MOS Hari Ke-2

"Ini uang seribu, kamu kasih tuh ke senior kamu suruh mereka belanja, bisa tidak dapat terigu jagung wortel toge seharga seribu, paling juga timbangan melayang ke muka seniormu itu!" gerutu mama sambil meletakkan koin seribu didepanku.

Aku masih tetap asik menikmati nasi goreng hati kesukaanku.

Hmmm kalian harus cobain nasi goreng buatan mamaku ini.. JUARA.

Back to uang seribu, semalaman juga aku sudah putar otak, pasti ada maksud lain dari senior-seniorku itu, seperti buah cium matahari yang ternyata jeruk sunkist, tapi.. ini apa yaa?.

Sudah ku translate ke bahasa Inggris tetap tidak bisa temukan maksud dari kak Diah kemarin.

Mungkin karena aku tidak terlalu fokus mikirinnya kali ya, karena semalaman kedua pahaku ini cenat cenut, pegal dan sjuta rasa lainnya, gara-gara dihukum jalan jongkok kemarin sama sang ketua yang sempurna itu.

Dan sekarangpun kalau jalan masih terasa sedikit sakit, betis juga terasa mau copot, huft.

"Anak sekarang mah ada-ada saja ya nyah, kalo bibi bawa duit seribu kepasar mah paling cuma dapet bala-bala 1biji, hihihi." terdengar bisik-bisik bibi ke mama.

"Bala-bala apa sih bi?" tanyaku, bi Inah langsung balik badan ke arahku.

"Itu loh non, bakwan yang biasa non bawa pas pulang sekolah.”

"Ooh.” lanjut makan nasi goreng lagi, eh tunggu, bakwan... bakwan kan isinya terigu jagung wortel toge yaa? dan harganya... secepat kilat kuhabiskan nasi gorengku, setelah minum segelas air aku langsung menghampiri mamaku.

"Aku berangkat sekarang ya ma.” muuaahh muaahh cium pipi kanan pipi kiri.

"Makasih bi.” kucubit gemas pipi bi Inah, berkat dia aku jadi tahu ada bakwan dibalik maunya senior haha.

"Ih si enon kaya suami saya aja nyubit-nyubit pipi.”

"Tidak bareng kak Bima?" tanya mama.

"Kak Bima ada kelas siang katanya.” balik badan cuss kearah pintu keluar sambil order ojek online.

***********************************

"Ga lihat Ga...” Idam menepuk-nepuk pundak Arga sambil menunjuk kearah siswi yang baru masuk pintu gerbang sekolah, terlihat siswi itu jalan sambil sesekali berhenti dan mengelus-ngelus pahanya

"Bukannya itu Tatiana ya?" tanya Idam, Arga cuma diam, pandangannya masih tertuju pada cewek sombong itu.

"Kayanya pahanya pegel tuh. Lo sih Ga kebangetan, nyuruh dia jalan jongkok kemaren, kalo gue bisa gantiin dia gue gantiin deh.”

Arga hanya memberinya tatapan tajam dan berlalu pergi.

"Eh Ga tunggu, main kabur aja, mau kemana?”

"Toilet! kenapa..? Lo mau nyebokin gue?"

"Idiiiihhh.” Idam begidik.

Baru beberapa meter Arga jalan, terlihat Dimas berlari ke arah Arga sambil memanggil namanya.

"Ga... Ga.. kebetulan ketemu disini.” katanya sambil ngos-ngosan.

"Lo ngapain sih?, kaya dikejar hantu saja.”

"Ga lo nanti pegang kelas X MIPA 1 yaa?”

"Iya, kenapa?"

"Lo mau tukeran gak? gue hari ini pegang

kelas IPS 2.”

"No!” jawab Arga mantap.

"Kenapa? bukannya lo lagi deket sama Indah ya?" tanpa menjawab pertanyaan Dimas Arga langsung bergegas pergi meninggalkannya.

"Ga... Oiii.”

Arga tetap cuek jalan.

Indah IPS 2? Tau orangnya yang mana juga tidak, huh bikin gosip saja.

************************************

Aku berhenti ditengah anak tangga menuju kelasku, ternyata kedua pahaku lebih pegal lagi saat naik tangga, sial kau ketua gila! suntukku.

Sambil menenteng 1 plastik bakwan yang cukup untuk anak-anak sekelas, aku lanjutin lagi naik anak tangga satu-satu. Tuhan... kenapa masih pegel juga sih...

"Terimakasih Tiana... berkat kamu kelas kita jadi selamat dari hukuman nih.” kata teman-temanku.

Sekarang aku sudah hafal nama-nama mereka.

Karena memang aku orangnya supel, jadi sudah banyak juga yang jadi teman akrabku.

"Eh tapi jangan seneng dulu.. aku gak tau ya ini bener atau gak... Tar kalau ternyata salah gimana?"

Agus langsung menghampiriku dan menepuk-nepuk pundakku, "Tenang Tiana, yang penting kita sudah usaha.” katanya sambil ngedipin sebelah matanya padaku.

"Huuu modus lo Gus!" serempak teman-teman cowokku yang lain nyorakin Agus.

"Namanya juga usaha.” Agus menjulurkan lidah ke teman-teman yang tadi nyorakin dia bersamaan dengan bunyinya bel masuk sekolah.

Tidak lama kemudian, masuk pengurus OSIS untuk mengisi acara MOS hari ini.

Ada kak Shinta, kak Idam, kak Yuli dan si ketua sempurna itu.

Aduh belum apa-apa ini jantung sudah ser-seran. Kenapa harus dia sih yang pegang kelasku sekarang? Mana bisa fokus aku kalau ada dia heuheu.

"Selamat pagi adik-adik semua, bagaimana kabarnya hari ini?" tanya kak Shinta.

"Baik kak..." jawab anak-anak serentak.

"Sudah bawa yang harus dibawa hari ini?"

"Bawa kak.”

"Oke sekarang mulai dari barisan paling kanan, maju kedepan dan bawa yang kak Diah minta kemarin, biar kak Yuli dan kak Idam yang periksa bawaan kalian, kalau ada yang salah siap-siap terima hukuman. Ayo kamu maju kedepan.”

Dimulai dari Agus dan lanjut ke anak selanjutnya... dan selanjutnya sampai ke anak terakhir, untungnya semua benar tidak ada yang salah.

Jadi untuk permainan pertama ini semua aman.

Aku yang sesekali melirik kak Arga sedikit kecewa, karena tidak sekalipun dia melirikku.

Gayanya yang cool malah terlihat tambah susah untuk didekati.

"Baiklah adik-adik untuk game pertama benar semua. Untuk game selanjutnya kakak akan bagi kalian menjadi 2 kelompok, dua baris disebelah kanan kakak namanya kelompok JIKA, dan dua baris disebelah kiri kakak namanya kelompok MAKA.

Dam bagiin kertasnya sekarang.” kak Idam langsung mengedarkan kertas ke anak-anak, masing-masing dapat satu kertas kosong.

Game apa nih? jadi penasaran.

"Sekarang keluarkan pulpen kalian dan taruh diatas meja.”

Segera aku buka tasku, ambil pulpen dari tempat pensil dan langsung kuletakkan diatas meja, sesuai arahan kak Shinta.

"Untuk kelompok JIKA, kalian tulis kalimat yang berawalan dengan kata Jika, dan untuk kelompok MAKA, kalian tulis kalimat yang berawalan dengan kata Maka. kakak kasih waktu kalian 2 menit dimulai dari sekarang!"

Waduh aku harus tulis kalimat apa nih yang diawali dengan kata Maka?.

Aku kembali melirik ke arah kak Arga yang masih bergaya cool. Berdiri santai dengan satu tangan dimasukkan kedalam saku samping celananya.

Hmmm jadi mirip model di toko branded yang ada di mall-mall... hihi.

Ups fokus mau tulis kalimat apa nih?

"Time Out!, jangan ada yang nulis lagi. Sekarang bagi anak yang ditunjuk harus langsung berdiri, dan kalau kakak bilang BACA, anak yang berdiri harus baca tulisannya dengan suara lantang, dimulai dari

kelompok JIKA. Kalian mengerti?"

"Mengerti kak.” jawaban serempak anak-anak.

"Kelompok JIKA akan dipilih kak Yuli, dan untuk kelompok MAKA akan dipilih kak Dimas. Bagi kalimat yang cocok, akan dapat hadiah.”

Kulihat kak Dimas langsung berjalan kearah kelompokku, mencari anak yang akan dipilih baca tulisannya pertama kali.

Jangan aku... jangan aku... doaku dalam hati.

"Kamu" kak Dimas nunjuk Bayu, aku langsung bernafas lega. Dan dari kelompok JIKA, kak Yuli memilih Sisi.

"BACA" seru kak Shinta.

"Jika aku jadi Dian Sastro" mulai Sisi.

"Maka Indonesia merdeka" lanjut Bayu,

Sontak membuat aku dan anak lainnya tertawa ngakak. Boleh juga ini game, tidak nyambung gila hahahah.

Karena dianggap kalimatnya tidak cocok, maka gamepun terus berlanjut sampai menemukan kalimat yang cocok.

Dan sepanjang game ini kami tak henti-hentinya tertawa, karena kalimat-kalimat yang saling tindak nyambung itu. Kakak OSIS pun ikut tertawa, yaa kecuali sang ketua yang sempurna itu... tetap flat mukanya... huh.

Sampai akhirnya.. setelah berkali-kali Tuhan mengabulkan doaku, ternyata kali ini doaku itu tidak terkabul.

Kak Dimas memilihku, akupun langsung berdiri, dan dari kelompok JIKA terpilih Sony. Aduuhh kenapa harus dia!

"BACA.”

"Jika aku mencintaimu.” mulai Sony, aku langsung terdiam, kenapa bisa pas begini sihh?, suntukku dalam hati.

Kulirik kak Arga, tapi tatapannya bukan diarahkan padaku, pemandangan luar jendela sepertinya lebih menarik buat dia dibanding liat aku.

Aku merasakan Icha menyenggol-nyenggol lenganku, tanda aku harus baca tulisanku. Iyaa.. iyaa.

"Maka aku mencintaimu" balasku disusul suitan anak-anak yang lain.

"cocok...cocok.”

"wah jodoh tuh.”

Aku langsung duduk kembali, agak bete juga sih. Jodoh apanya! aku bikin kalimat itu kan sambil melihat kak Arga tadi... itung-itung mengungkapkan perasaanku padanya... kenapa jadi kaya gini sih... hiks.

"Gimana...? cocok gak kalimatnya?" tanya kak Shinta.

"Cocoook.” jawab anak-anak serempak termasuk Icha, aku langsung mencubit lengannya, dan dia cuma balas dengan cengiran.

"Apaan sih Cha, gak lucu!"

Kembali kulirik kak Arga, ternyata sudah tidak ada ditempat dia berdiri tadi.

Untuk kedua kalinya dia menghilang secepat itu dari kelasku.

Terpopuler

Comments

Anisatul Azizah

Anisatul Azizah

si Arga nih kayanya juga demen

2024-07-24

0

Simplicityme

Simplicityme

Sukaaakkk
Lucuukkk
Masa2 paling indah Masa2 di SMA
💞💞💞💞

2021-07-14

0

Hilda 77

Hilda 77

inget masa SMA jadul 🤣🤣🤣

2021-04-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!