Sudah 1 jam Melodi berdiri depan gedung Mall tersebut. Entah, Melodi sedang menunggu apa sampai dia betah berdiri sendirian depan Mall yang terlihat sepi itu. Semua sahabat Melodi sudah pergi meninggalkan Melodi sejak 1jam yang lalu. Angin dingin menusuk lewat pori-pori kulit Melodi sehingga menimbulkan efek merinding di tengkuknya yang tak tertutupi oleh apapun.
"Sejujurnya gue malas pulang ke rumah," gumam Melodi yang didengar oleh dirinya sendiri. Yang dikatakannya benar ia malas harus kembali ke rumah yang bagaikan neraka itu. Setiap Melodi melangkahkan kakinya masuk kedalam rumah itu dia merasakan sesak didadanya.
"Gue baru tahu kalau lo sebenarnya suka keluar malam," kata seseorang yang tiba-tiba muncul mengagetkan Melodi.
"Lo cowok yang nabrak gue tadi, kan?" tebak Melodi sedikit ragu-ragu. Ada apa dengan cowok yang ada dihadapannya ini? Melodi merasa tidak mengenalnya sama sekali, tapi mengapa Melodi merasa cowok ini sangat mengenalnya dari gaya bicaranya itu.
"Gak usah akting berlagak gak kenal sama gue," tunjuk cowok itu kearah Melodi. Sebenarnya, Yoga juga merasa ada yang berbeda dengan cewek yang berada dihadapannya ini. Biasanya, Meli tidak akan menjawab ejekan Yoga. Cewek itu akan menunduk ketakutan saat Yoga memakinya. Apa mungkin memang ini adalah sikap aslinya? Pikir cowok itu bertanya-tanya.
"Sopan banget ya tangan lo. Gak usah nunjuk-nunjuk segala!" kata Melodi menepis tangan Yoga.
"Ck, munafik. Ini alasan utama kenapa gue gak suka sama lo!" kata cowok itu terlihat membenci Melodi.
"Siapa juga yang nyuruh lo buat suka sama gue? Lo gak suka sama gue juga bukan masalah besar," kata Melodi masih dengan muka bingungnya. Semua orang akan bingung jika bertemu dengan seseorang yang baru saja ditemuinya dan mengatakan hal-hal aneh.
"Lo itu aslinya busuk! Lo cuman pura-pura jadi cewek sok lemah lembut aja. Gue juga tahu kalau lo itu suka banget sama gue," kata cowok itu dengan PD-nya.
"Gue lihat Lo gak mabuk sih tapi udah gila. Omongan lo gak jelas banget!" kata Melodi meneliti cowok yang berada dihadapannya ini.
"Satu sekolahan juga tahu kalau lo suka sama gue. Gak usah ngeles lagi, deh!" kata Yoga yang bangga dengan apa yng diucapkannya.
Daftar sial Melodi bertambah satu. Kenapa dia harus bertemu dengan cowok gak jelas seperti Yoga, dan apa yang Yoga bilang tadi? Melodi suka sama dia? Dan satu sekolahpun sudah tahu, memangnya cowok ini tahu Melodi sekolah dimana? Sudah cukup Melodi sudah malas meladeni cowok gak penting seperti Yoga, tingkat PD-nya benar-benar sedikit mengkhawatirkan.
"Ck, terlalu percaya diri itu gak baik. Kita baru bertemu beberapa waktu yang lalu lo udah nuduh gue suka sama lo? Sinting!" kata Melodi menatap cowok yang berada dihadapannya ini aneh.
"Sejak kapan lo berani jawab perkataan gue dengan nada seperti itu?" tanya cowok itu yang terlihat tidak terima.
"Emang gue harus bernada gimana? Bersyair?" tanya Melodi sambil mengejek Yoga terus-menerus.
"Tunggu aja besok, mari kita lihat lo masih bisa sombong kayak gini gak?" kata cowok ini tersenyum sinis.
Senyuman cowok itu seperti mengartikan kalau besok benar-benar akan terjadi sesuatu hal yang tidak mengenakkan. Tapi apa? Perasaan, Melodi tidak merasa kenal ataupun berbuat kesalahan terhadap cowok ini, tapi mengapa matanya tersirat kebencian pada Melodi?
"Terserah lo aja, deh! Gue pergi aja daripada gue makin emosi disini," kata Melodi sembari membereskan tasnya, "bye, jangan lupa tes kejiwaan barang kali otak lo ada yang rusak."
Melodipun pergi meninggalkan gedung Mall dan cowok itu begitu saja. Melodi tidak perduli dengan semua omong kosong yang dikatakan cowok itu dan menganggapnya tidak penting. Menurutnya, cowok itu mungkin tidak waras buat apa dipikirkan membuang-buang waktu Melodi saja. Setelah Melodi menjauh dari Mall itu dia langsung menuju kepinggir jalan dan menghentikan taxi. Lupakan masalah cowok itu dan fokus masalah yang akan datang sebentar lagi. Masalah yang membuat Melodi bosan setengah mati ingin sekali dia mengakhirinya.
Malam telah semakin larut jalanan pun terlihat semakin sepi Taxi yang ditumpangi Melodi melaju dengan kecepatan normal. Tanpa sadar Melodi tengah melamun, dia memikirkan apa hidupnya akan tetap begini hampa dan kosong. Apa tidak akan berubah sama sekali? Apa Melodi ini hanya anak haram sehingga dibenci oleh mamanya? memikirkan itu membuat hati Melodi sedikit gusar.
"Huufft..."helaan nafas tanda kelelahan keluar dari mulut Melodi.
"Kenapa mbak?" tanya sopir taxi yang melihat kearah Melodi dibalik kaca spion.
"Gak apa-apa kok, Pak!" kata Melodi tersenyum paksa. Beginilah dirinya dia harus terlihat baik-baik saja.
"Malam-malam begini apa gak dicari orang tuanya?" tanya sopir Taxi itu mencoba mencari topik pembicaraan.
"Habis dari rumah sakit, Pak. Lalu mampir sebentar cari makan," jawab Melodi seadanya agar terlihat seperti orang normal lainnya..
"Oh... ya sudah. Habis tikungan didepan itu kemana lagi?" kata sopir Taxi itu.
"Belok kanan, Pak! Lurus sedikit turun di depan minimarket kiri jalan aja, " jawab Melodi.
"Iya Mbak," jawab sopir itu singkat. Selang berapa menit taxi itu sudah sampai didepan minimarket Melodi pun turun dan segera membayar ongkos taxi.
"Kembaliannya ambil aja, Pak!"kata Melodi sambil merapikan pakaiannya.
"Makasih Mbak," kata sopir taxi senang karena mendapatkan uang lebih.
Melodi hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya pelan. Tanpa menunggu lama dia pergi berjalan menuju rumahnya. Rumahnya tidak jauh dari tempatnya berhenti mungkin memakan waktu 8-10 menit untuk sampai dirumahnya dengan berjalan kaki.
"Hmm...hmmm..." ucap Melodi bergumam tanpa sadar dia melamun disepanjang jalan. Melamun tentang hidupnya yang penuh dengan drama menyakitkan dan memaksa Melodi untuk bersikap kuat. Melodi tidak diperbolehkan untuk bersikap lemah.
Melodi sudah memantapkan hatinya agar terbiasa dengan kebencian itu. Melodi sudah menyerah akan sikap Mamanya dia sudah tidak ingin mencari tahu apapun lagi. pernah dulu Melodi menuruti apa yang dikatakan mamanya dan membuktikan bahwa dia tidak selalu salah. Namun Melodi selalu salah dimata mamanya.
"Kamu masih ingat rumah?" tanya mama Melodi ketika tahu sang anak baru pulang kerumah.
Melodi mengabaikan dan berjalan melewati mamanya dengan tidak sopan, "kurang ajar! Mama sedang berbicara denganmu, beginikah sikap seorang gadis terhormat?"
Melodi sekarang sudah berada dirumah dan siap untuk mendengarkan segala ocehan yang dilontarkan mamanya. Mental Melodi dihajar habis-habisan oleh keluarganya sendiri. Keluarga? Tidak, Melodi hanyalah orang asing dirumahnya sendiri. Hanya Meli yang diakui sebagai anak mereka, Meli yang baik yang tidak pernah membantah.
"Aku di didik bukan untuk terhormat tapi untuk kurang ajar," ucap Melodi dengan tenang tanpa ada rasa takut, "dan aku tidak mempunyai Mama!"
"Kau benar! Memang kesalahan terbesarku adalah melahirkanmu," kata mama Wulan sarkas tanpa memikirkan perasaan Melodi.
"Untuk apa berdebat dengan anak yang tidak tahu terima kasih seperti dia?" sahut oma dari arah belakang Melodi. Orang asing, Melodi menjadi orang asing di rumahnya sendiri. Sekuat tenaga dia menahan agar air matanya agar tidak keluar. Melodi tidak menyangka bahwa takdirnya akan serumit dan sesakit ini.
"Kenapa ibu melarangku mengirim dia ke New york?" tanya Mama pada Oma.
"Kalau bukan wasiat dari Alm. Suyoto dari dulu aku sudah mengusirnya dari sini," kata oma acuh tak acuh.
"Kenapa kakak ibu selalu membelanya? Padahal, sudah jelas dikeluarga kita dilarang melahirkan anak kembar. Hanya ada satu pewaris dirumah ini, yaitu Meli," kata ibu kandung Melodi berterus terang.
'DEG'
Bagai tersambar petir disiang bolong sekarang Melodi tau apa penyebab semua keluarganya membenci dirinya. Jadi hanya karena tradisi di keluarganya yang anti dengan lahirnya anak kembar. Ketahuilah, yang menjadi korban adalah Melodi anak yang tidak tahu apa-apa tentang aturan keluarga. Lagipula jaman sudah modern kenapa masih ada peraturan semacam itu.
"Kau tahu sendiri jika anak ini kita kirim New york dia akan jadi tameng mantan suamimu. Jika saja kau tidak melahirkan anak kembar maka semua akan berjalan dengan lancar," kata oma Melodi yang terlihat.
"Oma! Mama!" panggil Meli, "kenapa Oma dan Mama selalu membandingkan aku dengan Melodi?" kata Meli angkat bicara.
"Tidak usah ikut campur! Lebih baik kamu fokus dengan sekolahmu!" kata mama Wulan tidak suka jika Meli membela Melodi. Baru pertama kali ini Melodi mendengar seorang ibu membenci anak kandungnya sendiri. Lebih menyedihkannya lagi dia sendirilah yang mengalaminya, Melodi tersenyum miris.
"Meli masuk ke kamarmu sekarang!" perintah oma.
"Tapi aku sudah gede sekarang, aku tidak bisa membiarkannya. Melodi saudara kembarku dan apapun itu aku dan dia adalah saudara kembar," kata Meli memberanikan diri.
"Cukup!" teriak Melodi muak, "apa sudah selesai drama keluarganya? Jika sudah selesai maka biarkan aku pergi."
Melodi berlalu pergi begitu saja tanpa memperdulikan semuanya. Apa kesalahannya jika dia terlahir kembar? Jika Melodi bisa memilih dia juga tidak akan mau dilahirkan di keluarga ini. Salahkan takdir mengapa Melodi bisa terlahir kembar. Meli, maafkan gue kali ini gue bertindak lebih jahat lagi, batin Melodi benci.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments