalanya.

"Besok pagi, gue mau langsung interogasi Dimas ah.”

"Serah lo deh, udah sekarang pulang sana, gue ngantuk mau tidur.” usir gue.

"Tapi beneran kan bukan lo yang dapet?" tanya dia lagi untuk kesekian kalinya hari ini.

Idam merhatiin muka gue secara mendetail, mungkin mau mastiin gue bohong atau nggak

"Eeh Ajeng sudah pulang.” Idam mengalihkan pandangannya ke Ajeng, adikku, yang baru pulang dari les pianonya.

"Eh iya kak.” jawab adikku dengan suara manjanya.

Kutatap Ajeng dengan tatapan horrorku, naik keatas!, begitu kira-kira yang dikatakan mataku, dan Ajeng mengerti.

"Ajeng permisi keatas dulu ya kak.” katanya sambil lari-lari kecil menuju kamarnya.

Langsung gue tendang tulang keringnya Idam.

"Jaga tuh mata!!"

"Aww maaf broo.” dia menyegir sambil mengelus-ngelus kakinya, tempat kaki gue mendarat tadi.

Ada peraturan tak tertulis ketika kita bersahabat.

Jangan deketin adik sahabatlo!!

Terpopuler

Comments

Simplicityme

Simplicityme

Cintaku bersemi di SMA. Aahh... 🤗

2021-07-14

0

melani cimel

melani cimel

bener2 cerita masa putih abu2...ngingetin jaman msh SMA dl

2021-05-08

0

Amirha Amirha

Amirha Amirha

surat yg simple namun bikin meleleh bgi yg jatuh cinta pdnya

2021-03-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!