Tak Bisa Ke Lain Hati
Hari ini adalah hari pertamaku masuk SMA, rasanya beda dengan saat pertama masuk SMP dulu, padahal seharusnya sama saja kan?, sama-sama masuk ke tempat baru, bertemu teman-teman dan guru-guru baru.
Tapi rasanya memang beda, entah apa yang membuatnya beda, seperti akan ada sesuatu yang bakal merubah hidupku. Hadeeh Tatiana.. please stop deh berhalusinasi lagi, tepuk jidat sendiri.
karena aku datang kepagian, jadi sekolah masih sepi, seminggu ini memang cuma ada kegiatan untuk murid baru, jadi yang hadir hanya murid baru, pengurus OSIS dan guru-guru.
Hari inipun kegiatan hanya pembagian kelas dan pengarahan dari wali kelas masing-masing.
Tanpa sadar, aku sudah berjalan sampai ujung sekolah lantai 2, dari sini aku bisa lihat pagar sekolah dan siswa siswi yang berlalu lalang, semilir angin membuat rambut panjangku menari-nari.
Ujung sekolah bagian ini bakal jadi tempat favoritku, karena lorong yang mengarah ke ujung lantai 2 ini hanya ada laboratorium dan ruang komputer, jadi tidak ada murid-murid yang berkumpul dilorong ini saat jam istirahat.
*****************************
Bu Irma wali kelasku sedang memberikan pengarahan ketika serombongan kakak-kakak pengurus OSIS mengetuk pintu dan masuk ke dalam kelasku.
Disinilah pertama kalinya aku melihatnya....
Aku tidak bisa mengalihkan tatapanku dari kakak kelasku yang satu ini, dia makhluk Tuhan yang paling sempurna, yang paling tampan dimuka bumi ini.
"Tiana... hey Tatiana" Icha menyenggol lenganku, huh mengganggu saja.
"Kenapa?" gerutuku.
"Ada apa ya?, kok kakel pada kesinih sih?" aku hanya mengangkat bahu, mana kutahu.
"Permisi bu... maaf kami mengganggu waktunya sebentar, mau kasih pengumuman untuk MOS adik kelas besok bu" salah satu kakak kelas cewek meminta izin pada bu Irma.
Kembali kualihkan tatapanku ke cowok itu, ke sosok sempurna itu, tingginya mungkin diatas 180cm, kulitnya putih bersih, dan seperti ada daya tarik tersendiri dari cowok itu, pembawaannya yang tenang, berwibawa sekali lah pokoknya, dan senyumnya... ya Tuhan dia tersenyum padaku.
Malu karena tertangkap basah sedang memandangi wajahnya aku langsung alihkan perhatianku ke kakak kelas cewek tadi, yang entah sedang bicara apa aku tidak fokus mendengarkannya.
Aku kembali melirik cowok itu, tapi dia sudah tidak ada. Astaga... cepat sekali menghilangnya, apa aku halu yaa? tapi masa sih itu cuma halusinasiku saja.
"Cha, kakel yang tadi kemana ya?" bisikku ke Icha.
"Itu kakak kelas semua" jawab Icha sekenanya.
"maksud ku, kakel yang ganteng tadi itu loohh"
Icha melihat ke arahku "Ganteng semua kan"
Hadeehh susah memang kalau bicara cowok ke Icha, standartnya dia tuh cuma ada 2 macam cowok, yang ganteng dan sangat ganteng, aneh kan? hehe.
Hmm siapa sih cowok tadi?, bikin penasaran saja.
Aku masih asik memandangi pintu kelas tempat cowok sempurna tadi berdiri ketika semua kakak kelas keluar dari kelasku, sepertinya sudah selesai kasih pengumumannya, eh tapi aku kan tadi tidak nyimak apa isi pengumumannya hadeehh, tepuk jidat sendiri.
"Cha tadi ada pengumuman apa sih?" yang ditanya cuma geleng-geleng kepala.
"Chaaa..." rengekku.
"Memangnya kamu tadi ngapain saja sih? tidur? apa sibuk lirikin kakel?"
"Yaa maaf aku lagi tidak fokus, maklum hari pertama sekolah hehe" mengelak dikit boleh dong.
"Apa hubungannya dah? hadeehh.. besok untuk siswi disuruh kuncir 2, kunciran kanan pakai pita warna merah, yang kiri pakai pita warna putih, bawa sandal jepit kanan kiri harus beda warna, bikin papan nama kita dari karton, terus gantung dileher, tulisannya harus warna warni jadi tiap huruf harus beda warnanya, repot ga tuh..? haha. Ohiya besok pagi jam 7 harus sudah berbaris dilapangan semua, pakai sandal jepit.”
"Apaan sih, bener-bener tidak ada kerjaan tuh kakel, lagian dirumah cuma ada 2 warna spidol biru dan hitam eh 3 deh sama merah, harus beli dulu dong, sendal jepit segala lagi bikin kerjaan saja!" suntukku.
"Udah santai aj non jangan marah-marah gitu tar cepet tua haha, nanti bareng aja kita belinya ya.”
"Oke lah."
"Eh Cha, kan besok sandal jepitnya harus beda warna ya kanan dan kiri, gimana kalau kita tukeran?" usulku.
"Lo, kalau kasih ide yang benar dong, memang size kita sama?" Icha cemberut, aku langsung tutup mulut, ohiyaa Icha sahabatku dari SD ini memang imut anaknya hehe, dan aku juga sebenarnya tidak tinggi-tinggi banget sih, yaaa... rata-rata laahh kaya cewek-cewek kebanyakan.
"Ya sudah maaf, jangan cemberut begitu dong"
Icha masih cemberut, memang paling sensi nih sohibku yang satu ini,
"Chaaaa..."
masih tidak mau jawab,
"Yasudah anak-anak, pertemuan kita hari ini sampai disini dulu. Kalian boleh pulang dan jangan lupa persiapan untuk MOS besok, kalian baik-baik yaa dengan kakak kelas kalian" suara bu Irma memecah keheningan antara aku dan Icha.
"Baik buuu." jawab anak-anak serentak.
hingar bingar kelas langsung terasa setelah bu Irma keluar, suara kursi dan meja terasa saling sahut-sahutan ketika murid lain bergegas keluar kelas, lagian ngapain juga sih buru-buru? kaya mau ambil gaji aja.
"Ok baiklah, sebagai permintaan maaf, aku traktir di Dream Kafe deh gimana?" bujukku,
bibir Icha mulai berkedut tandanya sebentar lagi dia bakal tersenyum, dan benar sejurus kemudian diapun tersenyum lebar.
"Bener ya?"
"Iya sayang."
*******************************
Selesai beli keperluan buat MOS besok, aku dan Icha langsung menuju Kafe favorit kami, seperti biasa kami duduk di sebelah kaca yang menghadap ke jalan raya, saat kami sedang suntuk disinilah kami berada, melihat lalu lalang mobil dan pejalan kaki sambil menikmati makanan dan minuman dikafe ini.
"Eh itu bukannya kakel kita ya?" tunjuk Icha ke arah pasangan muda mudi yang baru saja masuk ke kafe ini, terlihat disana kakak kelas cewek yang tadi kasih pengumuman dikelasku, dan disebelahnya tak lain dan tak bukan adalah cowok sempurna itu.
"patah hati aku Cha hiks." aku langsung menyandarkan kepalaku dibahu Icha.
"Iihhh apaan sih lo" Icha berusaha menyingkirkan kepalaku dari bahunya, tapi aku bergeming.
"Eh tunggu, jangan bilang itu kakel yang lo maksud tadi?" aku tetap diam.
" Tiana... Ooii..." masih tetap diam.
"Yaampun lebay banget sih lo, belum tentu juga mereka pacaran kali!" suntuk Icha sambil nyeruput thai teanya, reflek aku langsung mengangkat kepala dari bahunya.
"Bener juga yaa." aku kembali lihat kakak kelas ku itu, sekarang mereka sedang asik ngobrol dan sesekali tertawa bersama, panas hati ini melihatnya, ingin rasanya menjambak rambut kakak cewek itu.
Berani-beraninya dia jalan sama cowok sempurnaku, berduaan doang lagi. Aaarrrgggghh!
"Chaaa, kira-kira dia mau jadi pacarku gak ya?"
"Mau lah, secara lo cantik, tinggi, putih, supel walaupun sedikit manja hehe.”
"Tapi ga pede Cha, dia terlalu sempurna buatku, baru kali ini aku langsung suka sama cowok dari pandangan pertama"
Icha hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan Tatiana sahabatnya. Tiana... Tiana... lo tuh cantik, gue aja kadang iri samalo, lo tuh sempurna, perfect, tinggi, putih, pinter, cuma 1 kekuranganlo, lo ga tau kelebihanlo itu hadeehh.
Icha mengalihkan perhatiannya ke sosok cowok yang digilai Tatiana, sangat ganteng, tapi sewaktu di SMP bahkan ada yang lebih ganteng dari cowok itu, dan Tatiana menolaknya saat cowok itu nembak dia, aneh.
"Klo menurut gw yaa, masih gantengan Ryo dibanding cowok itu tau" hening,
"Oiiii" Icha mengibas-ngibaskan tangannya didepan muka Tatiana yang masih asik mandangin cowok itu.
"Kenapa sih Cha, ganggu saja, aku lagi lihat malaikat tak bersayap itu." Icha langsung memutar bola matanya.
"Hellooo Tiana, kalaupun mereka jadian, ya lo terima aja tuh cintanya Ryo, bukannya Ryo lebih ganteng yaa dari cowok itu?"
"Beda Cha, dia beda.” jawab Tatiana, matanya masih belum beralih dari sosok sempurna itu.
"Kaya aku pernah ketemu, tapi dimana yaa?rasanya tuh gak asing gitu aku lihat dia, aneh ya? padahal aku tau namanya aja nggak" Tatiana menatap tajam ke Icha.
"Cha kamu percaya reinkarnasi gak? apa mungkin dikehidupan aku sebelumnya tuh cowok jadi suamiku?, aduuhhh." Tatiana mengelus kepalanya yg Icha jitak tadi.
"Jangan ngelindur nonaa, bentar lo tunggu disini." tanpa menunggu jawaban Tatiana, Icha langsung bergegas menghampiri pasangan kakel itu.
Darah serasa hilang dari mukaku melihat Icha berjalan kearah cowo itu, aduuh Chaaa mau ngapain sih? awas ya kalau sampai bilang kedia kalau aku suka, heuheu.
Tapi sepertinya kedua kakak kelas itu agak bingung, mungkin mereka heran ada anak SMP yang menghampiri mereka hehe.
Memang seminggu ini kami masih harus tetap pakai seragam putih biru dulu, padahal sudah ga sabar mau pakai putih abu-abu.
Eh kenapa cowok itu jadi ngeliatin aku yaa, Aduuh Cha lo ngomong apa sih? malu aku tuh.
Aku langsung mengalihkan perhatianku keluar jendela, jangan ditanya gimana perasaanku, rasanya jantungku ini mau copot dari tempatnya hadeehh.
Waktu terasa berputar lama sekali, sampai Icha kembali duduk disampingku.
"Gila kamu Cha, ngomong apa sih?" aku panik.
"Hahaha." apaan sih Icha malah ketawa.
"Cha gak lucu Cha, apaan yang lo omongin?"
aku melirik sedikit kearah cowok itu, tapi pandangannya sudah bukan ke aku lagi hiks.
"Tenang sis, tadi gue cuma tanya kemereka keperluan buat besok, alasanya takut ada yang terlupa mumpung masih disini hehe. Cowok itu namanya kak Arga, yang cewek namanya kak Diah.”
"Oh jd Arga namanya hmmm, terus kenapa dia ngeliat ke arahku?"
"Oh dia cuma nanya kamu sendiri disini?, gue jawab nggak kak, tuh sama Tatiana disana." Fyuuhh aku langsung menarik nafas lega.
"Terus?"
"Dia tanya temanmu kenapa buang muka begitu pas kakak lihat? sombong ya? hahaha."
"Ichaaaaaa!!" aku reflek teriak, Icha langsung membekap mulutku.
"sssttt lo kira ini kafe nenek moyanglo bisa teriak-teriak seenaknya." aku langsung menepis tangan Icha dari mulutku.
"Lagian ngapain sih lo nyamperin mereka, Aarrgghh malu aku tuuhhh.. Ichaaa..."rengekku sambil menjedot-jedotkan kepalaku ke meja.
"Yee kenapa jadi nyolotnya ke gue sich?, lagian kenapa juga lo langsung buang muka gitu? senyum kek, ikut samperin mereka kek, biar kelihatan sopan santunya sama kakel, seandainya nih ya lo jadi kak Aga tersinggung ga? adik kelas dilihat boro-boro senyum malah buang muka.”
"Eh omong-omong, lo liat ga tadi mukanya kak Diah? kaya gak suka gitu gue samperin mereka, jadi kaya gue ganggu kencannya gitu. Apalagi pas kak Arga ngomong sama gue, Iihh serem liat tatapan nya ke gue, kaya mau ngajak perang mukanya" Icha begidik.
"Lagian gak salah merasa tersaingi sama gue ya? gue tuh mungkin dianggap cuma serpihan debu doang kali sama kak Arga, lain ceritanya klo saingannya itu elo. Ok Tiana! gue dukunglo dapetin kak Arga semangat!, mau tau gue gimana reaksinya kak Diah."
"Mohon doanya" bisikku.
"Semoga berhasil" balas Icha, dan kamipun tertawa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Anisatul Azizah
aaaah serasa bernostalgia sm suamiku jaman SMA dulu🥰
2024-07-24
0
Yani Cuhayanih
Aku merasa bernostalgia di SMA jaman 25 thn yg lalu oalah masih berkesan.....so sweet....
2023-06-10
0
Diana Susanti
nyimak
2023-03-24
0